Intermezzo - 5

803 102 17
                                    

Aku yakin saat ini, aku tidak sedang salah lihat. Dan lagi kedua mataku masih normal. Tidak ada keluhan minus sebelumnya. Saat ini aku masih sepenuhnya sadar, jadi tidak mungkin jika apa yang sedang aku lihat sekarang adalah sebuah mimpi. Karena aku yakin jika aku benar-benar sedang melihat sosok Bagas. Laki-laki itu tampak tengah berdiri di depan jajaran mie instant yang ada di salah satu rak supermarket - tempatku berbelanja sekarang. Ada sebuah keranjang plastik di tangan kanannya, yang terlihat masih kosong. Laki-laki itu tampak sibuk mengamati deretan mie, yang tersusun dalam berbagai rasa dan juga merek.

Entah mengapa, senyumku melebar ketika melihat dia tampak kebingungan seperti saat ini. Padahal Bagas hanya sedang memilih mie.

Aku sendiri sebelumnya sedang berbelanja camilan di supermarket langgananku ini. Aku tidak sendiri tentu saja, ada mang Dirman yang sedang menungguku di mobil. Aku mencari camilan untuk temanku menonton TV atau film favoritku. Camilan favoritku adalah keripik kentang. Dan kebetulan sekali rak camilan favoritku itu, bersebelahan dengan rak mie instant.

Entah datang dari mana keberanian ku, hingga aku akhirnya melangkahkan kaki perlahan untuk mendekat padanya. Bagas masih terlihat begitu tekun mengamati satu per satu kemasan mie itu. Saat ini tampilannya begitu berbeda dari saat pertama kami bertemu. Celana jeans yang robek di bagian lutut, dan kaos hitam polos yang membungkus erat tubuhnya saat ini, membuatnya terlihat sedikit liar. Apalagi dengan adanya tali rantai berwarna silver yang tengah menghiasi pinggangnya, dan ditambah lagi dengan sepatu boot hitamnya. Dia terlihat sangat maskulin.

Namun setelah melihat sikapnya sekarang dengan penampilan bad boy-nya yang kental, sungguh membuatku geli. Dia terlihat bertingkah selayaknya seorang juri tes kecantikan, yang sedang memandangi rentetan model-model cantik, yang sibuk berlalu-lalang dengan menggunakan bikini.

Dan malangnya aku, karena sama sekali tidak menyangka jika dia akan mendengar suara tawaku yang lirih. Wajah datarnya menoleh ke arahku, lalu melemparkan pandangan tajam. Ya Tuhan, jantungku! Apa dia tidak bisa bersikap sedikit ramah, dengan orang yang tidak begitu dikenalnya?Kenapa tatapannya harus segarang itu? batinku takut sekaligus gugup. Aku pun buru-buru membuang pandanganku ke arah lain, demi menghindari tatapan tajamnya.

Aku pun berpura-pura sibuk memilih keripik kentang kesukaanku. Dan setelahnya aku tidak berani melihat ke arah Bagas lagi, bahkan sekedar melirik saja. Keinginanku untuk sedikit berbasa-basi dengannya tadi, aku tangguhkan untuk sementara waktu. Aku tidak mau lagi diberikan pandangan setajam silet oleh Bagas. Wajah tampannya sungguh terlihat menyeramkan, walaupun masih tetep tampan.

Oke, aku akui aku merasa sangat konyol saat ini. Bagaimana tidak? Karena sebenarnya sedari tadi aku telah menemukan rasa dari keripik kentang kesukaanku. Dan sudah seharusnya aku segera menyingkir dari sana. Tapi aku belum mau menjauh dari sisi Bagas. Jadi aku masih saja berpura-pura memilih rasa yang lain, agar aku punya alasan untuk tetap berada di sana.

"Bukannya makanan yang kamu pegang itu, hanya punya dua macam rasa? Kenapa kelihatannya susah sekali buatmu, untuk memutuskan akan memilih yang mana?!"

Aku tentu saja terlonjak setelah mendengar suaranya yang sedekat itu. Aku kira Bagas masih berjarak enam langkah dari tempatku berdiri saat ini. Aku sama sekali tidak mendengar langkahnya saat mendekat ke arahku. Apa dia sudah menemukan rasa mie yang dia mau? Batinku sebelum menolehkan kepala.

"Apa kamu sudah menemukan rasa mie yang kamu suka?" Aku menepuk bibirku sendiri setelah mengajukan pertanyaan itu.

Bodohnya kau, Sofia! keluh ku dalam hati, karena sudah terang-terangan melontarkan hal yang seharusnya hanya aku simpan di dalam hati. Sekarang Bagas pasti tahu, jika sejak tadi aku terus memperhatikannya. Ya Tuhan, kenapa tidak Kau belah saja tanah yang sedang aku pijak ini dan tenggelamkan aku ke dalamnya, batinku malu.

Intermezzo (Selingan Indah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang