Aku seringkali mendapatkan kiriman gambar iklan pembesar penis di media sosialku bahkan di sertai dengan videonya.
pemain lelaki kelihatan begitu gagah dengan penis besar dan panjanya sedangkan pemain perempuan termehek-mehek penuh nikmat merasakan penis besar dan panjang dari pemain pria sehingga teringin nianku agar suamiku mempunya penis besar dan panjang seperti lelaki di iklan obat pembesar penis itu.
pada suatu malam aku segera memberi tahukan mas udin suamiku untuk membesarkan penisnya seperti di iklan itu.
"mas, coba dong ukuran dzakarnya di tambah besar dan panjangya... kok kayaknya rasanya itu lebih nikmat" rayuku pada mas udin sambil ku pegang batang dzakarnya.
"kata siapah?" tanya mas udin,
"ya... kata di iklan itu, katanya yang gede dan panjang itu lebih enak, dan juga ada surve mengatakan 70% wanita di dunia itu lebih suka dengan ukuran dzakar pasanganya yang gede dan panjang" ujarku.
"itukan katanya iklan, orang yang lagi cari duit, sedangkan surve itu harus di pertanyakan kebenaranya... kalau cuman suka ya mas udin percaya, tapi soaal kerjanya ya tunggu dulu, orang kan hanya tertipu bentuknya dan berhayal dalam pikiranya. kalau soal kerjanya belum ada yang menyurve kualitas kerjanya di dalam lobang kewanitaan perempuan" ujar mas udin.
"tapi mas... di iklan itu perempuanya itu sampai menjerit-jerit merem melek, pasti itu keenakan dengan penis gede" ujarku pada mas udin.
"jerit-jeritnya serta merem melaknya itu keenakan atau kesakitan kamu kan ga tau" sahut mas udin. akan tetapi semua penjelsan mas udin tidak menyurutkan keinginanku agar dzakar mas udin untuk segera diperbesar dan di perpanjang. akhirnya mas udin menyerah dan mengikuti kehendakku. kami segera memesan obat itu dengan sistem online.
beberapa hari kemudian pesanan kamipun sampai dirumah di hantarkan oleh pegawai pos, dan kebetulan juga pada waktu itu ada tetanggaku panggil saja bu Dewi ibu rumah tangga 41 tahun berada di rumahku dan melihat isi paketan itu.
"Ret, kamu beli obat gituan buat apaan?" tanya bu dewi.
"buat mas udin bu dewi, biar lebih kelihatan jantanya" sahutku pada bu dewi.
"lah terus kamu udah tau efeknya?" tanya bu dewi padaku.
"belum tau bu... emang ada efeknya?" tanyaku balik pada bu dewi.
"loooo gimana sih kamu ini,!! makan nasi aja ada efeknya apa lagi obat gituan" ujar bu dewi.
aku terdiam sejenak setelah mendengar ucapan bu dewi itu, dalam hati kecilku berkata "benar juga kata bu dewi, kalau kebanyakkan makan gula aja ada efeknya apa lagi obat ini" aku kemudian bertanyak pada bu dewi.
"bu dewi, apa suami ibu dulu juga memakai obat kayak gini?" tanyaku pada bu dewi.
"iya... bahkan beberapa teman suami bu dewi juga pakek obat gituan" ujar bu dewi.
"terus berhasil dan bagaimana rasanya?" tanyaku penuh semangat.
"iya... berhasil, ukuran dzakar suami bu dewi asalnya 12cm panjangnya dan diameternya 8cm, setelah memakai obat itu panjang dan besarnya berubah, panjangnya 17cm dan diamernya 12cm. pada saat kami melakukan hubungan intim sakitnya bukan main apalagi kalau di benamkan seluruhnya. dan itu juga di rasakan oleh ibu-ibu yang lain" celoteh bu dewi.
"kok bisa ya bu, katanya diiklan itu dzakar besar dan panjang itu mantap rasanya?" tanyaku pada bu dewi.
"gini ya Retno,,,,! setelah semuanya terjadi, saya berkonsultasi sama dokter, dokter bilang... apabilah lubang kewanitaan di masuki dzakar yang besar maka dinding vagina akan terdesak dan terjepit sehinga tiada ruang buat selaput vagina untuk merespon dzakar yang menggeseknya dan akan terasa sakit, sedangkan kalau terlalu panjang, kepala penis akan menyentu dinding rahim maka akan terasa sakit padahal lubang vagina itu hanya memiliki kedalaman 3cm sampa 4cm jadi ga perlu penis panjang" ujar bu dewi panjang lebar.
"oh gitu ya bu!" ujarku sambil manggut-manggut.
"jadi gini lo Red, bu dewi mau tanya sama kamu tapi kamu jangan marah ya?" tanya bu dewi.
"silahkan bu... ibu dewi mau tanya apa!" ujarku
"apa suami kamu pernah memasukan jarinya kedalam vagina kamu?" tanya bu dewi.
"perna" jawabku.
"rasanya gimana?" tanya bu dewi.
"enak kok, muatep makyus, dan aku bisa orgasme lebih cepat" jawabku.
"terus sekarang kamu ukur berapa diameter jari suamimu dan berapa panjang jari suamimu" ujar bu dewi.
aku tertegun seketika sambil mengernyitkan dahi. "benar juga kata bu dewi" sambil ku kulihat jari-jemariku sebagai perbandingan dengan jarinya mas udin.
"sekarang saya mau tanya lagi padamu, pernahkah suamimu menjilat alat sulitmu?" tanya bu dewi.
"perna" jawabku singkat.
"terus bagaimana rasanya?" tanya bu dewi.
"waw best dan hot bikin aku klepek-klepek" jawabku.
"kalau jari aja yang lebih kecil dari dzakar mampu bikin wanita klepek-klepek dan lidah yang tipis bisa membuat orgasme lebi cepat daripada dzakar, terus bikin apa dzakar yang gede, enak belum tentu sakit sudah pasti" ujar bu dewi.
"benar juga kata bu dewi tadi" gumamku dalam hati.
"Retno... saya mau tanya lagi sama kamu?"
"silahkan bu dewi" sahutku.
"ukuran dzakar suamimu itu berapa?" tanya bu dewi.
"ya... diameter 8cm panjang 13cm bu dewi" jawabku.
"Retno... ukuran dzakar suamimu itu sudah standar, ga usa di obok-obok, jadi ukuran dzakar yang standar itu diameternya 7cm sampai 10cm dan panjanya itu 10cm sapai 15cm ini menurut hasil surve yang paling dapat di percaya, jadi...!! lebih dari ukuran itu rasanya sakit, kurang dari ukuran itu kurang enak, apalagi kita ini perempuan asia" celoteh bu dewi.
saya hanya mengangguk-anggukkan kepalah mendengar penjelasan itu.
"terus tadikan bu dewi bilang ada efek sampingnya kalau memakai obat gituan, efek sampingnya apa ya bu dewi?" tanyaku.
bu dewi menghelah nafas panjang sebelum menjawab pertanyaanku itu.
"Retno... yang jelas dzakar samiku dan dzakar teman-temanya yang memakai ubat gituan, sekarang uda ga bisa keras dan berdiri menantang, bukan karena kecapekan dan juga bukan karena impoten, setiap kami mau bersetubu suami aku selalu mengkonsumsi kapsul pengeras dzakar, entah sampai kapan begitu" jawab bu dewi bersedih.
"uda... pokoknya ga usa kamu punya pikiran aneh-aneh sebelum semuanya terjadi, syukuri aja apa yang sudah di berikan tuhan pada kalian" nasehat bu dewi.
setelah aku mendengar cerita bu dewi seperti itu, akupun sering kali bertanya sama orang-orang ternyata apa yang di katakan bu dewi itu benar adanya. sehinggalah akhirnya aku melarang suamiku menggunakan obat seperti itu, biarlah kecil asal nyelkit di rasa.