Aneh, ketika Virgo datang ke sekolah jam enam lewat lima belas karena biasanya ia datang hampir mendekati bel masuk. Apalagi hari ini ia malah berjalan menyusuri lantai dua, dan karena bingung akhirnya ia kembali ke ujung.
"Kelas Vio yang mana ya?" Ia menanyakan pertanyaan pada dirinya sendiri. Lantai dua dikhususkan untuk kelas sepuluh dan duabelas IPA.
"Lurus aja, kelas ke-tiga dari sini, " tiba-tiba saja sebuah suara di belakang Virgo datang menyahut.
Virgo memutar tubuh dan terpaku melihat sang gadis yang sedang menatapnya dengan malas.
"Minggir kek, gue mau lewat. Nutupin jalan aja lo." Vio lewat dengan mendorong tubuh Virgo.
Ia yang tidak siap nyaris saja terjatuh ke belakang. Dalam hati Virgo terus menyumpahi kelakuan perempuan menyebalkan itu. Namun mengingat misinya untuk menjadikan Vio sebagai korban selanjutnya, Virgo hanya bisa mencoba bersabar.
"Tunggu Vio," tahan Virgo.
Vio berbalik.
"Lo itu bukan tipe gue, Tuan Player. Jadi kalo tujuan lo deketin gue supaya bisa jadiin gue korban lo yang selanjutnya, mending lo mundur aja," katanya tegas dan tajam. Bagai belati beku yang menusuk relung jiwa seorang Virgo.
Dalam hatinya lelaki itu bersumpah akan membuat gadis itu berbalik mencintainya setengah mati.
"Emang siapa juga yang mau deketin kamu, cewek nyebeliin? Aku cuma mau bicara sesuatu, dan aku tidak sejahat yang kamu ucap tadi," jawab Virgo kesal.
"Oh."
Virgo menggaruk kepalanya gemas, "Mau nggak? "
Vio memajukan bibirnya dan melirik ke atas seperti sedang berpikir, "Mau ngomong apa, cepet!"
Virgo menarik napas dalam, "Hari Minggu nanti, aku jemput kamu ya. Jangan diusir lagi, janji kok gak bakal jahat," laki-laki itu mengangkat tangannya yang membentuk simbol damai.
Vio menatap lawan bicaranya curiga, karena perubahan sikap yang Virgo tunjukkan padanya berubah drastis. Tapi hanya sekilas ia merasa terkejut, karena sebuah ide muncul begitu saja di pikirannya. Mungkin ini bagian dari rencana busuk lo, tapi gue punya rencana yang bisa jadi jauh lebih busuk buat lo.
"Hmm, gue gak bisa jawab sekarang. Gue harus izin sama Ibu, jadi lo sabar aja ya."
Cewek itu lantas berbalik pergi menuju kelasnya. Menyisakan Virgo seorang di lorong itu.
"Semoga aja lo bisa selamat ya Vio. Tapi gue harap lo tau kalo gue gak pernah seserius ini buat jadiin seorang cewe mainan,"
****
Dalam pembelajaran, Vio terlihat kurang berkonsentrasi hingga Ms. Nadya menegurnya untuk kembali fokus pada pembelajaran. Bahkan ia mengancam akan membuat laporan pada petinggi sekolah jika Vio masih tidak memperhatikan.
Ancaman itu bukan main-main. Semua guru paham akan prosedur yang berlaku di sekolah. Bahkan siswa yang tidak terlihat fokus saat pembelajaran, atau yang kedapatan mengantuk akan langsung dibuatkan laporan, atau kata lainnya rekomendasi surat keluar dengan catatan buruk di dalamnya.
Jenni sebagai teman sebangku Vio langsung bertindak cepat dengan mengatakan bahwa kaki Vio masih sakit dan membuatnya tidak konsen.
"Vio, kalau kamu belum sembuh total tidak usah masuk. Daripada kamu tidak fokus sekarang.
"Saya akan buat surat izin kamu untuk pulang lebih awal." Ms Nadya lalu mengeluarkan selembar kertas biru dan menuliskan sesuatu di atasnya.
"What are you doin' Vio? Take it and go home now."
Vio yang merasa dibentak itu mendengus sebelum akhirnya segera membereskan buku dan mengikuti perintah Ms Nadya. Tapi setidaknya ia bersyukur karena tidak jadi dilaporkan pada petinggi sekolah. Ia menunduk, menuruni tangga dengan santai karena kakinya memang masih sedikit sakit. Lalu ia melihat sepasang kaki berbalut sepatu hitam. Khas sepatu laki-laki.
Ia mendongak untuk mencari tahu siapa orang itu, matanya terbuka lebih lebar. Wajah orang di depannya berkerut sambil menatap manik mata Vio lekat-lekat seakan ia tak mau memutuskan pandangannya sampai kapanpun.
Mata milik Vio melakukan hal serupa. Dirinya seperti menenukan kenyamanan dalam mata cokelat orang itu. Kenyamanan yang dulu sekali pernah ia rasakan, dan sekarang orang itu membawanya kembali.
"Kamu pulang?" akhirnya sebuah suara memecah keheningan dari aksi tatap-menatap mereka.
"Iya, udah dapet surat izin dari Ms Nadya."
Tangan orang itu menggenggam pergelangan tangan Vio dan menuntunnya dengan lembut."Aku nggak bisa anter kamu karena masih ada pelajaran. Biar supirku yang anter kamu pulang sekarang," nada lembutnya begitu syahdu di telinga Vio yang berjalan di belakang orang itu. Membuatnya membuang muka karena wajahnya yang sudah memerah. Mencoba menekan buih-buih aneh yang menggelitik hatinya.
Apa iya semudah itu Vio bisa jatuh cinta?
Lanjut next chapter ya kawaan.
Maaf pendek dan gak jelas.
Salam manis dari Raka the writer ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Teen FictionVirgolendra Xamuel Buana Setengah bad boy, setengah good boy. Dicap sebagai players kelas kakap yang nggak pernah punya pacar. Heran? Tapi ia bukan player biasa. Cowok tampan ini punya alasan penting kenapa ia menjadi seperti ini. Setidaknya itu s...