2

828 38 0
                                    

Aku tersentak kaget, langkahku terhenti tepat pada tangga terakhir. Mataku tetap saja menatap seseorang yang tengah membelakangiku sedang duduk di sofa.

Aku hanya menebak-nebak dalam hatiku. Namun, tanpa berpikir panjang lagi aku meneruskan langkahku ke arahnya.

"Assalamuallaikum." Salamku tepat disampingnya. Dia langsung mendongakkan wajahnya menatapku. Aldi, ternyata Aldi yang datang kesini. Tapi, dari mana dia tau rumah ini.

"Waalaikum salam." Jawabnya, lalu berdiri.

"Eh, kok kamu disini Al?" Tanyaku penuh selidik tapi, ramah.

"Gini, gue mau minta maaf sama lo soal yang waktu itu." Jawab Aldi dengan santainya.

"Hah, dia bisa minta maaf juga!" Gumammku pelan, aku hanya tidak percaya saja orang yang sombong seantero sekolah bisa meminta merasa bersalah, dan datang kerumah hanya untuk meminta maaf.

"Bisa lah." Jawabnya sambil tersenyum, dia mendengar gumamanku. Aku kaget dan hanya bisa tersenyum.

"Aku kebelakang bentaran ya." Kataku lalu pergi menuju dapur. Kesiapkan segelas jus dan sedikit camilan untuknya, walau bagaimanapun dia adalah seorang tamu.

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

"Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya." (HR. Bukhari).

"Ya ampun, Fia gak usah repot repot kali." Ucap Aldi ketika ku suguhkan jus dan cemilan di tanganku.

"Seharusnya ucapin Alhamdulillah dong." Jawabku dengan senyuman manis, semanis jus ini ea. . .

"Alhamdulillah." Aldi mengikuti saranku.

"Eh gue mau menyatakan sesuatu boleh?"

"Boleh, mau nyatakan apa emang?"

"Waktu gue mempertanyakan jilbab yang lo kenakan, itu sebenarnya gue hanya ngetes apa sifatmu itu masih suka meledak ledak atau gak lagi." Jelasnya padaku.

"Gue pura pura marah saat Anet menggertakku. Terus yang waktu itu gue cuma bantuin Anet saja." Lanjutnya membuat aku mengernyit kebingungan soal ia yang membantu Anet.

"Membantu?" Tanyaku lagi.

"Iya, saat itu Adrian menempelkan kertas yang bertuliskan PELUK AKU pada belakang Aneta dan juga menaburkan serpihan kertas pada rambutnya dan Aneta gak sadar. Saat gue mau ngecopot tulisan itu, tiba tiba aja lo teriak dan akhirnya gue berhenti dan semuanya pada natap gue yang belum sempat nurunin tangan gue." Jelasnya lagi.

Saat itu memang Aku melihatnya sedang mengambil sesuatu dari rambut Aneta, namun Aku merasa risih dan langsung berteriak tanpa melihat apa yang sedang Aldi lakukan.

"Maaf." Aku menyesal sudah berfikiran buruk padanya. Ia sampai di berikan sanksi dari Pak Dimas.

"Kamu dihukum?" Tanyaku penuh penyesalan.

"Yup, begitulah. Dikasih satu buku modul kerja siswa dan dua buku latihan kerja." Jawabnya dengan senyuman. Dan memperlihatkan buku yang berada ditangannya.

"Sudah kamu kerjakan?" Tanyaku berharap Aku dapat membantunya.

"Sudah separoh juga sih. Gue ini gak terlalu pintar Fisika Fia."

"Mari Aku bantu." Kuraih buku yang berada dihadapanku, dan dengan senang hati Aku ingin membantunya karena rasa besalahku. Semua ini gara gara kesalah pahamanku.

Aku menjelaskan beberapa soal yang memang ia tidak mengerti. Untungnya Aldi adalah orang yang cepat untuk memahami penjelasan penjelasan yang Aku berikan.

Aku sudah salah menyangka dan berburuk sangka padanya. Untung saja sanksinya tak sampai di skors.

* * *


Tak terasa sudah satu jam kami mengerjakan soal-soal ini dan akhirnya selesai juga. Untung saja soalnya banyak yang Aku mengerti.

"Lo pintar fisika ya." Puji Aldi. Aku hanya tersenyum padanya dan menunduk.

"Alhamdulillah, semua berkat belajar dan terus latihan soal dan akhirnya bisa." Jawabku seadanya. Kami pun berbincang bincang soal pelajaran yang akan diujiankan besok.

"Eh, gua cabut dulu ya." Katanya sambil melirik jam tangan berwarna hitam yang melingkar di tangan kirinya. Aku hanya mengangguk dan mengantarnya didepan pintu.

"Assalamuallaikum." Aldi memberi salam.

"Waalaikum salam." Jawabku, dan ia pun melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah.

Aku teringat sesuatu yang ingin sekali ku tanyakan padanya. Aku ingin tau dari mana ia tau rumahku ini.

Ya sudah itu tidak penting sekarang. Yang penting tugasnya udah selesai dan besok Aku ingin minta penjelasan pada Adrian soal kelakuannya itu.

"Assalamuallaikum." Sontak aku kaget dan baru saja ingin masuk kedalam.

"Waallaikum salam."

Aisya langsung memeluku dengan tangisan pecah. Aku binggung dan ingin bertanya, tapi ini bukanlah waktu yang tepat.

Ku arahkan Aisya untuk duduk dan memberinya segelas air mineral yang berada di atas meja.

"Kamu kenapa Sya?" Tanyaku ketika ia merasa sedikit tenang.

"Ummi masuk rumah sakit Fi." Jawabnya, tangisan Aisya kembali pecah.

Assalamuallaikum readers.
Semoga kalian suka ya.
Jangan lupa Vote dan komennya ya.

Yang diam-diam baca juga makasih ya, udah mau mampir. 😊😊😊

ALIFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang