Sudah setahun berlalu, kini Lisa dan Jaehyun semakin dekat semakin mesra juga kalau kata Jisoo. Keduanya berkuliah di tempat yang sama, hanya saja berbeda jurusan. Lisa berada di jurusan psikologi sementara Jaehyun mengambil jurusan Teknik Mesin. Kedua fakultas ini bersebrangan, jadi tiap Jaehyun selesai dengan kelasnya ia akan datang ke tempat Lisa dan mengajaknya makan. Seperti saat ini.
"Pusing ih, Jae. Dari kemarin rapat gak kelar-kelar, kendalanya karena gak memenuhi kuota terus. Padahal mabanya dateng seminggu lagi. Pusing banget, sumpah!" Lisa bercerita, sementara Jaehyun mendengarkan seperti biasa. "Terus dananya gak cair-cair coba. Pusing," rengeknya kemudian memilih untuk menyandarkan kepalanya di bahu Jaehyun.
Menjadi pacar yang baik, Jaehyun mengusap puncak kepala Lisa. "Cup-cup tenang aja, sabar dulu nanti pasti kelar. Kamu minta ke bagian humas biar ngepc anak-anak untuk datang. Terus untuk dana dari fakultas jangan terlalu diandelin. Mending danusan aja atau patungan sama anak-anak. Cukup kok untuk sampai tiga pertemuan sama maba."
Lisa mendongak, mengubah posisinya. Ia menaruh dagunya di bahu Jaehyun dan menusuk lesung pipi kekasihnya itu. "Pantes aja jadi PO untuk summer fest nanti. Jadi bangga, he he he."
Jaehyun berdecak, mendorong kening Lisa dengan jarinya. "Omong-omong, tadi aku ketemu Mark."
Lisa menoleh, "oh? Terus?"
Jaehyun tersenyum kecil, tangannya terulur dan mencubit pipi Lisa. "Udah move on nih ceritanya?"
Gadis berambut emas itu tersenyum lebar, memperlihatkan deretan giginya yang rapih. ""Udah dong~ masa punya pacar sebaik ini mau disia-siain sih?"
Jaehyun menutup mulutnya, malu. Lagi, Lisa mengambil kesempatan itu untuk menusuk lesung pipi Jaehyun, lagi. "Sok malu-malu, si mujaer. Kamu sendiri gimana? Kan di summer fest Rosé jadi sekretaris. Udah move on belum?"
"Belum nih, abis Ros makin cantik." Ucapan Jaehyun langsung mendapat pukulan dari Lisa berkali-kali. Jaehyun hanya tertawa, kemudian diraihnya tangan Lisa. Lelaki itu menatap Lisa, hangat. "Bercanda, sayang. Masa cewek manja begini aku lepasin sih? He he, nanti kalau manjanya sama cowok lain aku gak suka. Kamu bolehnya manja sama aku doang." Lelaki itu tersenyum kecil, menunduk dan mencium ujung hidung Lisa.
"Yah, merah mukanya," ledekan Jaehyun malah membuat Lisa kesal. "Gak apa, tetep cantik kok."
"Bodo ah, gombal mulu."
Jaehyun tersenyum, mengusap puncak kepala Lisa lembut dan mengecupnya ringan. "Tahu gak sebenernya pas kelas satu sma aku suka sama kamu?"
Mata gadis itu membulat, lucu. "Demi? Aku kira kamu suka sama Rosé?"
Jaehyun mengangguk, tak menyalahkan. "Karena aku gak mau kehilangan kamu sebagai sahabatku jadi aku move on ke Rosé hanya untuk move on ke kamu lagi."
Lisa gak tahu kenapa tapi mendengar itu membuat dadanya terasa hangat. "Makasih ya, Jae. Makasih karena selalu ada buat aku."
Jaehyun mengangguk, tangannya terbuka seolah memberi isyarat agar Lisa memeluknya dan tentu gadis itu melakukannya dengan senang hati.
1% Lisa untuk Mark tak pernah menjadi 100%. 1% Lisa untuk Mark selalu terisi dengan keraguan dan ketakutan. 1% Lisa untuk Mark tak pernah menjadi nyata. 1% Lisa untuk Mark tak pernah tersampaikan karena ia terlalu pengecut untuk menyatakan. Jadi, banyak hal yang membuat 1% Lisa untuk Mark berubah menjadi 0% persen untuk Jaehyun.
Kenapa 0%? Karena bersama Jaehyun, meski Lisa tak tahu apa yang terjadi ia percaya pada Jaehyun. 0% Lisa untuk segala keraguan. 0% Lisa untuk segala kecemasan. 0% Lisa untuk ketakutan tak berarti. Jaehyun hanya membuat Lisa selalu merasa dicintai dan yang paling menyenangkan adalah cintanya untuk Jaehyun tak sebelah tangan.
Seperti kata Jaehyun, once you falling for me and I do the same there's nothing holding me back to have you.
Jadi, biarkan Mark menjadi salah satu cinta masa SMA Lisa yang tak terbalas karena ia sendiri tak pernah berusaha untuk membuatnya menjadi nyata.
•The End•
jadi, gimana?
he he he tahu mungkin ada yg gak suka karena berharap marklisnya jadian, tapi sejak awal marklis emang gak pernah nemu happy ending mereka di certa ini
-amel