Yang Tertinggal dari Jeongyeon dan Taehyung

142 11 7
                                    

"Aku tuh sebenernya heran tahu, waktu aku tahu kalau kalian itu pacaran. Aku pikir tuh cuma bercanda." Ucap Taehyung di antara gemerisik daun. Mereka berdua berbaring di lantai semen yang dingin, dengan langit malam sebagai payung.

"Mmh, yeah." Mental Jeongyeon memutar bola matanya, kayak itu membantu saja. "Aku sendiri juga baru tahu tadi, kalau ternyata sejak awal hubungan kami emang bercandaan."

"Anu... bukan gitu maksudnya." Taehyung berusaha keras mencari kata-kata di antara taburan bintang yang mulai terasa seperti kamera pengawas, "Cuma... apa, ya... Wonwoo tuh kayak yang cuma penampilan doang... gitu, lho."

"Oh, jadi sekarang kamu ngeraguin kemampuan aku untuk nilai seseorang?"

Ia meringis pada kata-katanya sendiri, setitik dari dirinya percaya bahwa prasangka Taehyung benar adanya. Ia terlalu cepat kegirangan ketika Wonwoo mengajaknya jadian hingga Jeongyeon luput untuk memeriksa kenyataan. Mengingat kenangan-kenangan bersama Wonwoo mulai terasa pahit sekarang. Juga betapa Jeongyeon merasa bodoh dibuatnya ketika ia menghabiskan banyak pengalaman pertamanya dengan si bajingan itu.

Kemah pantai pertama? Ceklis. Permainan paint ball pertama? Ceklis. Kelab malam pertama? Ceklis. Festival musik pertama? Ceklis. Daftarnya bisa bergulir terus-menerus dan Jeongyeon jadi membenci diri sendiri karena nyatanya, sisi menyenangkan dari dirinya ditemukan hanya ketika ia sedang bersama Wonwoo.

"Bukan gitu..." akal Taehyung kembali mengembara. Memikirkan kata-kata apapun yang bisa membantunya keluar dari rasa bersalah karena tidak berhasil membantu perempuan mengigil di sampingnya itu merasa lebih baik. Maka ia hanya menanyakan hal yang paling aman, "Mau balik ke kamar?"

"Katanya di sini sunrise-nya bagus." Ucap Jeongyeon tanpa mengindahkan pertanyaannya. Membuat Taehyung merasakan bercakan panik karena tidak tahu mesti berbuat apa ketika Jeongyeon melanjutkan, "Aku nunggu sunrise aja, deh. Kamu ke sini karena nungguin sunrise juga, kan?"

Taehyung baru menyesal sekarang karena meninggalkan jaketnya di kamar. Padahal ia bisa saja memberikan jaket itu pada Jeongyeon yang giginya mulai menggeletuk. Iya, kan? Harusnya Taehyung turun ke kamarnya dan mengambil penghangat apapun untuk Jeongyeon, kan? Tapi ia tak ingin kelihatan berlebihan dan mereka sudah terlanjur, tahu lah, PW.

"Euh, omong-omong. Kalau cowok yang sering bareng kamu itu siapa, deh?" tanya Jeongyeon. Sedikit tercekat ketika menemukan Taehyung berbaring menghadap ke arahnya dan menatapnya lekat.

"Hm? Yang mana?" Dahi Taehyung mengernyit di bawah poni yang terlampau panjang, mengira-ngira cowok mana yang dimaksud Jeongyeon. Taehyung merasa kalau ia sudah membagi waktu dengan teman-temannya secara seimbang... iya, kan?

"Yang itu, lho. Yang sering pake snapback, terus cincinnya rame."

Yang kayak gondes, lanjut Jeongyeon dalam hati.

"Ooooh," Taehyung kembali berbaring di punggungnya sebelum melanjutkan, "Itu mah si Jimin, anak FBS Uniyo 2014. Kenapa?"

"Mmh... Kalian tuh... Hubungannya gimana, sih?"

Sinar rembulan mengintip dari celah-celah dedaunan dan menimpa ragu yang disisakan pertanyaann Jeongyeon. Pemandangan di hadapannya sedang berbaring dengan puas menatap bintang-bintang. Jeongyeon tidak ingin menyinggung siapapun. Permohonan maafnya sudah diujung lidah ketika Taehyung kemudian menjawab pertanyaan tanpa beban."Hah, Jimin mah udah kayak sodara aku sendiri. Emang kenapa gitu?"

"Oh, bukan... pacar kamu?"

Mendengar kata pacar disebut membuat Taehyung teringat akan sesosok bintang yang ia tinggal di Jawa. Memang akan segera ia temui tidak sampai seminggu lagi, tapi gelombang kusut yang mengantar kepergiannya ke Sangihe tiga minggu yang lalu membuat dadanya sesak. Taehyung kembali menoleh untuk menatap Jeongyeon sebelum membalas, "Nggak atuh. Nanti kayak incest, dong."

Jawabannya seolah memberi lampu hijau bagi Jeongyeon untuk melontarkan pertanyaan selanjutnya, "Tapi kamu beneran homo?"

Dan, Oh.

Oh, boy.

Apa Jeongyeon telah salah bertanya?

Air muka Taehyung berubah muram ketika menjawab,"Gay? Yah... Nggak, Jeongyeon... Aku lurus."

Jeongyeon mengutuk diri karena dengan sembrononya bertanya dan Taehyung menyesali jawabannya yang terdengar putus asa. Seolah ia akan mengecewakan perempuan menarik di hadapannya itu karena sudah menjawab sesuai kenyataan. Seolah dengan berkata jujur maka legenda tentang kemisteriusannya juga akan luntur.

"Oh, maaf." Ucap Jeongyeon dengan malu-malu, berharap kecanggungan sekecil anak gajah yang mulai mendengkur di antara mereka segera pergi.

"Gapapa, Jeongyeon. Untung cuma sama aku," Taehyung berhenti sesaat untuk mencabut sehelai daun yang menemukan tempatnya di rambut Jeongyeon, "tapi menurut aku, sih, kayaknya kurang bijak kalau kita mengasumsikan orientasi seksual orang lain."

Benar. Jeongyeon mengutuk diri lebih keras.

"Tapi aku punya pacar, kok." Lanjut Taehyung.

"Ya? Aku tahu orangnya, nggak?" Tanya Jeongyeon penuh harap.

"Itu... Bukan urusan kamu."

Disambung lebih banyak hening dari kedua belah pihak. Setidaknya lolongan anjing dan kokok ayam di kejauhan mulai menyambangi sepi yang menjemukan itu. Jupiter dan Venus bergantian mengerjap-kerjap ke arah mereka, membiarkan keduanya sadar diri akan kehadiran masing-masing juga pikiran kocar-kacir yang sengaja dibisukan oleh sapaan angin malam. Tak satu pun berani memecah sunyi.

***

Uniyo: Universitas Yogyakarta, tetangga Universitas Jogja a.k.a UJ a.k.a kampusnya Jeongyeon dan Taehyung dan karakter-karakter lain.

A/N:  ehe.... begitulah teman-teman... silakan diberi tanggapan bila berkenan, aku sungguh suka kalau pembacaku memberi respons... apalagi kalau bisa membantu kemajuan komunitas penulisan kita WKWKWKWKWKW... btw mohon antisipasi tulisan berikutnya mengenai Jungkook dan yang lainnya, ya... semoga kalian puas... lub ya

Kapal Karam Gagal TenggelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang