"Lis, nanti ini kasih ke kelas 1-4 ya!" Mama Lisa berujar, membuat gadis yang tengah tengkurap sambil memainkan ponselnya itu menoleh. "Yeri gak masuk sekolah besok, tolong kasihin ya. Kasian banget anak itu tangannya patah."
Lisa langsung terduduk, "hah? Kok bisa?" Tangannya meraih surat yang diberikan mamanya kemudian memasukkannya ke dalam tas sekolahnya.
Mamanya memilih duduk di samping Lisa, "iya, jadi dia sama abangnya naik motor terus jatuh. Abangnya cuma lecet tapi Yerinya sampe patah gitu tangannya. Kasian deh, Lis. Kamu jenguk ya nanti."
Lisa mengangguk, "iya nanti aku jenguk deh."
Mamanya mengangguk, kemudian keluar dari kamar Lisa. "Siap-siap buru, sarapannya udah jadi tuh."
Lisa mengangguk, kemudian meraih seragamnya. Gadis itu memang sudah mandi dan tinggal memakai seragamnya. Lisa meraih ikat rambutnya dan mengikatnya menjadi pony-tail. Setelah itu ia menyampirkan tasnya di bahu dan turun ke bawah.
Seperti biasa, setelah sarapan Lisa akan berjalan menuju halte dan memakai earphone di telinganya. Pagi ini playlistnya adalah lagu Troye Sivan. Butuh waktu sekitar tiga puluh menit sampai ia tiba di sekolah. Sebenarnya perjalanan ke sekolah hanya lima belas menit, sisanya ia gunakan untuk menunggu bus.
Saat tiba, Lisa langsung berjalan ke lantai tiga, tempat kelas 1-4 berada. Lisa mengetuk pintu kelas sebelum membukanya, "permisi."
Seorang yang Lisa kenal, Tzuyu menghampiri dan tersenyum. "Iya? Kenapa kak?"
Lisa mengulurkan tangannya, menyerahkan surat yang sejak tadi ia pegang ke arah Tzuyu. "Ini surat Kim Yeri, dia gak masuk mungkin sampai beberapa hari ke depan karena masih di rumah sakit. Titip ya, Zuy."
Tzuyu mengangguk dan meraihnya, lewat ekor matanya ia dapat melihat Mark yang tengah memperhatikannya. Mark duduk di belakang, tapi jelas mata lelaki itu terarah padanya. Lisa mendongak, tersenyum kemudian mundur. "Ya udah, makasih ya Zuy, aku duluan."
Tzuyu mengangguk, "iya! Makasih juga kak, salam ke Yeri ya."
Yang dibalas Lisa dengan anggukan pasti. Sementara otaknya terus memutar kejadian di mana Mark menatapnya dari tempat duduknya. Sumpah, kayanya Lisa mulai gila deh. Padahal mereka gak bertegur sapa, gak juga saling melempar senyum tapi hanya merasa ditatap oleh Mark sudah membuat Lisa senang. Tunggu, mungkin saja Mark tak menatapnya bukan? Lagi pula jika ia pun, itu karena Lisa membawa surat atau Lisa tengah berbincang dengan Tzuyu. Tak ada alasan spesial. Atau apa pun yang Lisa harapkan.
•••