Perintah dari Tanjung Priok otomatis membuat Gilang langsung naik ke dek atas tanpa basa-basi
"Zikri, Dadang! Tunggu disini!"
"Lah?"
"??"
Gilang langsung masuk keruang radio memberi komando ke armada yang dipimpinnya "komando pusat ke armada, komando pusat ke armada. Disini kapten Gilang, kita akan seger berlayar ke jakarta. Mohon persiapkan kapal segera!"
Kemudian ia menuju ruang kemudi dan berbicara ke Saep, "mana juru mudi?"
"Perasaan nyusul kapten kebawah tadi?"
"Oh iya lupa! Yasudah saya ambil alih sebentar. Saep, coba kamu panggil juru mudi II ya di ruang makan"
"Iya kapten!"
Kapal diarah kan Gilang ke jakarta, tempat berkumpulnya armada utama, Armada Jawa. Dengan lihai Gilang mengatur posisi kapal agar tidak melenceng dari tujuan. Selang lima menit keluar perintah dari markas, arlaka (armada malaka) mengontak Gilang agar menunggu di kepulauan riau supaya mereka bisa bergabung dan bersama bergerak ke Tanjung Priok.
Pukul 18:58
Armada G (kode Gilang) baru saja melintasi pulau natuna yang masih berasap pekat, terlihat bintang-bintang di dekat pulau menghilang terhalang dengan asap kebakaran. Gilang memerintahkan semua KS untuk tetap di natuna sebagai patroli sunyi dan ia sudah diizinkan mabes.
Keadaan laut jawa saat itu sangat berbahaya. Banyak kapal musuh di utara natuna yang bisa masuk kapan saja. Armada Gilang yg berlayar tanpa perlindungan KS dan udara sangat rentan terhadap kapal musuh, apalagi armada tersebut merupakan armada gabungan dari berbagai daerah. Koordinasi harus terus dilakukan antar kapal lain dengan kapal bendera (flagship) KRI BUKIT BARISAN. Hari sudah makin larut ketika mereka melewati kepulauan riau. lampu- lampu kapal dimatikan untuk menghindari pertempuran malam hari.
Masih terlihat lampu lampu dari kota pangkal pinang menyala menerangi malam, hanya cahaya kota yang menerangi setiap layar malam mereka dilautan. Semua kapal yg berlayar mematikan lampu mereka untuk berjaga-jaga, baik kapal sipil atau militer. Kondisi yang sangat sepi membuat malam sangat membosankan, para pelaut hanya duduk di dek kanan kanan memperhatikan kerlap-kerlip Pangkal Pinang, ingin rasanya mereka diam sehari dengan tenang saat itu. Namun kondisi berkata lain membuat mereka sibuk hilir pikuk kesana kemari, dikejar-kejar musuh yg lebih banyak dan tangguh, tidak bisa tidur dengan tenang, seharian berada dilaut yang sepi, itupun hanya ramai ketika para perwira sinyal berteriak "ada musuh!" Suara kegaduhan perang, tembak sana-sini, kekacauan dan segala jenis keluhan lainnya yang hanya membuat capek saja.
Ketika tiba di kepulauan Riau kontak radio datang dari kapal arlaka. Mereka berada disekitat pulau bintan. Gilang menyusul untuk bergabung dengan arlaka. Kapal-kapal mereka sudah terlihat dari kejauhan, memberi kode morse melalui lampu sorot.
Pukul 20:03
Armada G(gabungan dari artara, sebagian arsura, artuna, dan arlaka) berhenti di pulau belitung. Sebagian kapal masuk pelabuhan untuk mengisi bahan bakar yang seharusnya dilakukan di pulau natuna. Beberapa kapal yang tidak mengisi bahan bakar berpatroli diluar pelabuhan, berjaga-jaga jika armada musuh dari utara kembali.
Artuna mengawasi lautan, dengan meriam-meriam kapal penjelajahnya yang siap menyerbu musuh yang bisa saja datang. Perwira meriam KRI NATUNA mengawasi melalui periskopnya, masih lautan tenang yang terlihat. Sepertinya musuh tidak mencoba masuk ke perairan laut jawa.
Komandan artuna mengembalikan kapalnya ke arah pelabuhan, diikuti kapal-kapal artuna lainnya. Sedangkan kesibukan terlihat di dermaga pelabuhan, KRI CEMPAKA bersaudara saling merapatkan dek satu sama lain menunggu antrian bahan bakar. Satu persatu kapal didatangi KM. PERMATA yang mengalirkan bensin dari kapal tanker MT. MALABAR. Kapal tender tersebut berputar-putar memastikan bahan bakar terisi ke setiap kapal perang.

KAMU SEDANG MEMBACA
K.R.I ANUMERTA
ActionHighness rank #46 action Tentara PBB menyerbu nusantara, dimana hanya tinggal seonggok besi raksasa dan armadanya yg membatasi tanah kita dan penyerbuan yg tak lebih dari salahpaham semata