Sama√

787 88 6
                                    

Sungjae membuka matanya.
Rasanya kepalanya akan meledak saja.
Rasanya pusing,bingung juga ada tambahan muak didirinya.
"Kau sudah baikan sekarang?" Sungjae menatap pintu kamarnya yang menampilkan Erma.

"Hm....memangnya aku kenapa?" tanya Sungjae tak mengerti apa yang terjadi.

"Kau pingsan dikamarmu.Beruntung Oma menyadari kalau kau pingsan.Kalau tidak?" Sungjae tersenyum mendengar Erma begitu mengkhawatirkannya.

"Maaf membuat Oma khawatir" ucap Sungjae.

Erma tersenyum.
"Itu wajar.Bahkan kalo Oma tidak khawatir itu aneh.Kau memikirkan apa sampai pingsan?" tanya Erma memberikan coklat hangat pada Sungjae.

Sungjae menyesap sedikit dan mencoba mengingat.
"Hanya kelelahan.Akhir-akhir ini banyak latihan" bohong Sungjae.

Sungjae ingat terakhir kali sebelum dia tak sadar kan diri dia tengah apa.
Tapi dia akan kena omel Erma kalau memberitahu dia memikirkan si penelpon Korea itu.

"Jangan bohong! Oma tau apa yang kau lakukan sebelum kau tak sadarkan diri.Katakan se...."

"Aku baru menyadarinya kalau Oma sudah pulang.Bagaimana dengan bisnisnya?Oleh-oleh nya?" Sungjae memotong perkataan Erma dan mengalihkan pembicaraan.

"Kau ini!" decak Erma dan memukul pelan punggung Sungjae kemudian keluar kamar.

Sungjae terkekeh dan ikut keluar kamar.
"Ini!jaket untuk musim dinginmu" Erma menyerahkan jaket Putih dengan beberapa garis merah.

"Terimakasih Oma ku yang baik....." puji Sungjae memeluk lengan Erma.
Erma tertawa melihat Sungjae yang manja.
"Itu juga pasti untukku!" tebak Sungjae melihat jaket biru tua.

"Bukan!" Erma menjauhkan jaket biru tua itu dari jangkauan Sungjae.

"Ah....Oma....Aku tak yakin itu milikmu!" ucap Sungjae memaksa agar jaket itu untuk Sungjae.

"Kau kan sudah dapat itu!lalu untuk apa yang ini?" tanya Erma membuat Sungjae mengerucutkan bibirnya ngambek.

"Aku ingin dua...kalau tidak aku ingin berpetualangan ke luar negeri.Bagaimana?" Sungjae tau Erma tak akan mengijinkannya keluar negeri tanpa Erma.

"Baiklah-baiklah..... Terserah kau!" Sungjae tersenyum dan menerima jaket biru tua itu dengan senang hati.
"Tapi....jangan lagi mengurusi orang iseng itu!" Sungjae tau siapa yang dimaksud Erma.
Sungjae mengangguk dan mencium kening Erma kemudian berlari masuk kamarnya.

Erma tersenyum.
Jaket biru tua itu bukan darinya.
Tapi dari cucunya.

6 hari lalu.....

Erma menghembuskan nafasnya.
Rasanya sudah lama dia tak datang ke Korea apalagi ke rumah mewah milik putri dan menantunya.

Suasana rumah sangat sepi.
Itu jelas sangat terlihat oleh banyaknya rangkaian bunga berduka cita didekat pintu utama.

"Oma....." Erma menatap remaja laki-laki yang bermata sembab dengan rambut acak-acakan.

Erma terdiam.
Remaja itu memeluk Erma.
Menangis terisak-isak.
Tak ada balasan dari Erma.
Erma kemudian melepaskan pelukan remaja tersebut dan menatapnya dingin.

[Telah Terbit] BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang