"Apakah kau pernah menemui seseorang dengan kepribadian ganda?" tanya Zidan kepada lelaki sipit di sampingnya.
Lelaki itu tengah asyik memainkan game diponselnya hingga ia berhenti mendengar pertanyaan Zidan.
"Seseorang dengan kepribadian ganda? Maksudmu orang munafik?" tanya lelaki itu sambil menyipitkan matanya yang sudah sipit dan kini seperti terpejam.
Zidan mengangguk samar.
"Kita bisa menemui banyak orang munafik di dunia ini." jawabnya santai sambil kembali asyik dengan poselnya.
Zidan terdiam sejenak. Ia berpikir keras tentang kata-kata temannya itu. Keraguan tumbuh mengusik ketenangan hatinya.
"Lalu bagaimana dengan orang yang mudah terbawa suasana lingkungannya. Misalnya ia akan bersikap baik diantara orang-orang yang baik, dan ia juga akan bersikap buruk diantara orang-orang yang buruk, namun semua itu benar-benar muncul secara alami tanpa dibuat-buat?" tanya Zidan lagi yang berhasil membuat lelaki sipit itu memberi perhatian lagi kepadanya.
Lelaki itu berpikir sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk diungkapkan.
"Mungkin orang itu tidak punya pendirian. Dia masih belum menemukan jati dirinya." jawabnya sambil kemudian mengodok saku celana abunya dan mengambil sebatang rokok.
"Jaga puasamu yaa.. Jangan tergoda olehku." ucapnya lagi menggoda.
"Tentu saja. Lagi pula aku bukan perokok, jadi aku tidak akan tergoda." jawab Zidan ketus dan kembali berpikir tentang topik yang tadi dibicarakan.
Zidan sesungguhnya bingung dengan dirinya sendiri. Dia tidak mengerti sebenarnya diri aslinya saat ia di lingkungan rumah atau di lingkungan sekolah? Tapi ia merasa nyaman melakukan keduanya. Apa yang dikatakan temannya itu ada benarnya? Zidan belum mampu mencari jati dirinya?
"Kau masih saja memikirkan percakapan yang tadi? Sudah lupakan saja. Kau tahu tidak? Seseorang menitipkan pesan kepadaku untukmu." ungkap lelaki sipit itu antusias.
Zidan hanya menatap temannya itu dengan pandangan acuh tak acuh. Kemudian ia menepuk jidatnya keras, ia baru saja teringat sesuatu.
"Maaf Ery, aku baru ingat bahwa aku ada janji dan dengan ketua ekskul paduan suara. Aku tinggal dulu ya." infonya sambil pergi terburu-buru.
Ia berlari sambil menengok sekali kepada Ery. Hanya dalam hitungan 1 detik saja ia membuat seorang gadis terlempar karena mereka bertabrakan begitu keras.
Beberapa meter di tempat gadis itu jatuh, ia mengerang kesakitan. Sikutnya lebam dan lututnya sedikit memerah. Zidan langsung berhambur ke arahnya.
"Sahara, maafkan aku. Kau terluka ya? Ayo kita ke ruang UKS." tawar Zidan penuh kekhawatiran.
Sahara menatapnya ketus. Lelaki munafik itu muncul kembali dihadapannya. Dan kini ia muncul secara tiba-tiba dan membuatnya terluka.
Sudah cukup rasa malunya tertangkap tidur di dalam masjid, dan sekarang ia mempermalukannya lagi dengan membuatnya jatuh dihadapan banyak orang.
Sekarang semua orang menatap ke arah mereka. Ada yang tertawa lepas, kaget, dan sebal karena Zidan menawarkan bantuan kepada Sahara. Karena semua gadis akan merasa beruntung ditabrak oleh Zidan, apa lagi jika sampai diantarkan ke UKS. Itu adalah kesempatan yang sangat diharapkan.
"Tidak perlu. Sebaiknya manfaatkan fungsi matamu dengan benar."ucap Sahara sambil berusaha bangkit.
" Aku minta maaf, tapi kau harus ikut aku ke UKS. Kalau tidak lukamu akan infeksi."pinta Zidan, ia sambil berharap bahwa Sahara akan mau menurutinya.
"Aku bisa melakukannya sendiri."
Sahara berjalan menjauhi area di mana orang-orang menatapnya tidak percaya. Ia bersikap dingin kepada pangeran yang menjadi pujaan banyak orang. Sungguh gadis yang aneh.
Zidan tidak menghiraukan perkataan gadis dingin itu. Ia berjalan mengikuti langkah kaki Sahara dan akhirnya mensejajarkan posisinya dengan Sahara. Sahara menatapnya tidak percaya. Kekesalan yang sedari tadi ditahannya semakin tak terbendung lagi.
"Cukup! Jangan muncul dihadapanku lagi! Apa lelaki sepertimu selalu ingin mendekati banyak wanita? Termasuk wanita jelek sepertiku!?" tanya Sahara sedikit membentak.
Mendengar perkataan gadis itu, seperti ada petir yang menyambar dan menghantam hati Zidan dalam-dalam.
Dia menyadari bahwa Sahara tidak pernah memandangnya baik, tidak seperti dirinya yang selalu berbuat baik kepada Sahara, walaupun semua orang mencap Sahara sebagai gadis yang buruk.
"Apa aku seburuk itu di matamu?" tanya Zidan dengan suara sedikit melemah.
"Semua orang tahu sifat burukmu di sekolah, tapi lain lagi di lingkungan rumah!" ungkap Sahara dari penilaiannya.
"Aku hanya tidak bisa tahu mana aku yang sebenarnya! Aku juga bingung sebenarnya aku ini seperti apa! Apa kau mengerti?" balas Zidan dengan nada meninggi.
"Pahami dulu saja dirimu sendiri. Lagi pula itu bukan urusanku. Yang terpenting jangan ganggu aku!" perintah Sahara kasar kemudiam mempercepat langkah kakinya.
Kini Zidan menyerah. Ia diam mematung di lorong sekolah dengan perasaan kacau. Dari arah belakang datang Ery yang ternyata tahu semua yang terjadi, termasuk pertengkaran Sahara dan Zidan karena dia mengikuti mereka.
"Jadi dia gadis yang membuatmu mengabaikan ribuan gadis yang mengaharapkanmu?" tanya Ery sambil memegang bahu Zidan.
"Sudahlah Ery, hatiku sedang kalut sekarang."
Zidan melenggang pergi dan meninggalkan Ery yang masih belum mendapatkan kepastian dari dugaannya.
Ia ikut merasa kacau melihat keadaan sahabatnya yang baru pertama kali dipermalukan seorang gadis. Bahkan dia belum pernah menduga bahwa gadis seperti Sahara bisa mencuri hati Zidan.
Entahlah, itu hanya dugaan. Namun yang pasti dia harus memberi perhitungan kepada gadis yang telah berani menyakiti hati sahabatnya itu.
~~~~~~~~~~~~~~
Assalamu'alaikum😄😄😄
Maaf baru update lagi...
Dan maaf juga kalau semakin gajeTolong ambil positifnya aja dan buang negatifnya jauh-jauh....
Semoga bermanfaat😊
Wassalamu'alaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Second
SpiritualDi saat hati yang terikat tanpa di sadari Di saat rindu mulai membuncah tak terkendali Di saat cinta merangkul kedua jiwa suci Hanya satu yang nyata dari semua ini Keagungan takdir Tuhan Yang Maha Mengasihi