Semilir angin malam mendayu-dayu di bawah langit kelam yang ditaburi ribuan bintang. Udara terasa lebih segar menjernihkan pikiran yang rumit akan berbagai prasangka. Rasa lelah, amarah, benci, dan sebagainya tersapu oleh lantunan kalimat-kalimat suci yang menentramkan hati.
Suasana yang berbeda dari malam-malam lainnya. Setiap hari malam terasa begitu bisu. Seakan milyaran keramaian terkunci oleh kegelapan yang meraja lela. Langit terasa begitu mengancam dengan hamparan hitamnya.
Namun tidak untuk malam ini. Ribuan bahkan jutaan manusia keluar dari balik selimutnya. Mereka berlomba-lomba memasuki suatu tempat suci yang penuh keberkahan. Masjid terlihat sesak oleh orang-orang shalih. Mereka begitu antusias menyambut Bulan Ramadhan dengan melaksanakan shalat sunnah tarawih yang pertama.Keteduhan dan kedamaian terlihat di setiap wajahnya. Semua tunduk pada keagungan Sang Maha Kuasa. Mulut dan hati terus memuji dan memuja Tuhan Seluruh Alam.
Suasana khusyuk terus berlangsung hingga shalat tarawih dan shalat witir selesai dilaksanakan. Mereka tersenyum dan melantunkan shalawat sambil bersalam-salaman. Perlahan satu persatu pergi. Hingga menyisakan beberapa jema'ah laki-laki dan perempuan yang sibuk dengan kegiatan ramadhannya.
Mereka bersiap-siap untuk tadarus Al-Qur'an yang rutin dilaksanakan setelah shalat tarawih. Karena ini adalah malam pertama tadarus, ternyata banyak orang terutama remaja lelaki dan perempuan yang kembali lagi ke masjid dengan membawa Al-Qur'annya masing-masing. Dengan pakaian rapi yang menutup aurat, para remaja memasuki masjid dengan tenang.
Ada satu gadis berambut lurus sebahu yang tidak kunjung masuk. Sambil memeluk alat shalat, matanya melirik-lirik ke arah bawah. Sesekali ia berjalan ke arah depan masjid, kemudian ke samping masjid dengan pandangam yang terus melihat ke bawah. Sesekali ia berdecak kesal sambil menghantamkan kaki kanannya.
"Kau mencari sesuatu?"
Seketika gadis itu melirik ke arah lelaki bersuara agak berat yang bertanya kepadanya. Waiahnya terlihat semakin kesal ketika mendapati lelaki jangkung nan berkulit putih itu ada di sebelahnya.Kemudian tanpa menjawab, sang gadis kembali mengarahkan pandangannya ke bawah. Sementara itu, sang lelaki merasa sedikit gusar karena diabaikan.
Sambil membenarkan letak kopiahnya yang agak miring, ia melangkah kembali ke arah pintu masuk masjid.
"Aku kehilangan sandalku. Mungkin kau tahu dimana anak-anak biasa menyembunyikannya." ungkap samg gadis sedikit gengsi tanpa melirik ke arah lelaki yang beberapa langkah membelakanginya.
"Maaf, aku tidak tahu. Aku bukan anak-anak." balas lelaki itu dingin tanpa menoleh dan kemudian masuk ke dalam masjid.
Rasa amarah yang menyelimuti gadis itu semakin membuncah saja. Namun ia enggan berputus asa. Ia mengarahkan pandangannya ke setiap sudut halaman masjid. Alhasil, tetap saja ia tidak mendapati sandalnya ada di selitar tempat yang dilihatnya.
"Kau bisa memakai sandal masjid dulu."
Sepasag sandal jepit terjatuh di hadapan gadis yang tengah kebingungan itu. Tentu saja berasal dari lelaki yang awalnya ia abaikan."Tidak usah. Aku berjalan tanpa alas kaki saja. Rumahku dekat dari sini." tolak sang gadis yang kini sedikit lebih tenang.
Gadis itu terdiam sejenak. Diikuti lelaki di sebelahnya yang sama-sama membisu. Hingga akhirnya lelaki itu angkat bicara.
"Sahara, soal hari itu, aku tidak bermaksud..." belum sempat lelaki itu menyelesaikan perkataannya, gadis bernama Sahara itu meninggalkan area masjid tanpa mengucapkan sepatah katapun.Lelaki itu menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Sedikit penyesalan terlihat di balik bola mata coklatnya.
"Zidan! Tadarus akan segera dimulai." info salah satu remaja lelaki lain yang kemudian menarik lengan Zidan dan masuk ke dalam masjid.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Second
SpiritualDi saat hati yang terikat tanpa di sadari Di saat rindu mulai membuncah tak terkendali Di saat cinta merangkul kedua jiwa suci Hanya satu yang nyata dari semua ini Keagungan takdir Tuhan Yang Maha Mengasihi