Stephia, berlari kencang sepanjang lorong utama kampusnya. Ini adalah hari pertama kuliah di Harvard.
"Karina Stephia" panggil ibu dosen saat mengabsen dikelasnya.
Hening
Tidak ada jawaban, "Tidak hadir?" Tanyanya pada siswa-siswa. Mereka menggeleng, yang artinys tidak tahu.
Ckkleek...
"Hadir!" Stephia langsung membuka pintunya, ia terlihat sangat capek. Bisa dilihat dari keringat disekujur tubuhnya.
"Hm? Sudah berani telat, Nona.Karina? Padahal ini baru pertama kali anda disini"
"Maafkan saya. Tadi saya mendapatkan kendala sedikit" memang bener, ia mendapatkan kendala. Yaitu, telat bangun dan berdebat sebentar dengan Dinda tentang ia kalau bisa membawa mobil sendiri.
"Aku ingin membawa mobil sendiri" tutur Stephia.
Dinda tersedak, kaget medengarkan tuturan dari Stephia "bagaimana jika tidak?" Pancing Dinda.
"Gue bakal terus minta sama lo" Stephia tersenyum bangga, seolah hal itu adalah hal yang benar.
Sebelum menjawab, Dinda menghela nafas sebentar. "Oke. Hari ini aja" pasrah Dinda, karena Stephia menatapnya dengan tatapan memohon.
Stephia langsung bersorak, ia menangkup pipi kedua pipi Dinda "terima kasih" ucap Stephia tulus, Dinda mengangguk.
*******
Begitulah ceritanya, Stephia memang menyetir tapi siapa tau kalau dirinya yang membuat telat.
Ibu dosen yang memakai pakaian ketat itu, dan rambut yang di bob itu mengangguk.
"Jangan diulangi lagi" ucapnya.
"Baik bu!"
"Silahkan duduk" ibu dosen itu menunjuk kursi kosong dibelakang.
Stephia langsung berjalan untuk duduk disana, ternyata ada yang menyapa dirinya.
"Hai! Nama gue Emily, salam kenal" ucap Emily bersemangat, tapi Stephia abaikan. Membuat Emily tersenyum kecut.
Bukannya munafik tidak ingin berteman, tapi ia mempunyai tujuan bersekolah disini. Ia teringat pesan dari ayahnya sebulan yang lalu, itu terakhir pesan yang ayah kiriman padanya.
Belajar yang benar. Jangan buat ayah malu karna nilaimu.
Iya, sudah satu bulan berlalu. Tidak ada kabar dari Elios satu pun. Seperti angin lalu pertemuan denganya.
Karena bosan mendengar perkataan dosennya, Stephia menjadi mencorat-coret membuat sketsa tokoh ganteng. Ia juga membuat sifat character dan tokoh perempuannya, juga sinopsis cerita dan judulnya. Bukannya sombong, tapi Stephia sudah sangat hafal diluar kepalanya, mungkin itu kenapa David menginginkan dirinya.
"Wow, gambaran lo bagus banget. Nama lo Karina Stephia kan?" Ucap Emily terpukau, ia melirik kalau ibu dosen yang terkenal akan killer nya sedang diluar.
Keluar aja bu. Jangan kesini lagi, kalau bisa ibu bawa Charlie Puth atau Shawn Mendes buat Emily. Batin Emily berkhayal.
Kemudian gadis belasteran amerika ini, memanfaatkan waktunya untuk mengobrol dengan Stephia.
Stephia tak menjawab, tapi Emily tak menyerah. Emily terkenal dengan keras kepalanya dan keluarga yang terkenal dibidang statiun tv.
"Nama lo pasaran sih, jadi gue pernah denger nama lo. Tapi gue lupa pernah denger dimana" Emily cengengesan, ia tak berbohong kalau ia pernah mendengarkan namanya.
Stephia melirik sekilas, kemudian ia melanjutkan menggambarnya. Merasa terabaikan, Emily kembali bercoloteh ria.
"Kenapa lo ngambil jurusan bisnis? Kalau lo ngga minat"
Stephia, mulai tidak suka dengan arahan pembicaraan ini. Walau cuman Emily yang dari tadi berkata.
"Bukan urusan lo!" Ucap Stephia dingin, bukannya merasa tersinggung atau marah. Tapi Emily malah tersenyum.
"Akhirnya, lo ngomong sama gue juga"
Stephia terdiam, ia memasangkan headset nya. Walau suaranya lumayan keras dari headset nya, akan tetapi Stephia masih bisa mendengarkan nya. Dan dalam sekali dengar, Stephia bisa langsung hafal, maklum orang pinter.
*************
Stephia, berjalan ke lorong kampus. Karena tidak ada kepentingan sedikit pun, akhirnya ia memutuskan akan pulang ke apartment tentu saja diikuti oleh Emily.
Entah kenapa, Emily sangat suka menggangu atau mengusik Stephia, tadi Emily sempat berkata pada Stephia. Katanya:
"Ngobrol sama lo asyik, gue harap kita bisa berteman baik"
Mungkin terdengar ditelinganya, seperti bisikan manusia yang menjelma menjadi setan jika didengar oleh Stephia.
Stephia melirik ke kanan dan ke kiri, ia mencari keberadaan Emily. Berhasil, Emily sedang mengobrol dengan temannya yang namanya tidak diketahui oleh dirinya. Ia lari dengan secepat kilat, membuat Emily tersentak akan kelalaian nya.
Begitu senang dengan larinya, Stephia tidak melihat apa yang didepannya.
Bruk!
Alhasil, Stephia terjatuh. Untung saja tidak ada luka sedikitpun di tubuhnya, jika ada. Dengan setia Dinda memulai berceloteh ria karna tidak bisa menjaga diri sendiri dengan baik.
"Aw!" Ringis Stephia "jalan yang bener dong! Gimana kalau gue luka parah" Stephia sesungguhnya tidak peduli akan lukanya, tetapi mengingat muka Dinda yang sangat amat menyeramkan. Jadi harus diurungkan ulang, jika kalian diposisi Stephia.
"Jadi gue yang salah, hem?" Tanya seseorang, Stephia memandang tak percaya apa yang ia lihat. Ingin sekali pergi dari sini sekarang juga, tapi kakinya tidak bisa diajak kompromi.
"Hai!" Seru Elios, terlihat wajah nya yang amat cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DREAMS
RomanceBagaimana rasanya menpunyai mimpi yang sangat ingin kita capai? Melihat orang tersenyum, tertawa bahagia karna melihat impiannya tercapai dengan dipenuhi kerja keras. Itulah yang hal yang ingin dirasakan oleh Karina Stephia yang menjadi boneka oran...