Chapter 19

185 37 8
                                    

Untuk beberapa percakapan yang bertuliskan miring anggap aja itu mereka ngobrol pake bahasa Jerman yaa. Tapi beberapa kalimat singkat dalam bahasa Jerman juga bakal ada. Terima kasiiiiih


Aku berdiri didepan altar.

Menunggumu berjalan diatas karpet panjang yang terbentang dihadapanku.
Menunggu pintu besar yang semula tertutup menjadi terbuka dan menampakkan dirimu.

Hatiku berdegup. Perasaan bahagiaku membuncah kemana-mana.

Dan ketika pintu terbuka, kau mulai berjalan perlahan diatas kain sintetik yang memanjang.
Semua orang terpana akan dirimu. Tiap pasang mata tertuju padamu.

Aku hanya diam terpaku. Tak dapat berkata-kata. Melihat keanggunan dan kecantikanmu yang bertambah berkali lipat.

Denting piano yang mengiringi perjalananmu padaku pun mendukung suasana saat ini.

Mata kita saling memandang satu sama lain. Senyuman yang merekah pun tidak lupa menghiasi.
Gaun putih panjang nan cantik, menjuntai melapisi tubuhmu.

Hampir saja aku menitikkan air mataku ketika kau benar-benar sudah berada dihadapanku.

Jantungku berdebar, kencang sekali.

Aku mengulurkan tanganku untuk dapat menggapaimu. Dan kau menyambut tanganku dengan mengulurkan tanganmu jua.

Namun, ketika aku mencoba meraih jari jemarimu, justru kau menjauh perlahan.

Masih terfokus untuk menggenggam tanganmu, aku tak menyadari di sekeliling kita sudah berubah menjadi lautan luas yang berombak.

Dengan gemuruh petir kilat juga awan yang kelabu, diriku mulai panik.
Bahkan aku pun berdiri diatas perahu kecil yang berbeda denganmu.

Ku lihat kau semakin menjauh bersama perahu yang semakin oleng. Berteriak memanggil namaku untuk menolongmu.

Sambil terus mengulurkan tanganmu, kau terus menjauh dibalik kabut tebal yang turun juga angin yang berhembus kencang.

Aku mencoba untuk menolongmu dengan berenang melewati semua gulungan air yang bergejolak.

Dan ketika aku memastikan berada dimana dirimu, kau sudah terjatuh dan tenggelam.

Tepat dihadapanku.

Aku terperanjat.

"Jeong Yein!!!"
.
.
.
Aku terbangun. Tubuhku refleks terkaget.

Peluh sudah membasahi wajah dan tubuhku. Jantungku berdetak lebih cepat.

Aku memandangi seluruh isi kamarku, lalu melihat kearah luar jendela yang masih menampakkan langit biru bertabur bintang.

Aku menghela nafas gusar dan mengusap wajahku kasar.

"Heol, aku memimpikannya lagi."

••••••••••••

Yein's POV

8.40 AM

"Yak! Kau mau aku menunggumu hingga jam berapa, huh?"

Aku masih duduk memeluk kakiku sembari memperhatikan Yemi yang sudah berjalan jauh didepanku.

Dia yang sangat bersemangat untuk menjelajahi Kota Berlin dari kemarin, sedangkan aku yang sangat malas bahkan hanya untuk pergi keluar rumah.

RETURNSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang