Prolog

3.7K 192 19
                                    

"Jangan gila, babe! Kamu hanya mencari-cari masalah baru, dengan nekat mendekatinya."

Devi melotot tajam ke arah Sofia. Gadis itu memberikan protes keras setelah mendengar keinginan Sofia - sahabat dekatnya, untuk mendekati laki-laki yang bernama Bagas. Laki-laki yang beberapa kali sempat bertemu wajah dan sapa dengan Sofia karena faktor kebetulan.

"Aku hanya ingin berteman," sahut Sofia.

"Apa itu salah?" lanjut Sofia bertanya.

"Babe, aku tahu isi kepalamu. Kamu hanya sedang setengah gila, hilang arah, labil..."

"Berhenti mengejekku seperti itu, Dev. Kau ini..." potong Sofia sewot.

"Aku melakukan itu supaya kamu sadar, kalau apa yang baru saja kamu rencanakan itu konyol," ketus Devi tidak mau kalah.

"Memang apa salahnya, sih?" Sofia mengerutkan dahi. Kekesalan Devi menurutnya sedikit berlebihan. Dia sama sekali tidak mempunyai niat buruk.

"Tentu saja salah," sahut Devi tegas.

"Karena kau hanya ingin memanfaatkan pria itu sebagai selingan. Sebagai pelarian dari kehidupanmu yang sudah sempurna itu," lanjut Devi lagi.

"Kau membuatnya terdengar begitu buruk." Sofia mengerucutkan bibirnya, karena kesal dengan sikap Devi yang terkesan menghakimi.

"Kenapa kau masih saja mengeluh tidak puas? Padahal hidupmu sudah sangat sempurna, babe," tanya Devi dengan raut wajah heran.

"Orang lain pasti akan sangat bersyukur jika bisa menggantikan posisimu." Devi menggelengkan kepala sambil menghembuskan napas panjang. Sementara bibir Sofia terlihat semakin mengerucut.

"Apalagi sih yang mau kamu keluhkan?" tanya Devi bingung.

"Kamu itu cantik, pintar, berasal dari keluarga kaya, dan selalu bisa mendapatkan apa yang kamu mau. Kamu bahkan sudah bertunangan dengan seorang bujangan tampan dan sukses, yang sangat menyayangi dan tergila-gila padamu." Devi menatap Sofia dengan pandangan lelahnya.

"Apalagi yang kamu mau?" tanya Devi akhirnya. Sesaat kemudian Sofia terdengar menghembuskan napas panjang, dan juga lelah.

"Aku tahu, bagimu aku ini terlihat seperti cewek manja yang tidak tahu malu dan tidak bisa bersyukur," kata Sofia lirih.

"Tapi hatiku saat ini rasanya benar-benar kosong, Dev."

"Semua jalan hidupku seperti sudah ditentukan, dan aku bahkan tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih." Kedua mata Sofia menatap kosong ke depan. Raut wajahnya kini terlihat begitu tertekan. Baru kali ini Devi melihat ekspresi Sofia yang seperti itu.

"Aku hanya ingin merasa lebih hidup, Dev. Aku sangat mencintai keluargaku, dan aku menyayangi Gio, tapi..." Sofia menghela napasnya lagi sebelum melanjutkan kata-katanya, "aku hanya ingin mengenal dunia yang lain, selain duniaku ini."

"Tapi Bagas itu bukan sebuah intermezzo, babe. Dia manusia, bukan benda tanpa perasaan." Devi masih mencoba memberikan Sofia pengertian.

"Pada akhirnya kamu akan menyakiti hati banyak orang jika kamu nekat untuk mendekati Bagas," lanjut Devi dengan nada suara yang lebih lembut.

"Pikirkan perasaan Gio, babe. Dia sangat mencintaimu." Sofia menatap sendu ke arah Devi. Pikiran tentang Gio selalu membuat Sofia merasa bersalah.

"Pikirkan juga tentang perasaanmu. Aku takut jika ujung-ujungnya, hatimu sendiri yang akan berubah. Dan perasaanmu itu akan membuat semua kehidupanmu - yang sudah sempurna itu, menjadi lebih rumit," ujar Devi, sambil melemparkan tatapan memohon pada Sofia.

"Tapi kehadiran Bagas membuat hidupku lebih berwarna, Dev. Aku menikmati setiap perjumpaan kami. Dia pria yang tulus, apa adanya dan selalu penuh dengan kejutan. Walaupun terkadang sikap dan perangainya dingin cenderung kasar, tapi dia pria yang jujur." Ada senyuman di bibir Sofia saat mengingat tentang Bagas.

"Jangan bilang kalau kamu jatuh cinta padanya?" tanya Devi dengan wajah khawatir.

"Aku menyukainya," Sofia mencoba jujur, "tapi hanya sebatas kagum."

"Bagaimana dengan Gio?" tanya Devi lagi.

"Gio sahabatku dari kecil, dan...aku menyayanginya." Devi melihat keraguan di wajah Sofia. Ya Tuhan, gawat! batin Devi cemas.

"Jangan main-main dengan hati dan perasaan, babe," kata Devi menasehati.

"Kamu akan kesulitan mencari jalan untuk kembali, jika sudah terlamjur masuk terlalu dalam," lanjut Devi setelah sekian detik terdiam.

"Aku tahu itu, Dev. Aku janji tidak akan menggunakan hatiku. Ini sungguh-sungguh hanya hubungan antar teman saja," kata Sofia yakin.

Aku hanya ingin merasakan rasa lain, selain rasa manis. Apa aku salah?


Hai, good readers!
Nat bawa story baru nih guys.
Ide story ini muncul saat Nat lagi boring...hehehe.
Semoga suka ya.
Nat akan update story ini setiap hari Kamis.
Ini akan sedikit berbeda dengan story Nat yang lain.
No more adult (21+) scene, karena Nat pengen tobat.
Horeee...
Jangan lupa vote n comment ya guys.
Love you all...♡♡♡

Natalie (July, 27th 2017)

Intermezzo (Selingan Indah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang