Prologue

4.2K 131 9
                                    

Menengadahkan wajahnya, memandangi langit malam yang ditabur bintang-bintang, tak lupa bulan purnama yang setia menemani bintang-bintang yang sedari tadi sibuk dengan aktifitasnya; berkelap-kelip.

Senyumnya mengembang, sudut bibirnya tertarik ke atas, menampakkan garis melengkung di sekitar bibirnya.

“Al...,” Gadis ini menarik lengan atas pria yang disebutnya ‘Al’ barusan. Kemudian memeluk lengannya erat, lebih tepatnya bergelayut manja pada pria itu.

Pria itu menoleh, memasang ekspresi datarnya, “Hmm.”

“Ehm..., menurut kamu, aku itu cantik ngga?" Shit! pertanyaan konyol bin sarap itu terulang lagi. Terulang? Ya gadis itu memang sering (read: terlalu sering) bertanya tentang itu pada sahabat laki-lakinya itu. She's crazy you know.

Aldi memutar bola matanya kesal. Menarik perlahan nafasnya, kemudian membuangnya, “(Namakamu) denger ya, lo itu cantik kok, dan ga perlu lo ulang-ulang pertanyaan lo itu,” Aldi mencoba menjelaskan dengan lembut, padahal ia begitu kesal terhadap pertanyaan-pertanyaan aneh sahabatnya itu.

Masih dalam posisi yang sama; bergelayut manja pada lengan Aldi dan memandang langit. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya. Pertanda mengerti? Entahlah, “Terus kalo aku cantik, kenapa Kak Iqbaal ga pernah peka sama aku? padahal aku cinta banget sama dia,” tuturnya memasang ekspresi begitu dramatis(?). Aldi ‘kembali’ memutar sepasang bola mata sipitnya itu, memandang sahabatnya ini kesal. “Apa kode yang aku kasih masih kurang?”

Kak Iqbaal? Cinta? Kode?. Huuhh, (Mamakamu) memang begitu tergila-gila karena pria tampan nan rupawan yang sering disapa ‘Iqbaal’ itu. Bagaimana tidak, Iqbaal yang notabenenya merupakan kakak kelasnya yang mempunyai jabatan Ketua Osis. Selain tampan, ia juga merupakan the most wanted disekolahnya, ditambah lagi prestasinya yang amat cemerlang disekolah, menyebabkan banyak siswa pria disekolahnya begitu iri terhadapnya. Ia memiliki nasib yang bagus.

Namanya saja ‘the most wanted pasti banyak gadis-gadis disekolah begitu terpanah olehnya, bahkan tak jarang ada gadis yang menyatakan cinta padanya, namun ia menolaknya begitu lembut, dengan alasan ‘ngga mau pacaran dulu.’ Entah itu benar alasannya, atau hanya ingin mencari yang tepat. Hhh..., entahlah.

(Namakamu), gadis ini bisa dibilang cukup agresif terhadap Iqbaal. Agresif? Bagaimana tidak dibilang agresif, gadis ini setiap harinya selalu mengekori Iqbaal, kemanapun pria itu berada (kecuali ketoilet-_-) setiap hari ia tak pernah absen untuk membawakan sekotak bekal untuk Iqbaal, buatan sendiri tentunya. Tak jarang bekalnya yang dibuat pagi - pagi itu ditolak oleh Iqbaal, ditolak dengan lembut tentunya. Tapi tak jarang juga Iqbaal menerima sekotak bekalnya itu. Bukannya apa, tapi masakan gadis ini begitu lezat di lidah, bakat ini diturunkan oleh ibunya yang telah meninggalkannya.

Ibunya dulu merupakan seorang chef disalah satu restoran berbintang. Ibunya dulu sering mengajarkannya memasak.

Namun tradisi yang setiap harinya tak pernah absen itu hilang. Hilang karena ibunya meninggalkannya akibat penyakit leukimia yang dicerita ibunya itu.

Malang. Mungkin satu kata yang pas untuknya. Gadis ini mencoba tegar akan itu, awalnya memang sulit, bagaimana tidak sulit, ditinggalkan seorang ibu diumur 9 tahun itu merupakan hal yang tak semestinya terjadi. Diumur itu seharusnya merasakan kasih sayang tulus dari sang ibu. Tapi kedua pria ini, kedua pria yang amat ia sayangi selalu membantunya. Membantunya agar bisa mengikhlaskan ibunya. Mereka jugalah yang membantu gadis ini untuk melupakan kesedihannya itu dan kembali menjadi (namakamu) yang ceria. Kedua pria ini selalu memotivasinya, mengeluarkan kata-kata yang menyejukkan hatinya. Kedua pria itu adalah Ayahnya dan sahabatnya; Aldi

bersambung gaizzz

komen sama vote dong;3

FoolishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang