Hari ini jumat dan Lisa tengah berada di kamar mandi, sengaja ia berlama-lama karena pelajaran sejarah membuat matanya mengantuk. Sebentar lagi bel istirahat dan Lisa tengah bersandar sambil memainkan ponselnya. Tadi, saat Jisoo dan dirinya ingin ke kamar mandi guru sejarah meraka Pak Lee hanya mengijinkan Lisa yang keluar, sementara Jisoo tengah memaki-maki dirinya karena meninggalkannya di kelas. Lisa cuma bisa tertawa. Saat mendengar bel berbunyi, ia memasukkan ponselnya ke dalam tas dan berjalan menuju kantin.
Lapar, Lisa pun langsung melangkah menuju warung mie ayam. Dari kemarin rasanya mau makan mie tapi gak dibolehin sama Jisoo, jadi sebelum Jisoo keluar Lisa sudah memesannya dan duduk di satu meja kosong. Gadis itu tengah menunduk, memainkan ponselnya ketika suara tawa terdengar. Suaranya aneh, seperti tawa yang kering dan patah-patah. Entah lah, namun itu membuat Lisa mendongak. Ah, adik kelasnya yang kemarin tengah bermain basket ternyata. Mark Lee. Bersama tiga temannya yang lain. Lisa rasa si rambut jabrik, eum Dino kalau tak salah tengah mengatakan sesuatu yang lucu hingga membuat Mark tertawa tanpa henti bahkan lelaki itu membungkuk sambil menepuk tangannya berkali-kali. Membuat tiga temannya harus menunggu Mark.
Mereka melewati Lisa dan gadis itu menunduk untuk membalas pesan dari Jisoo. Tapi belum sempat ia membalas pesan gadis itu, ia dapat mendengar seruan dari Jisoo. "WOI! LISA! SIALAN BANGET GUE DITINGGALIN!"
Lisa cuma bisa menutup wajahnya, malu karena Jisoo teriak-teriak kaya gitu. "Malu-maluin banget, heran."
"Sialan! Dasar pengkhianat!" Gadis itu memiting leher Lisa membuat Lisa memukul lengan Jisoo berkali-kali hingga dilepaskan oleh gadis itu. "Bisa-bisanya lo kabur lima menit sebelum bel! Pak Lee nyebelin banget elah kenapa lo doang sih yang dibolehin keluar?"
"Ya kalau lo dibolehin ketahuan sekongkol bego," June dengan mulut yang seenaknya berujar. "Lagi udah tua juga masih aja mau cabut-cabutan. Mau jadi apa sih?"
"Halah! Sok-sokan lo! Kerjaan di kelas cuma main game aja belaga," Yuju dengan seenaknya mendorong kepala June dari belakang. Si korban langsung menatap sadis ke arah Yuju yang memberikan tatapan menantang.
"Ini mba mienya," Pak Kim menaruh mie ayam di hadapan Lisa membuat gadis itu tersenyum dan berujar terima kasih.
Baru Lisa akan menuangkan saus ke dalam mangkuk mienya, tangan lain sudah merebutnya. "Gak boleh! Mau mati lo makan mie lagi? Gak ada! Sana beli nasi goreng aja. Gyu, makan nih!"
Lisa mau protes, tapi mie ayamnya sudah dimakan oleh Mingyu lebih dulu. "Ah elah! Mau mati juga seenggaknya gue mau makan mie ayam dulu! Tega banget sih! Huhu."
"Lebay lo, sana beli nasi goreng aja. Nih duitnya," Jisoo mengeluarkan uang dari sakunya. Meski Lisa mendesis tak suka, gadis itu tetap berjalan menuju warung nasi goreng.
Harusnya tadi Lisa tak menunggu bel berbunyi. Harusnya ia jajan saja lebih dulu, "bu nasi gorengnya satu. Pake telur ya bu, yang mateng."
Nasi goreng di sini tak perlu menunggu waktu lama karena tinggal dipanaskan saja. "Satu lagi bu, samain kaya kakak ini ya."
Lisa menoleh, membuat si empunya suara ikut menoleh dan memberikan senyum yang membuat kedua matanya berbentuk sabit. "Eh, gak apa kan kak?"
Satu alis Lisa naik, tak mengerti. "Maksud gue, menunya samaan gak apa kan?"
Gadis itu mengerjap, mundur satu langkah karena nyatanya Mark lebih tinggi dan mendongak membuat lehernya sakit. "Ya gak apa lah, emangnya menu itu cuma buat gue?"
Lelaki itu mengangguk, hanya itu. Obrolan pertama yang canggung. Juga, Lisa tak mengerti kenapa jantungnya terasa berdebar cepat saat ini. 1% dalam dirinya yakin kalau dia mungkin saja jatuh cinta.
•••