Part 7

4K 303 4
                                    

"Saya tidak mau tau, kamu datang sekarang atau kasus ini akan saya bawa ke jalur hukum."

"Lho, kan saya udah sepakat sama pimpinan, kenapa bapak maksa banget? Sudah seminggu saya keluar dari agensi bapak."

"Masih ada 5 photoshoot yang harus kamu selesaikan. Ingat dengan apa yang saya katakan waktu awal kamu masuk agensi saya? Saya harap kamu pertimbangkan lagi keputusan kamu."

"Memang model di agensi bapak cuma saya doang? Masih banyak model lainnya yang lebih cocok untuk photoshoot itu. Maaf kalau saya  lancang, namun ada baiknya bapak yang pertimbangkan rencana photoshoot itu. Terima kasih."

Sambungan telpon terputus sepihak. Tentu Prilly duluan yang memutus sambungannya. Kepalanya pening memikirkan ucapan makhluk stress itu. Prilly tak abis pikir kenapa orang seperti itu bisa menjadi bagian penting dalam suatu agensi.

"Prilly?"

Mama Vita yang mendengar suara gaduh pun menghampiri anaknya dikamar. Prilly tak sadar bahwa mamanya telah disampingnya.

"Prill?"

"Eh iya Ma?"

"Kamu kenapa? Kok kayak banyak pikiran gitu?"

Prilly pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Meskipun agak 'bandel', Prilly tidak pernah menutupi apapun dari ibunya. Ia sangat terbuka pada Mama Vita.

"Jalur hukum? Kamu kan juga udah abis kontrak. Masa sampai ke jalur hukum? Lagian kayak gaada cewek lain aja yang bisa dijadiin model." Ucap Mama Vita yang nampaknya sudah terpancing emosi.

"Entahlah, Ma. Prilly pusing."

"Ini yang sebenarnya Mama takutkan, Sayang. Jaman sekarang udah banyak orang yang kayak gitu. Tapi apapun keputusan kamu, Mama dukung selagi baik."

Prilly tersenyum tipis. Mamanya selalu ada untuknya, bahkan disaat semua orang membenci Prilly, hanya Mama Vita lah yang tetap sayang pada Prilly.

"Eh kamu ga lupa kan hari ini kita mau kemana?" Prilly menepuk dahinya.

"Prilly baru inget, Ma. Yaudah Prilly mandi dulu ya."

Mama Vita menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sang anak yang sedari tadi mondar-mandir.

"Kamu tuh nyari baju ribet amat. Sini Mama pilihin." Ucap Mama Vita saat Prilly sudah selesai mandi dan bingung memilih outfit yang akan dikenakan.

"Nih cocok. Pake gih."

Prilly pun memakai baju pilihan sang ibu. Senyum Prilly mengembang. Mamanya memang memiliki selera yang berkelas.

 Mamanya memang memiliki selera yang berkelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaudah yuk berangkat."

                                    ***

"Ali."

"Apa, Umi?"

Ali menghampiri uminya yang terlihat menunggu seseorang.

"Umi nungguin siapa?"

"Sahabat Umi yang waktu itu Umi kenalin ke kamu."

"Oh.. Tante Vita?"

"Iya. Katanya dia mau dateng, tapi kok belum sampai-sampai, ya?"

"Yaudah tungguin aja, Umi. Mungkin mereka kena macet."

Tak lama kemudian terlihat mobil Alphard berplat B memasuki rumah megah bernuansa Arab. Mata Umi Ida berbinar. Ia langsung keluar dari rumahnya.

"Assalamu'alaikum, Ida."

"Waalaikumsalam, Vita. Yuk masuk yuk."

Mata Ali menangkap satu objek yang menggetarkan hatinya. Prilly terlihat cantik hari ini. Apalagi dengan bandana yang menghiasi rambut lurusnya.

"Ali, kamu sama Prilly dulu ya. Umi mau ngobrol-ngobrol cantik sama Tante Vita." Ali pun mengangguk. Umi Ida dan Mama Vita langsung menuju ruangan yang sering dijadikan tempat mengobrol *that's secret*

"Kita ke gazebo, yuk." Ajak Ali yang pandangannya tetap menunduk. Prilly mengangguk dan mengikuti langkah Ali menuju gazebo.

Prilly kagum dengan desain rumah Ali. Kesan Arab sangat terlihat jelas disini. Ditambah dengan lukisan-lukisan bertemakan islam.

"Kamu keliatan murung banget. Ada apa?" Tanya Ali. Prilly tersenyum tipis.

"Biasa, masalah sama orang pemotretan. Udahlah bahas yang lain aja, aku ga mood bahas yang itu."

"Hmmm...

























Hmmm...
Hmmm....
Hmmmm....

GudNite everyone⛺

Kekasih HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang