Great day

1.4K 75 4
                                    

Haiiii apabakarr? cerbung gaje numpang eksis doelooe.

Enjoy ya.

Jangan lupa vote sama Comment=)) thanks before

****

Ibu (Namakamu) tersenyum, menggeleng-gelengkan kepalanya, “(Namakamu) yuk nak.”

(Namakamu) menoleh, “Iya bu,” Tatapannya kembali mengunci ke arah Aldi, “Yaudah ya Al aku pulang dulu, besok kita main cama-cama lagi ya, dadahhh,” (Namakamu) tersenyum sembari melambaikan tangan kanannya  kemudian menjauh ke arah Ibunya.

“Hah...,” Aldi melengos menerima  perlakuan sahabat barunya itu.

***

Jarum jam menunjukkan waktu dua puluh menit sebelum pukul tujuh ketika terdengar bunyi gedubrak(?) yang cukup kencang akibat dari suara pintu dibanting, dan di ikuti dengan langkah kaki yang cepat-cepat menuruni tangga. Tidak lama kemudian, sesosok remaja perempuan yang baru beranjak usia enam belas tahun turun dari peradabannya—kamar—kemudian berlari menuju meja makan sembari meletakan tasnya di atas meja makan. Ia mengabsen barang-barang ditasnya, “Buku fisika, bahasa jerman, baju olah raga, majalah....”

“Lo ngapain sih?” Tanya Aldi yang sedang menikmati santapan paginya yang dibuat secara khusus oleh (Namakamu) untuknya. Bisa dibilang ini rutinitas tiap paginya.

“Aku lagi liat-liat barang ditas aku aja, aku fikir kayanya ada yang ketinggalan deh,” (Namakamu) menjawab masih dengan posisinya yang sedang mengobrak-abrik isi tasnya. Aldi hanya mengangguk, kemudian melahap sisa-sisa perjuangan(?) makanannya yang tinggal sedikit.

Makanan Aldi telah selesai, diambilnya segelas air putih lalu meminumnya cepat, “Cepetan ntar telat lagi, liat nih udah jam berapa,” ucapnya saat tegukkan gelasnya selesai, lalu membusungkan pergelangan tangan kiri bawahnya ke depan wajah (Namakamu).

“Ih ntaran,” (Namakamu) menepis pergelangan tangan Aldi yang mengganggu aktivitasnya itu. Ia menepuk jidatnya, “Bekal! iya bekal buat kak Iqbaal tadi manaa...,” Sekarang ia malah sibuk kesana-kemari mencari kotak kuning transparan itu.

Aldi mengernyitkan alisnya, kemudian matanya menerawang kesembarang arah. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, “Dasar bocah.”

(namakamu) masih sibuk kesana-kemari. Di pantry ga ada, di kamar ga ada, di meja makan ga ada, kamar mandi ga ada—tunggu, kamar mandi?-_- “Whuaaaa kotak bekal akuu mana?”

“Heh,” Aldi menarik lengan (Namakamu)

“Aldi kamu apa-apaan sih aku itu lag—”

“Nih yang lo cari,” Aldi menaruh kotak kuning transparan itu ke tangan (Namakamu), (Namakamu) melongo memandang kotak itu dan Aldi bergantian.

“Jadi kamu yang ngumpetin?” Tanyanya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Nih bocah bukannya bilang makasih, malah nuduh yang nggak-nggak.

Aldi memutar bola matanya, “Gue nemu diatas kulkas,” (namakamu) memicingkan matanya, menatap Aldi dengan tatapan ‘beneran?’

“Gausah banyak mikir, kita udah telat tau.”

***

Seperti pagi-pagi sebelumnya, semua hampir terasa sama. Pak satpam yang ramah, guru-guru yang—hari ini saja—terlihat lebih bersahabat, teman-teman yang baik, teman-teman yang muka tembok, teman-teman yang pe‘a, teman-teman yang kalo ngomong ga pake rahang(?), dan berbagai spesies lainnya. Namun gadis ini tak memperdulikan itu semua, tujuannya hanya satu, bermodal tekad yang kuat dan jam olahraga yang sengaja dipakainya, ia ingin memberikan seorang Iqbaal dhiafakhri sekotak persegi yang telah disiapkannya.

FoolishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang