ZeiAnya || 23

16 1 0
                                    

Pukul 23:57

Sebuah taksi berhenti di pelataran rumah, menampakkan seorang gadis tanpa alas kaki berjalan dengan langkah lesu. Rambutnya yang berantakkan di tambah matanya yang memerah, membuat siapa saja yang menatapnya prihatin.

"Anya, kamu darimana saja sayang? Kamu kenapa kok pulang gak pake sepatu? Ini lagi rambutnya berantakan, kamu kenapa?" Baru sampai di ambang pintu, Anya sudah di sambut dengan pertanyaan yang di lontarkan Yani, khawatir itu yang Anya lihat.

"Kak Sasha udah pulang?" Bukannya menjawab pertanyaan Yani, Anya malah balik bertanya.

"Sudah dari tadi, dia pulang naik taksi, dia juga panik nyariin kamu,"

"Anya, lo darimana aja? Gue panik tau gak nyariin lo!" Suara cempreng Sasha membuat Anya berdesis, Anya tidak berani menatapnya, rasanya terlalu sakit mengingat sosok di hadapannya ini lah yang berhasil mengisi hati seorang Zein.

"Sorry kak, gue udah bikin lo khawatir," setelah mengatakan itu, Anya langsung pergi menuju kamarnya, tak memperdulikan tatapan heran dari mama dan kakak tirinya itu.

Anya menghadapkan dirinya di cermin, ia tersenyum getir. Hanya karena Cinta bisa membuatnya seperti orang gila dalam sekejap. Bodoh.

"Aww, kaki gue kenapa lagi?" Gumamnya, begitu terkejutnya Anya yang baru menyadari jika kaki sebelah kirinya membengkak akibat terjatuh. Apa separah ini?.

Cairan bening dari matanya kembali meluruh, kenapa bisa ia se cengeng ini? Penderitaannya sudah lengkap sekarang. Satu yang ia sadari, ia terlalu bodoh mencintai seseorang yang cintanya tak pernah untuknya.

🌱🌱🌱

Pagi ini Anya terlihat lesu, terbukti dengan diam nya Anya ketika sarapan pagi, Yani heran menatap putrinya itu, biasanya gadis itu tidak bisa berhenti bicara ketika sedang makan, tapi ini malah sebaliknya.

Sasha yang baru turun dari tangga langsung menatap Anya yang terlihat sedang melamun.

"Anya, are you okay?"

Anya menoleh ke arah Sasha, ia tersenyum tipis dan mengangguk, mewakili jawaban atas pertanyaan Sasha.

"Really?"

"I'm Okay, always Okay!" Sasha hanya mengangguk, ia tidak mungkin memaksa Anya untuk bercerita padanya, lagi pula tanpa ia suruh pun jika gadis itu sudah tidak bisa menahan problem nya sendiri, pasti Anya akan langsung menceritakannya.

"Cepat habiskan sarapannya!nanti kamu telat loh, Anya," suruh Yani, mereka bertiga langsung fokus dengan sarapan yang ada di hadapannya.

"Anya berangkat ya Ma, kak," pamitnya setelah selesai sarapan dan langsung mencium punggung tangan Yani dan Sasha bergantian.

"Hati-hati!" Ujar Sasha memperingati, Anya hanya mengangguk, kemudian ia berjalan keluar rumah dengan langkah pincang, kakinya belum sembuh, masih sakit dan bengkak meskipun tidak se sakit kemarin.

Yani dan Sasha hanya mengetahui jika penyebab kaki Anya seperti itu karena Anya terkilir, oleh sebab itu kemarin malam, Yani mengurut kaki Anya yang bengkak itu.

"Anya kok murung ya, gak kayak biasanya, kamu tahu dia kenapa?" tanya Yani menoleh ke arah Sasha, Sasha mengendikkan bahu.

"I don't know,"

"Yaudah, bantuin Mama ke butik yuk! Siap-siap sana!" Suruh Yani yang langsung di hadiahi kecupan singkat di pipi kirinya dari Sasha.

"Siap bos,"

🌱🌱🌱

Suasana kelas masih sepi, hanya ada beberapa murid yang memang mengerjakan piket kelas yang di wajibkan pada pagi hari sesuai jadwal yang di berikan.

Jenuh. Itu yang Anya rasakan.

Untuk mengurangi rasa jenuhnya, Anya mengambil Novel fiksinya dalam tas.

Masa Lalu.

Judul Novel itu seakan mewakili perasaannya, ia lagi-lagi tersenyum miris.

Suara decitan meja di geser terdengar, membuat perhatian Anya teralihkan dari bacaan Novelnya.

"Ri..ta?"

Yang di panggil hanya tersenyum lebar, menampilkan deretan gigi putihnya.

"Gue mau duduk di sini lagi, boleh kan?" tanya Rita masih dengan senyuman di wajahnya. Anya tidak percaya dengan semua ini, Rita kembali duduk di sampingnya? Itu berarti ia dan Rita akan kembali seperti dulu? Tuhan memang adil, menciptakan kebahagiaan setelah kesedihan.

"Ya boleh lah Rit, ini kan tempat duduk lo juga,"

"Gue seneng banget lo mau maafin gue, mau duduk sama gue lagi," ujar Anya.

"Gue juga seneng," ucap Rita yang semakin memperlebar senyum di wajah Anya. Anya memeluk Rita erat, sahabatnya kembali, telah kembali.

"Jangan cuek sama gue lagi ya!" Ujar Anta masih posisi memeluk Rita, saking eratnya pelukan Anya, membuat Rita kesulitan bernafas, gadis itu memcoba untuk melepaskan pelukan Anya.

"Ish Anya, gue gak bisa nafas ini," ujarnya merintih, Dengan cepat Anya melepas pelukannya dan menatap dengan perasaan bersalah pada Rita.

"Maaf Rit," Rita terkekeh melihat wajah Anya dengan tampang bersalahnya, kali ini Rita yang memeluk Anya secara tiba-tiba yang membiat Anya sedikit terdorong ke belakang.

"Gue kangen sama lo," bisik Rita di telinga Anya dan semakin mempererat pelukannya.

"Anya juga," ujar Anya dan langsung membalas pelukan Rita tak kalah erat.

Hari ini perasaannya membaik karena Rita, meskipun masih teringat kepingan kejadian semalam yang begitu menguras pikirannya, bisa tergantikan dengan hadirnya sosok yang sempat hilang.

Sahabat memang segalanya, tak bisa di ungkapkan lewat tulisan, namun bisa di ungkapkan dan dirasakan lewat ke percayaan dan perasaan saling memahami serta mengesampingkan ego masing-masing yang dapat merusak persahabatan yang pernah terjalin.

ZeiAnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang