7

120 7 2
                                    

"Fia ummi sadar." Kata Aisya padaku dengan bersemangat hingga rasa senang itu melinangkan air matanya. 

"Alhamdulillah. Kita ke rumah sakit sekarang ya. Kebetulan hari ini pulangnya cepat." Jawabku sambil menggandeng tangan Aisya dan tak kalah senangnya.

"Assalamualaikum bang. Abang sibuk nggak? "

"Waalaikumsalam, gak sibuk. Ini baru saja keluar kelas. Ada yang bisa Abang bantu?" tanya seseorang dari saluran telepon.

"Bisa antar Ais ke rumah sakit? Ummi siuman bang." Ais adalah nama panggilan Aldi untuk Aisya.

"Alhamdulillah. Tabarakallah. Ais tunggu abang di parkiran ya. Abang segera kesana. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam." Aisya langsung menutup telponnya dan mempererat gandengannya.

"Abang bilang kita nunggu di parkiran Fi." Kata Aisya sambil menarik tangan ku. Ia sudah tak sabar ingin melihat Ummi nya.

tak berselang lama Aldi muncul dan langsung mengarahkan kami untuk naik ke dalam mobil. Aisya terus saja mengucapkan Alhamdulillah dan air matanya pun lolos dari pelupuk matanya. 

Memang sudah lama ia menunggu Uminya sadar. Sedangkan Aldi terus menginjak pedal gasnya dan mempercepat laju mobil.

***

Aisya segera berlari ke pelukan Umminya yang tengah berbincang dengan sanak keluarga dan orang-orang terdekat yang datang menjenguk. 

Tak kuasa lagi ia menahan air mata bahagianya dan menangis di dekapan Umminya. sambil terus mencium pipi Umminya.  Suasana haru menyelimuti ruangan itu.

"Kakak kenapa tidak pernah bilang kalau sakit?" Kata Naila, adik Ummi Aisya yang tak lain adalah Ibu dari Aldi.

Sebenarnya Abi Aisya sudah meninggal dunia. Jadi ia hanya tinggal berdua bersama Umminya. Sedang keluarganya mencari hidup luar kota dan luar negri sehingga hanya dapat berkunjung ketika sedang liburan saja.

"Fi, ikut aku ke kantin." Suara yang membuatku kaget dan refleks berdiri dan mengikutinya. 

"Kamu belum makan kan?" Tanya Aldi seakan tau aku belum makan. Kami memang tidak sempat untuk melakukan hal lain karena langsung kerumah sakit.

"Iya, mau traktir aku makan?" Jawabku sambil menarik kursi kantin untuk duduk. Mendengar hal itu Aldi langsung pergi untuk memesan makanan.  Sebenarnya aku agak risih karena biasa bersama Aisya. 

"Makan yang banyak." Sambil menyodorkan mi ayam dan es teh.

"Bagaimana dia tau aku suka mi ayam?" Gumamku sambil mengaduk mi ayam di hadapanku. Dia tertawa melihatku keheranan.

"Assalamuallaikum.  Ke kantin kok gak ngajak Ais?" Protes Aisya pada kami.

"Waalaikum salam." Jawab kami serentak.

"Habisnya gak enak juga, takut mengganggu." Jawab Aldi sambil mengusap kepala Aisya. Dan ia pun kembali memesan makanan untuk sepupunya itu.

"Makan yang banyak." Katanya pada Aisya persis seperti apa yang dia katakan padaku. Aisya menikmati bakso di depannya dengan lahap. Sedang Aldi tengah bermain ponselnya. 

"Bang gak makan bareng?"

"Abang lagi puasa Ais." Jawabnya dengan senyuman dan kembali memainkan ponselnya.

"Eh eh, maaf bang." Aisya kebingungan. Sedangkan Aldi hanya menaikkan jari jempolnya.

Mungkin wajahku sudah seperti udang rebus karena menahan malu. Aku meruntuki diriku karena meminta di traktir sama orang puasa, harusnya aku yang memberikan makanan untuk berbuka.

Assalamualaikum
Bismillah
Insya Allah ceritanya berlanjut ya.
Jangan lupa untuk berikan komentar dan juga vote nya ya.


ALIFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang