Dengan wajah cemberut dan pikiran semrawut Aku sudah putus asa karena usahaku untuk menggagalkan pernikahanku dengan mas Udin lelaki pilihan kedua orang tuaku ternyata sia-sia.
Aku hanya terdiam membisuh saat mas Udin menikahiku, jiwaku merana batinku tersiksa, kisah asmaraku yang kubangun dengan kekasihku ternyata runtuh di tenga jalan dalam waktu sekelip mat.
waktu terus berlalu akhirnya malampun menjelma, Aku membaringkan tubuh di atas ranjang dengan pikiran yang tidak menentu, tak lama kemudian mas Udin pun datang kemudian dia duduk di tepi ranjang.
cukup lama mas Udin duduk di tepi ranjang tidak bergerak bagaikan arca. Sedangkan Aku hanya cuek tidak memperdulikan kehadiranya, tak lama kemudian mas Udin merebahkan tubuhnya di sampingku dengan kedua matanya menatap kosong langit-langit kamarku, beberapa menit kemudian mas Udin sudah mendengkur. sehinggalah malam pertamaku itu tidak terjadi apa-apa, kami saling berdiam diri dan berjahuan walaupun kami tidur satu ranjang.
minggu pertama pernikahanku itu yang ada hanyalah rasa kebencianku pada mas Udin, dan dalam minggu pertama itu juga mas Udin tidak pernah menyentuhku. aku sendiri merasa heran kenapa mas udin ga menyentuhku, padahal dia ada kesempatan dan dia bisa aja memaksaku.
Setelah memasuki babak minggu kedua pernikahanku atau hari 10 usia pernikahanku tepatnya hari kamis malam juma'at, Aku duduk merenung di dalam kamar seorang diri. Aku merasa ada sesuatu yang aneh tiba-tiba muncul dalam sanu bariku, sehinggalah membuat jiwaku gelisa dan hati kecilku mulai bicara.
"mas... kamu itu sopan, santun, sabar, uda gitu kamu juga ganteng, gagah, kaya lagi di bandingkan dengan pacar Aku, tapi kenapa? Aku sangat benci dengan kamu... lucu kan mas. Ah... persetan dengan cinta, dia lebih unggul segela-galanya daripada pacarku, kenapa? Aku menyiayiakanya,! padahal dia sudah jadi milikiku, sunggu bodohnya Aku." ucapku sendiri di dalam kamar.
Sehinggalah pada hari kamis sore itu Aku mulai merias dan mempercantik diri gaun-gaun pengantin baru yang nggak perna Aku pakai itu segera Aku pakai. Akupun segera memasak makanan yang paling enak untuk suamiku yang waktu itu sudah mulai bekerja meneruskan pekerjaanya yang tertunda.
Akhirnya malam ke 10 pernikahanku itu menjelma, setelah sholat isyak, Aku segera memakai gaun tidurku berwarna putih yang sangat tipis, sehingga memperlihatkan lekuk tubuhku dengan jelas. hatiku mulai gelisa karena tak biasanya mas Udin pulang larut malam, tak lama kemudian Aku mendengar suara mobil berhenti depan rumahku, Aku pun segera mengintip dari dalam rumah siapakah yang membawah mobil di depan rumah itu. "yah... memang benar dan itu adalah mas Udin" ucapku dalam hati dan segera kubukahkan pintu untuk suamiku.
"mas, kok sampai larut malam baru pulang?" tanyaku sembari ku raih tangan kanan mas Udin ku ajak bersalaman kemudian ku cium tangan perkasa itu.
"oh iya,,,! tadi pekerjaan mas tanggung jadi mas selesaikan sekali" jawab mas Udin terheran-heran melihat perubahan sikapku dan memandangiku dari ujung kepalah sampai ujung kakiku.
"ayo mas masuk. mas mau makan dulu atau mas mau mandi dulu?" tanyaku.
"mas mau mandi dulu, selesai mandi mas akan makan" jawab mas Udin.
malam itu jugalah pertama kalinya aku makan satu meja dan berbarengan dengan mas Udin. dan malam itu jugalah pertama kalinya aku mendengar canda tawanya mas Udin dan malam itu jugalah pertamakalinya aku masuk kamar bersama dengan mas Udin.
Kami segera naik keatas ranjang, tampaknya rasa malu masih menyeliputi jiwa kami, cukup lama kami terdiam dan membisu, tiba-tiba mas Udin mulai bicara.
"Hai sangkar,,, apakah si burung sudah di perbolehkan masuk kedalam sangkarnya?" tanya mas Udin.
akupun menjadi malu dan serbah salah entah siapa yang ngajarin berpantun, tiba-tiba mulutku dengan enteng membalas pantunya.
"Hai burung,,, pintu sangkar masih tertutup, bukalah dan masuklah" jawabku sambil tersenyum pada mas Udin.
Tak lama kemudian Aku merasakan jari-jemari dan bibir mas Udin dengan lincah menari-nari di setiap lekuk tubuhku, tubuhku menggigil menahan geli dan nikmat, kedua susuku terasa keras, kewanitaanku mulai berdenyut dan mengeluarkan cecairan, sehingga tak terasa kalau tubuhku sudah telanjang bulat.
Bibir mas Udin kembali menari-nari di setiap lekuk tubuhku, mulai dari ubun-ubun, kening, pipi, dagu, leher, kedua nenenku terus kebawah pusar dan perut, kemudian terus turun kebawah berhenti tepat di kewanitanku, lidah dan bibir mas Udin menari-nari cukup lama disitu sehingga membuat nafasku tersengal-sengal "ssssssssssst" menahan nikmt.
Hampir setenga jam tangan, bibir dan lidah mas Udin mempermainkan tubuhku, kini mas Udin memasukan kedua pahannya di antara pahaku. Aku paham maksud mas Udin dengan segera ku renggangkan kedua pahaku, tak lama kemudian Aku merasakan ada benda keras dan lunak terasa hangat melintang di atas vaginaku, mas Udin menggeseknya naik turun dengan pelan sehingga membuat kewanitaanku semakin basa.
Selang beberapa menit kemudian mas Udin mulai menegakkan dzakarnya dan meletakkan tepat di pintu vaginaku kemudain dia mulai mendorongnya. "Aduh sakit mas" ucapku pada mas Udin kesakitan sehingga membuat mas Udin menghentikanya.
Setelah Aku kembali tenang mas Udin kembali menekan dzakarnya, lagi-lagi yang kurasakan sakit tak terkira, Aku menangis air mataku meleleh membasai pipi dan sekali lagi mas Udin menghentikanya, tapi Aku tak rela mas Udin menghentikanya.
Entah mengapa tapi naluri kewanitaanku mengatakan Aku harus membantu mas Udin agar dzakarnya segera masuk kedalam vaginaku. Kemudian ku buka bibir vaginaku dengan kedua tanganku agar mempermudah dzakar mas Udin masuk kelubang vaginaku sehingga terlihat selaput Ari yang menutupi vaginaku.
mas Udin kembali lagi meletakkan kepalah penisnya tepat di atas vaginaku yang sudah terbuka, kemudian dengan pelan mas Udin menekan dzakarnya, Aku merintih menangis kesakitan sehinggalah terdengar suara. "krak dussss" Aku segera menampar wajah mas Udin bertubi-tubi kemudian ku tutup wajahku karena malu dengan ketawa cekikan. Aku sadar pada saat itu keperawananku sudah jebol dan Aku sadar bahwa dara perawan suciku telah membasai dzakar mas Udin sebagai lambang pengabdian seorang istri pada suaminya.
Selang beberapa menit kemudian, mas Udin mulai menggerakan dzakar di dalam vaginaku, sakit, pedih, perih yang Aku rasakan. "Ah mas sakit mas" rintiku pada Mas Udin, tetapi Aku melarang mas Udin menghentikan gerakan dzakarnya. sehinga memasuki menit ke 5, antara rasakit dan rasa nikmat berbaur jadi satu, bibirku ku gigit karena menahan rasa sakit kedua mataku merem melek karena merasakan nikmat. 10 menit kemudian "wow" betul-betul nikmat, rasa perih, pedih dan sakit sudah hilang tinggalah rasa nikmat yang tak terhingga. "Ah ssssssst ufffff uussss enak massss" rinti nikmatku sambil ku peluk dan dan ku cium wajah suamiku. Tiba-tiba tubuhku menjadi kaku, nafasku tersengal-sengal, ku cengkramkan kuku-kuku tajamku di punggung suamiku pantatku beberapa kali ku hentakkan dan kemudia Aku merasakan ada cecairan keluar dari dalam vaginaku. "massssss" triakku kenikmatan, Akhirnya Aku menggelepar di atas tilam yang basah oleh keringatku, tak lama kemudian mas Udin mempercepat gerakan penisnya sambil kedua tanganya menjambak rambutku "Ahhhhhh sayangggggg" desah mas Udin "crooot crooot croooot" dan Aku merasakan ada cecairan hangat menyembur dari penis suamiku menggenangi vaginaku dengan bau aroma hasnya. mas Udinpun terkapar.
sunggu bahagia Aku saat itu walaupun malam pertamaku tertunda sampai sepuluh hari.