12

64 3 0
                                    

Hembusan angin memberikan kesejukan disetiap terpaannya. Udara pagi yang belum terkontaminasi oleh polusi sangat sejuk dan berbeda dari biasanya.

Aktifitas rutin yang kujalani adalah lari pagi pada hari libur. Biasanya setelah shalat subuh aku langsung keluar untuk lari pagi.

Langkah kaki terus terpacu maju. Aku menikmati apa yang sedang kulakukan saat ini. Tanpa disadari dengan berolahraga  tubuh menjadi segar bugar dan juga sehat. Taman kota menjadi titik berhenti.

Mataku tertuju pada sekelompok anak kecil yang sedang duduk melingkar. Pelan pelan ku dekati mereka mencari tau apa yang tengah anak kecil itu lakukan di pagi hari.

''em . . . Hay.'' Aku menyapa mereka dan ikut duduk diantara mereka. Kedatanganku membuat mereka agak kebingungan.

Untuk mencairkan suasana, Aku mengajak mereka berkenalan dan itu berhasil. perlahan lahan anak anak itu menerima kehadiranku.

''Kalian ngapain pagi begini disini?''

''Ikut ibuk kak.'' Salah seorang dari mereka menjawab sambil menunjuk kearah Ibu ibu yang tengah menyapu jalan. Rupanya ibu mereka adalah penyapu jalan yang sedang bekerja.

''Tidak sekolah?'' Tanyaku lebih lanjut dan yang membuatku kaget adalah mereka serempak menggelengkan kepala mereka. Miris, dijaman sekarang masih ada anak anak yang tidak tersentuh oleh pendidikan sama sekali.

''Tak ada uang buat sekolah.'' Jawab Lutfi salah satu anak yang kira kira usianya terpaut sembilan tahun.

''hmmm.'' Aku mengangguk mengerti.

''Kalian setiap hari disini?'' Tanyaku lagi dan lagi.

''iya.'' Jawab mereka serempak. Aku semakin penasaran dan ingin tau tetang mereka. Mereka juga punya keinginan untuk sekolah tapi sayangnya finacial keluarga yang tak memumpuni itu menjadi penghalang mereka saat ini.

Orang tua merekapun selain sebagai penyapu jalan yang berpendapatan tidak begitu bisa menghidupi kebutuhan mereka juga ada yang bekerja sebagai buruh cuci, asisten rumah tangga, pemulung dan pekerjaan pekerjaan yang dapat menambah pemasukan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari hari namun, hal itu tetap saja tidak cukup untuk membiayai sekolah mereka.

Terkadang anak anak ini pun harus turut ikut andil dalam mencari nafkah. Mereka kepasar yang jaraknya lumayan jauh untuk sampai  keasana.

Dengan menumpang pada mobil mobil pick up yang akan pergi kepasar, di sana mereka memungut sampah orang orang yang meminta tolong pada mereka dan diberi upah sebesar dua ribu rupiah setiap orangnya. Jika bertemu orang dermawan mereka bisa di berikan lima ribuh atau sepuluh ribu rupiah.

Bukan hanya memungut sampah saja tetapi ada juga yang membantu mengangkat barang belanjaan orang. Ada juga yang menjual kue dan penjaga parkiran.  Begitulah kira kira informasi yang Aku dapatkan dari mereka.

''Kakak sih gak bisa bantu banyak. Hanya saja apa kalian mau belajar?'' Tanyaku pada mereka yang langsung di iyakan serempak penuh dengan semangat. Melihat semangat mereka Akupun ikut bersemangat.

''Kita buat janji ya kalau begitu. Besok kita ketemu disini lagi boleh?.'' Aku membuat persetujuan dengan mereka.

''Tapi buat apa?'' Tanya Lutfi yang mungkin penasaran dengan permintaanku.

''Kita adakan kegiatan belajar disini. Oke.''

''Oke.'' Jawaban serempak dengan acungan jempol mereka. Tampak wajah ceriah dan berserih di wajah mereka.

Terbawa suasana oleh mereka. Senang rasanya berbaur bersama anak anak ini. Dari mereka Aku banyak belajar bahwa kita harus banyak banyak bersyukur atas segala yang kita punya dan dapat berbagi apa yang dapat kita berikan.

''Kakak balik duluan ya. Assalamuallaikum.'' Aku pamit pada mereka untuk beranjak dari tempat itu. Hari ini Aku ada kajian bersama kak Riri dan Aisya.

''Waallaikum salam.'' satu persatu dari  mereka mencium pungung tanganku saat Aku hendak pergi.

Pemandangan yang jarang sekali terlihat pada generasi saat ini yang tetap menghormati yang lebih tua.





ALIFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang