Lagi mikir ide buat part yang dramatis, nih! Rencana part dramatisnya dibuat pas tepat part 9-10 an gitu. Doain yaa..
Happy reading!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.***
"Kau mau kemana pagi-pagi seperti ini?"Tanya Warna kepada Langit yang tengah membuka knop pintu.
"Aku mau jalan ke sekitar sini. Tugasku disini kan membantu makhluk bumi. Semakin cepat kukerjakan, semakin cepat pula aku pulang."jawab Langit sambil tersenyum tipis (*senyum tebel gimana?)
"Dengan penampilan bidadari seperti itu?"Warna memastikan Langit.
Langit menepuk dahi dan menyengir kuda. "Maaf, salah pakai."
Langit mengubah penampilannya dengan sekejap mata. Warna melongo tak percaya dengan penampilan Langit yang berbeda 180°. Kemeja yang ia buka semua kancingnya dengan dalaman kaos polos berwarna putih, Celana jeans selutut dengan beberapa robekan dibagian paha, sepatu putih yang pas dikakinya. Rambut panjang yang ia urai dan Topi yang ia gunakan secara terbalik membuat sebuah kesan tomboy didiri Langit.
"Kau? Bukannya kau sangat feminim sekali? Astaga, kau seperti brandalan."Lenguh Warna berkomentar.
"Kau tahu, aku juga risih dengan penampilam seperti ini. Tapi aku juga harus menjaga diriku dari napsu bejat para manusia disekitar. Kau harus tahu kelakuan para manusia disini,"jawab Langit.
"Tapi ku akui, kau sangat manis dan keren!"Warna mengacungkan ibu jarinya.
"Ya sudah. Aku ikut denganmu! Rubah penampilanku seperti dirimu,"lanjut Warna sambil memejamkan matanya.
Dalam seperkian detik pula, silauan cahaya masuk kedalam tubuh Warna dan merubah penampilan Warna.
"Ayo pergi,"ajak Langit setelahnya.
***
Warna Pov.
Aduh.. Kurang ajar, kalau tahu Langit tidak membawa kereta, Eh! Maksudku mobil, aku tidak mau ikut saja. Disini kan banyak polusi dan debu, apalagi Langit tidak mengijinkanku untuk mendatangkan kendaraan. Kenapa harus berjalan kaki, sih?! Meski masih pagi, aku tidak mau kulitku hitam.
"Langit, aku lelah! Sudah beberapa tahun kita berjalan? Kerongkonganku kering."rengekku.
Tentu saja itu bukan akting, Bodoh! Aku benar-benar Haus.
"Berapa tahun katamu? Hey, kita masih berjalan 30 menit. Dan dibelakang masih ada rumah kita."decak nya kesal.
Aku mendelik cengo. Katanya apa? Beberapa menit? Ya, aku lupa kalau ini dibumi. Di bumi nominal waktunya dihitung dari detikkan. Padahal dikahyangan, umurku sudah mencapai ratusan tahun. Aish, Bumi sialan!
"Langit, kau tidak mau mendatangkan kendaraan karena menghemat tenagamu ya? Baiklah, aku saja ya!"bujukku lagi.
Entah sudah berapa ratus kali aku memohon begini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Bidadari.
Fanfikcekarena sebuah kecerobohan, mendapat tugas untuk membantu para makhluk bernama manusia sehingga Turun ke tempat bernama bumi??? oh no! baca selengkapnya disini.