Part 2

5.8K 369 0
                                    

Prilly akhirnya pulang ke rumah dengan perasaan yang tak karuan. Dan perasaan ini muncul ketika ia melihat lelaki sholeh di tepi danau tadi.

"Prilly? Kamu udah pulang, Nak?" Ucap seorang wanita paruh baya sambil memeluk Prilly.

"Udah, Ma. Papa kemana?" Tanya Prilly sambil melihat ke sekeliling. Rumah ini selalu tampak sepi.

"Biasa, dia pergi seminggu ngurusin perusahaan." Jawab Mamanya.

"Ngurusin perusahaan apa selingkuhan?" Tanya Prilly yang seperti tidak suka dengan pikiran Mamanya. Mamanya selalu bilang kalau Papa ada urusan sehingga harus pergi berhari-hari.

Papanya setiap hari selalu bekerja dengan alasan ada urusan pekerjaan. Awalnya Prilly biasa saja menanggapinya karena tugas Papanya memang berat di perusahaan. Namun, semakin hari berlalu, firasat aneh mulai muncul dihati Prilly. Seperti ada yang Papanya sembunyikan. Pernah satu kali ia melihat jas hitam milik Papanya ada noda lipstik wanita. Tapi Prilly tak pernah memberi tahu sang Mama.

Mamanya juga mulai khawatir dengan sikap sang suami. Sering pergi berhari-hari, setiap pulang selalu dini hari, dan lain-lain. Namun sebisa mungkin ia menghilangkan pikiran buruk itu. Ia harus percaya dengan suaminya agar keluarganya tetap harmonis. Walaupun tak seperti dulu.

"Kamu ngomong apa sih, sayang? Papa kerja, kok. Barusan dia telpon Mama." Jawab Mamanya lalu tersenyum. Prilly merasa tak tega dengan Mamanya.

"Mama yakin Papa cuma kerja doang? Ga yang lain?" Tanya Prilly seakan tau suatu hal yang mengganggu perasaan Mamanya.

"Prilly, kita ga boleh suudzon sama orang. Apalagi sama Papa. Mama yakin Papamu lagi bekerja untuk perusahaannya sekarang." Ucap sang Mama dengan senyum getirnya.

"Ma, sekali-kali peringatin Papa. Dia juga harus bertanggung jawab dengan keluarganya. Bukan keluyuran ga jelas." Ucap Prilly frontal. Mamanya hanya bisa mengusap lengan anaknya penuh sayang. Prilly memang orang yang emosional.

"Kita ga punya bukti apa-apa, sayang. Mama yakin Papamu ga akan macem-macem diluar sana. Dia bekerja untuk kita, sayang." Ucap sang Mama berusaha menenangkan Prilly.

"Ma, Prilly udah jadi model sekarang. Prilly bisa dapet penghasilan yang lebih dari Papa. Prilly bisa ngehidupin Mama dan diri Prilly sendiri. Prilly gamau Mama disini tersiksa karena Papa yang udah ngalahin bang toyib." Ucap Prilly membujuk Mamanya untuk tinggal dirumah hasil pekerjaannya sebagai model selama 6 tahun.

"Kita omongin itu belakangan, ya. Sekarang kamu makan dulu. Pasti capek kan dipotret seharian?"

Prilly hanya bisa pasrah tangannya digandeng menuju meja makan oleh Mamanya. Prilly akui, Mamanya adalah Mama paling sabar sedunia. Menurut Prilly.

                               ***

"Assalamu'alaikum." Sapa Ali, pria yang tadi ditemui Prilly.

"Waalaikumsalam. Eh ustad kecil Umi udah pulang." Jawab wanita paruh baya dengan balutan hijab yang menutupi auratnya. Ialah Umi Ida, ibu yang sudah melahirkan lelaki tampan bernama Muhammad Ali Syailendra.

"Sudah, Umi. Ali masuk kamar dulu, ya. Udah masuk waktu dzuhur dan tadi Ali belum sempat sholat." Ucap Ali sopan.

"Yasudah. Abis sholat temenin Umi ke rumah temen Umi, ya." Ucap Umi Ida. Ali tersenyum dan mengangguk. Semua perintah ibunya selalu ia tepati. Inshaallah.

Selesai sholat, Ali dan Umi Ida langsung menuju rumah yang menjadi tujuan mereka. Diperjalanan, banyak hal yang mereka bicarakan. Maklum, sejak menjadi ustad muda disalah satu masjid dekat rumah, Ali sudah jarang quality time bersama Uminya. Ali sangat dekat dengan Umi Ida. Semenjak Abinya tiada, Ali menjadi lebih dekat dengan Umi Ida. Hanya uminya yang ia punya saat ini. Ali berjanji akan terus menjadi tameng untuk wanita yang melahirkannya.

Setelah 1 jam perjalanan, mereka akhirnya sampai disalah satu rumah megah bernuansa Eropa.

"Assalamu'alaikum, Ukhti!" Panggil Umi Ida dari luar. Tak lama kemudian, terlihat seorang wanita yang sepertinya seumuran dengan Umi Ida.

"Waalaikumsalam." Jawab wanita itu lalu memeluk Umi Ida dengan rindu yang tak tertahankan.

"Apa kabar kamu, Vit? Mashaallah, rumahmu besar sekali." Tanya Umi Ida memulai pembicaraan ketika mereka sudah duduk disalah satu sofa.

"Alhamdulillah, kabarku baik, Da. Kamu gimana?" Tanya wanita yang bernama Vita tersebut.

"Baik, juga. O iya kenalin ini anakku, Ali." Ucap Umi Ida mengenalkan Ali dengan Mama Vita. Ali tersenyum.

"Mashaallah, tampan sekali anak kamu. Sangat mirip sama almarhum." Ucap Mama Vita.

"Iya, nih. Paras Abinya nurun ke dia." Ucap Umi Ida yang diakhiri dengan kekehannya.

Tiba-tiba, seorang gadis cantik keluar dari sebuah kamar dekat sofa yang mereka duduki.

Ali merasa tak asing dengan wajah gadis itu. Seperti......

"Eh, Prill. Sini dulu, dong. Ada sahabat Mama, nih." Panggil Mama Vita. Prilly yang awalnya ingin mengambil minum didapur menjadi mengurungkan niatnya dan langsung menghampiri sang Mama.

Pandangannya tertuju pada lelaki tampan yang duduk disamping wanita yang Prilly yakin sahabat Mamanya. Prilly tak menyangka bisa bertemu dengan dia lagi.

"Eh sampai lupa. Ida, kenalin ini Prilly. Anakku yang sudah remaja." Ucap Mama Vita. Prilly pun tersenyum dan mencium punggung tangan Umi Ida.

Perasaan Umi Ida menghangat. Jarang ia temui gadis seperti Prilly. Walaupun baru melihatnya sekarang, ia yakin Prilly adalah anak gadis yang baik.

"Prilly, tante." Ucap Prilly dengan senyum manisnya yang mampu menghipnotis semua kaum Adam. Tak terkecuali Ali. Meskipun hanya melirik sebentar, Ali sudah takjub dengan ciptaan Yang Maha Kuasa.

"Panggil Umi aja. Biar lebih akrab." Ucap Umi Ida sambil mengusap pelan rambut indah Prilly yang terurai panjang.

"O iya. Prilly, kenalin ini Ali, anak Umi."

Pandangan Ali dan Prilly bertemu. Retina yang Ali punya tak bisa menahan untuk tidak menatap wajah cantik Prilly.

"Astaghfirullah.." Ucap Ali pelan. Ia tak seharusnya menatap lawan jenis yang belum muhrim dengan tatapan memuja.

"Lo yang gue temuin ditepi danau, kan? Lo yang baca Al-Qur'an kan?" Tanya Prilly memastikan. Ali mengangguk.

"Kamu yang menangis ditepi danau kan?" Balas Ali.

"Kalian udah saling kenal rupanya?" Tanya Umi Ida. Mereka berdua menggeleng.

"Hanya mengenal wajahnya, Umi." Ucap Ali.

"Segitu asingkah gue sampe lo cuma kenal wajah gue doang?" Tanya Prilly dengan nada sinis. Umi Ida dan Mama Vita berusaha menahan tawa.

"Ga. Kamu ga asing bagi saya. Kamu model, kan? Saya tau itu." Ucap Ali.

"Kirain gatau." Ucap Prilly.

Umi Ida dan Mama Vita tiba-tiba punya pemikiran yang sama. Mereka berdua seakan menyembunyikan sesuatu hal. Pastinya suatu saat nanti, yang disembunyikan mereka akan terbongkar juga. Pasti.













Kali ini yang di next Kekasih Halalku dulu, ya. Till The End nya masih disimpen karena ada beberapa hal yang harus diperbaiki. Assalamu'alaikum.

Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang