Generation : Chapter four

656 24 0
                                    

"lupa akan apa Steve?"

"lihatlah ini semua"

Steve memberiku sebuah album foto yang tipis dan sudah terlihat tua. Disana terdapat foto keluarga. Dan lebih banyak adalah foto seorang anak laki-laki dan perempuan. Dan di belakang foto itu terdapat tulisan "DIVA&STEVE"

"i-ini aku? Dan yang di sebelahnya...?"

"Yap, itu aku dan kamu. Kita sudah lama berteman, sudah sejak kamu lahir"

Aku pun hanya bisa diam terkejut dan bingung.

"kenapa aku tidak mengingat ini? Kenapa aku tidak mengenal mu?"

"dulu sebelum aku akan pergi ke kota ini. Kota lama kita di serang oleh segerombolan vampir jahat. Kota kita memang menang. Tetapi kepalamu terbentur dan mengalami pendarahan sehingga memori yang ada di dirimu hilang semua"

"kenapa kota kita di serang?"

"hanya ayahmu yang tahu alasannya"

Aku hanya mengangguk dan tidak banyak tanya. Aku malas membicarakan ayahku.

Aku menutup foto album itu dan menaruhnya di meja.

"ingin jalan-jalan? "

"okay"

aku dan Steve pun keluar dari rumah. Aku mengikuti Steve dari belakang.

Kami pun berjalan dari setiap rumah ke rumah. Aku kagum melihat kota ini. Di setiap beberapa rumah pasti terdapat sebuah taman yang indah dan dipenuhi dengan beberapa vampir kecil yang sedang bermain.

Aku pun berjalan sambil terdiam kagum melihat ketenangan dan keindahan kota ini.

Hari sudah semakin gelap. Aku dan Steve memutuskan untuk pulang ke rumah kami.

Setelah kami sampai di rumah aku langsung duduk di sofa putih empuk dan sangat besar.

"Huftt, capek sekali"

"Istirahatlah, besok kita akan mengadakan test kemasukan kelompok"

"Nanti sajalah"

---

Aku terkejut saat mengetahui diriku terbangun di atas kasur. Aku rasa kamar ini adalah kamarku yang di sediakan Steve untukku.

"Hei, bagaimana tidurnya?"

"Nyenyak sekali. Oh ya, siapa yang mengangkat ku kemari?"

"Hanya ada aku, kamu, dan Elizabetth di rumah ini. Pikir saja siapa yang mengangkat mu kemari"

"Ini kamarku?"

"Berdua"

Steve tertawa kecil saat meninggalkan kamar ku. Oh maksudku kamar kita berdua. Aku lalu bangkit dari kasur untuk mempersiapkan diri untuk kemasukan kelompok nanti. Tiba-tiba aku menginjak sebuah kasur kecil.

Ternyata Steve tidur di bawah semalam. Dia mengangkatku, lalu menyelimutiku. Aku hanya bisa terdiam memikirkan betapa perhatiannya Steve terhadapku. Aku lalu bangkit dari kasur sambil senyum-senyum dan salah tingkah sendiri.

---

"Apa kau sudah siap?"

"Yap, sangat siap!"

"Elizabetth! apa kau sudah siap?"

"ya, sebentar lagi, tunggu sebentar"

Elizabetth pun terlihat keluar dari kamar dengan terburu-buru.

"yap, aku siap sekarang."

Kami pun lalu berangkat ke tempat test kemasukan kelompok tersebut.

"waw"

Aku sangat terkejut ketika melihat banyak sekali para vampir dan setengah vampir di sini yang mengantri untuk test tersebut. Aku kira hanya sedikit anak seumuranku disini.

Setelah mengantri cukup lama, kini giliran aku dan Elizabetth yang akan masuk. Di setiap lorong yang kami masuki aku hanya bisa mendengar suara detak jantungku yang begitu kuat, dan keringatku yang mengalir terus menerus. Aku sangat gugup. Entah mengapa nyali yang begitu besar tadi hilang begitu saja saat memasuki tempat ini.

Tidak lama kami berjalan menyusuri lorong ini dan akhirnya kami berdua berada di depan sebuah pintu. Aku memasuki pintu yang pertama dan Elizabetth memasuki pintu yang kedua. Kami berdua saling tukar pandang sebelum menyentuh tombol pintu.

"semoga berhasil Diva"

"Ya, semoga berhasil"

Aku lalu menekan tombol pintu diikuti dengan Elizabetth. Pintuku terbuka.

Lalu aku masuk. Di ruangan ini semanya serba hitam. Hanya lampunya saja yang berwarna putih. Di sini terdapat seorang laki-laki yang sedang duduk membelakangiku. Ia tampak sibuk dengan alat monitor di depannya.

"hei"

"ah, ya silahkan duduk di kursi tersebut. Aku sedang mengerjakan beberapa pekerjaan. Tunggu sebentar ya"

"um, okay"

Aku lalu duduk di kursi yang agak sedikit berbaring.ini. Aku sangat gugup di tambah lagi di atas kepala ku terdapat sebuah alat yang kelihatannya akan menjepit kepalaku ini. Oh tuhan, aku rasanya akan mati.

"hei, apa kamu takut?"

Aku sangat terkejut karena tiba-tiba lelaki itu ada di sampingku. Tetapi rasa terkejutku di halangi oleh rasa kagumku terhadap wajahnya. Laki-laki di sampingku ini sangat manis, dan tampan. Aku sampai terdiam beberapa detik memandangi wajahya

"helo, apa kamu mendengar?"

"oh, ya ada apa?"

"umm, lupakan saja. Sekarang kita akan memulai testnya. Sebelum itu siapa namamu?"

"Diva. Diva H Valerie"

"Diva? anak wali kota tersebut ya. um, perkenalkan, namaku Josh"

"oh okay"

"umurmu 16 tahun kan? dan berasal dari kota Serglomett. Dan kamu adalah vampir"

"ya"

Lelaki itu mengetik semua tentangku di komputernya.

Setelah mencatat ia lalu mengeluarkan sebuah alat jarum kecil bercabang dua. Itu membuat jantungku yang tadinya tenang langsung berdetak kencang dan parahnya lebih kencang dari sebelumnya. Ia lalu mendekatkan alat itu ke arah pelipis mataku dan berkata,

"engkau hanya akan di buat bermimpi dan di sana engkau akan di tanya dengan beberapa pertanyaan, dan tidak akan lama"

Lalu dengan perlahan ia menyuntikkan jarum kecil bercabang dua itu kepadaku. Aku terasa sangat pusing dan...

Semua penglihatanku menjadi putih! Aku terkejut setangah mati. ini tidak seperti yang Josh katakan. ia berbohong kepadaku!

Aku sangat bingung. Semuanya menjadi putih. Putih tanpa ada apa pun disini. Aku tidak tahu harus melakukan apa-apa.

Nafasku rasanya sangat tidak beraturan dan tiba-tiba

"ARGHHH!"

Suara jeritan seorang laki-laki yang sangat pilu menggema di ruangan ini!

HALOOOO! makasih yaa sudah baca ceritaku sampai chapter inii. Siapa yang berbaik hati tolong di VOTE yaa cerita ini jangan di baca aja hehee, dan jika ada saran atau kritik tolong di COMMENT yaa! Makasih atas waktunya :*

GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang