Hanya karena tidak mengekspresikan, bukan berarti dia tidak menyukaimu.
__________________
Suasana ruang tengah di kediaman keluarga Anya cukup ramai, karena kedatangan Bima tadi pagi. Kini Anya bersama Bima tengah berbincang kecil mengisi waktu senggang.
"Gimana nya sekolah kamu?" Tanya Bima.
"Ya gitu, seru bang," jawab Anya antusias, kemudian selanjutnya Anya menceritakan semua kejadian yang ada di sekolah, dimulai dari guru gurunya hingga teman yang sering Anya jahili.
Namun ada satu pertanyaan dari Bima yang membuat Anya salah tingkah, antara malu dan takut.
"Anya, you already have a boyfriend?" tanya Bima mengintegorasi.
Anya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung menjawab apa? Kalau ia menjawab punya kan mustahil, Zein juga bukan pacar Anya, tapi kalau menjawab belum, faktanya Anya kini tengah berusaha mendapatkan hati pangeran es itu.
"Lagi proses bang," ujar Anya tersenyum malu, jawaban itulah yang akhirnya keluar dari bibir Anya.
"Proses apa? PDKT apa Putus?" Tanya Bima.
"Si Abang, ya proses PDKT lah." timpal Anya sedikit keras.
Bima terkekeh pelan melihat ekspresi adik perempuannya yang terlihat kesal dengan ucapannya barusan.
-ZeiAnya-
Suara iringan lagu terdengar lembut ke seluruh penjuru ruangan caffe, menyusup ke setiap gendang telinga setiap orang, memberi kesan menenangkan bagi siapapun yang mendengarnya.
Zein menatap lurus kedepan, ia sama sekali tidak tertarik dengan alunan lagu yang sedari tadi mengalun merdu, pria itu kini sibuk dengan fikirannya, jari telunjuknya ia ketukkan di meja, sesekali menghembuskan nafasnya gusar.
Anya.
Fikirannya tertuju pada gadis itu, gadis yang selama ini berusaha mendekatinya, berusaha mengajaknya bicara, bahkan dengan lancangnya ia mengutarakan perasaannya, tidak peduli dengan kodrat dia sebagai seorang perempuan.
Ia merasa gadis itu tidak punya malu, muka tembok, tapi ada rasa kasihan yang terselip dalam benaknya, ia merasa terlalu jahat padanya karena terus saja menolak perhatiannya tanpa memikirkan perasaannya.
Apa dia harus mencoba membuka hatinya kembali? ia tidak tahu bagaimana kabar orang yang dulu sempat singgah dihatinya? apakah ia sudah mempunyai pengganti? jika iya, sama saja Zein bodoh karena selalu mengharapkannya kembali kedalam dekapannya, namun Zein tidak bisa membencinya atau bahkan melupakannya, karena bagaimanapun ia pernah menjalani suatu hubungan berkesan dengannya.
Mengapa harus serumit ini? Zein mengusap wajahnya pelan, kemudian ia mengambil secangkir kopi yang ia pesan tadi dan menyesapnya perlahan.
Zein menyipitkan matanya ketika melihat seorang gadis yang duduk tidak jauh dari tempatnya, selang beberapa saat ada seorang pria yang duduk di samping gadis itu sambil tersenyum manis.
Sepertinya ia mengenal gadis itu, itu seperti-----ah tidak ini pasti hanya halu nya yang sedari tadi memikirkan Anya, hingga ia beranggapan bahwa gadis tersebut adalah Anya.
"Iya Anya," ujar cowok yang duduk disamping gadis itu, hal itu sontak membuat Zein menolehkan pandangannya kembali menatap mereka, Anya. Apakah benar itu dia? Mengaku mencintai Zein tapi jalan dengan cowok lain. Bullshit.
Hei ada apa dengan dirinya? Mengapa ia jadi kesal melihat Anya dengan pria lain? Bukannya itu terkesan baik untuk dirinya agar bisa terbebas dari gangguan gadis itu!! Aneh.
Zein terus menatap mereka, ia mengangkat sebelah alisnya ketika ia melihat cowok tadi menyuapi Anya, ia juga melihat ekspresi Anya yang bahagia, Zein merasa ada yang aneh pada dirinya! aneh dengan perasaannya.
Zein langsung menggelengkan kepala lalu ia mengambil jaket yang ia sampirkan di kursi yang ia duduki, kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar rupiah lalu ia letakkan di atas meja, setelah itu Zein berlalu dari Caffe tersebut.
Sementara Anya gadis itu dengan raut wajah bahagianya membuka mulutnya, menerima suapan yang diberikan cowok dihadapannya.
"Udah ah, aku bisa makan sendiri," ujar Anya sambil meraih sendok yang ada ditangan cowok itu.
Cowok itu terkekeh pelan.
"Lagian aku bukan anak TK lagi, kalau makan disuapin," ujarnya sambil memotong motong makanannya.
"Emang kamu anak TK kali, liat aja umurnya udah mau tujuh belas tahun tapi gaya nya masih lebih parah dari anak TK," ujar cowok itu tersenyum puas ketika melihat tanggapan dari gadis dihadapannya yang mendelik tajam ke arahnya seakan akan menerkamnya hidup-hidup.
"Abang," ucap Anya menaikkan volume suaranya kesal dengan kalimat yang Bima barusan ucapkan.
Anya dan Bima kali ini memang sedang waktu luang, maka dari itu Bima mengajak Anya untuk pergi keluar menghabiskan waktu nya bersama adik perempuan sekaligus saudara satu satunya itu.
Tentu saja Anya ikut, lagi pula ini adalah waktunya bersama abangnya, kapan lagi ia akan pergi bersamanya, selain itu Bima juga mentraktirnya, jarang jarang ia melakukannya kalau bukan Anya yang merengek terlebih dahulu.
"Cepet abisin makanannya!" perintah Bima
Anya berdecak pelan, abangnya itu tidak tahu apa kalau ia sedang menikmatinya tunggu sebentar kek! ribet amat dah punya abang udah kayak pacar sendiri.
"Abis ini mau kemana lagi?" tanya Bima menatap Anya, Anya mengelap mulutnya dengan tissue lalu menatap Bima.
"Emang Abang duitnya masih ada?" cibir Anya meledek Bima.
"Sembarangan, emang kamu kira abang ini apaan sampe dikira gak punya duit?" ucapnya sedikit kesal.
"Ya biasanya kan pelit sama adik sendiri, lah ini tumbenan baik hati,"
"Emang salah ya kalau mau baikin adek sendiri?"
"Ya enggak sih, malah bagus sebagai seorang kakak yang baik harus perhatian sama adiknya."
Bima hanya menatap Anya yang sibuk menganggukkan kepalanya sembari bicara.
"Ya udah, mau kemana lagi?" Tanya Bima.
"Kita pulang aja," jawab Anya.
"Seriusan? gak mau ke mall dulu gitu shopping, biasanya juga kamu demen banget," ujarnya.
"Ye, gue ke mall bukan buat shopping kali, gue ke mall buat beli buku atau nganterin mama belanja bulanan," ujar Anya.
"Duh gayanya," cibir Bima membuat mereka terkekeh bersama.
"Yaudah yuk pulang!" ujar Bima lalu merangkul pundak Anya berjalan meninggalkan Caffe tersebut, tak jarang ada yang menatap mereka iri karena begitu romantis hingga mereka kira bahwa Bima dan Anya adalah sepasang kekasih bukan adik dan kakak.
Termasuk Zein.
Jangan lupa Vomment
Thank YouSalam dari Zein yang salah paham
fitrimayesa
KAMU SEDANG MEMBACA
ZeiAnya
Teen Fiction[REVISI SETELAH TAMAT] Semua berawal dari rasa penasarannya kepada kakak kelas XII IPA 4 di sekolah. Anya Bellicia. Gadis kelas XI IPA 2, yang mempunyai watak keras kepala dan fanatik itu berusaha mendekati dan mencuri perhatian kakak kelas itu. Zei...