Senyum Kebanggaan

57 7 6
                                    

Lelaki blesteran Turki itu memperbaiki letak sarung dan baju kokonya yang sedikit berantakan. Kemudian ia mengambil beberapa Al-Qur'an dari sebuah lemari yang terletak di sudut belakang ruangan masjid. Ia membawanya ke tengah dan membagikannya kepada para remaja yang tidak membawa Al-Qur'annya.

Ia tersenyum ramah ketika seorang pria tua menepuk pundak kanannya sambil menyapanya.

"Bagaimana kabarmu, Nak?Tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi."

Zidan berdiri lebih dekat dengan pria tua berkopiah putih itu dan mengisyaratkan para remaja untuk menyiapkan Al-Qur'an mereka. Kemudian mereka duduk di bagian belakang dan bercakap-cakap.

"Alhamdulillah saya baik, Pak." balas Zidan dengan santun.

"Berapa hari libur Ramadhanmu?"

"Libur Ramadhan dimulai 5 hari sebelum Ramadhan, dan besok sudah masuk kembali untuk ujian akhir, jadi totalnya satu minggu."

Pria tua itu menggangguk sambil mengusap-usap kepala Zidan. Terlihat jelas bahwa senyuman yang terhias diwajahnya adalah sebuah senyum kebanggaan.

"Lalu bagaimana kabar keluargamu?"

"Alhamdulillah, baik juga."

Senyum pria tua itu semakin mengembang.

"Belajarlah dengan sungguh-sungguh, Nak. Bapak sangat bangga kepadamu. Bapak harap kau akan membuat keluargamu pun bangga." wasiatnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Zidan mengangguk haru. Terbersit dipikirannya bahwa amanah yang ia pegang semakin berat. Ia harus bisa memenuhi harapan orang-orang yang mencintainya dengan tulus. Karena jika ia membuat mereka kecewa, maka penyesalan yang dirasa tiada tara.

"Baiklah, Nak, Bapak harus pergi sekarang. Assalamua'alaikum." ucapnya sambil bangkit berdiri dan beranjak keluar masjid.

"Pak Hasan! Berkunjung lagilah ke sini suatu hari nanti!" pinta Zidan penuh harap yang dibalas dengan lambaian tangan dan senyum yang tulus dari pria bernama Hasan itu.

~~~~~~~~~~~~~~
Maaf agak gj yaa..
Tapi tetap baca yaa..
Terima kasih :)

The Best SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang