⏩ Satu

19K 973 30
                                    

⏩⏩⏩

"APA LO BILANG? GUE SUKA SAMA LO? YANG BENER AJA!!!" Teriak seorang laki-laki yang memakai seragam SMAnya.

Seorang wanita berdiri berkacak pinggang di depannya. "Udahlah ngaku aja kalo lo suka sama gue. Gue tau gue cantik...banyak yang mau jadi pacar gue. Termasuk lo!"

Anak berseragam SMA itu hanya terdiam. Dalam diamnya ia membenarkan apa yang wanita itu katakan.

Sejak bertemu dengan wanita itu, dia langsung menyukainya. Love at fisrt sight. Mata hazel, hidung bangir dan bibir tipis. Siapa yang tidak akan menyukainya?

Di tambah ada lesung di bagian bawah matanya. Kesannya manis dan imut. Walaupun umurnya terpaut 3 tahun dengannya tapi pesona wanita itu benar-benar membiusnya.

Namanya Prilly Almira. Usia 22 tahun. Owner di sebuah butik ternama di kotanya. Dan laki-laki berseragam SMA itu adalah Aliandra Alkhatiri.

"Jadi gimana? Lo masih mau ngelak kalo lo naksir sama gue?" Goda Prilly.

"Ck. Sampe kapanpun gue gak bakaan suka sama lo. Ya kali gue suka sama tante-tante...daun muda masih banyak di luar sana!"

Prilly menggeram menahan amarahnya. "Oke. Sekarang lo emang gak suka sama gue...tapi suatu saat nanti lo bakalan jatuh cinta sama gue!"

Prilly melenggang pergi masuk ke dalam mobilnya dan melesat pergi. Ali menghela nafas lega. Ia menyandarkan tubuhnya di motor sportnya.

"Kalo bukan karena Papa. Gue gak bakalan mau nyariin lo!" Ucapnya lirih. Ali meraih helmnya dan menaiki motornya.

⏩⏩⏩

Dengan langkah pelan Ali memasuki rumah megah ini. Mamanya sudah datang menyambut.

"Darimana jam segini baru pulang?" Tanya Dian, Mama Ali.

"Ngemban tugas Ma. Mau apa lagi emangnya!" Sahutnya cuek lalu berjalan menuju kamarnya. Dian mengikuti dari belakang sambil tersenyum geli.

"Kamu harus sabar. Prilly emang keras jadi kamu harus pake cara halus!"

"Pake cara halus eh...dianya malah nyolot Ma. Kayaknya aku gak sanggup deh Ma!"

"Kok ngomongnya gitu? Gimanapun juga dia kan--!"

"Iya iya Ma!" Sela Ali cepat. "Ribuan kali Mama ngomong kayak gitu sama aku!"

Dian menghela nafas pelan dan menyandarkan tubuhnya di daun pintu. "Mama kira kamu lupa. Papa tadi telpon nanyain misi kamu. Ada perkembangan atau tidak!"

Ali malah berdecak sebal. "Ma. Tolong bilangin sama Papa. Kalo Papa gak sabaran mendingan Papa turun tangan sendiri deh. Di pikir gampang apa ngomong sama dia?"

"Jadi kamu belum ngomong sama dia?"

Ali mengangkat kedua pundaknya.

"Kamu belum kasih tau dia siapa kamu sebenarnya?"

Ali kembali menggeleng. "Udah ah Ma jangan bahas dia terus. Capek lama-lama. Aku mau istirahat. Nanti bangunin kalo mau makan malem!"

Dian menganggukan kepalanya lalu langsung menutup pintu kamar Ali dengan pelan. Tanpa melepas seragam sekolahnya, Ali langsung melempar tubuhnya ke atas kasur. Menarik nafas dan membuangnya dengan cepat. Ia melakukannya berkali-kali.

"Dosa apa gue sampe di taksir cewek kayak dia?"

⏩⏩⏩

Sementara di tempat lain Prilly tampak sibuk dengan pensil dan bukunya. Seperti biasanya dia akan terus menggambar dan menggambar. Mencari ide-ide kreatif untuk baju rancangannya.

"Lo gak pulang?"

Prilly mendongakkan kepalanya mendengar suara itu. Lalu perlahan ia tersenyum dan menggeleng. Pandangannya kembali beralih menatap kertas di depannya.

"Udah mau maghrib. Pulang yuk gue anterin!"

"Lo pulang aja dulu. Gue masih mau di sini!" Sahut Prilly tanpa menatap lawan bicaranya.

Seorang laki-laki sekitar umur 25an lalu duduk di depan meja kerja Prilly. Mengamati apa yang Prilly lakukan.

"Makin hari sketsa lo makin bagus!" Pujinya.

"Terima kasih Mister Arbani!" Sahutnya tulus dan pandangan matanya sepertinya tak bisa lepas dari kertas putih itu. "Lo kalo mau pulang, pulang aja Ban. Gue masih pengen di sini! Nanggung ini!"

Laki-laki yang di panggil Bani itupun tersenyum dan beranjak dari tempat duduknya.

"Okelah. Kayaknya kertas sama pensil itu lebih menarik daripada gue!"

Prilly spontan menatap Bani. "Apaan sih lo. Gombal banget. Udah sana pulang. Ntar bini lo nyariin lagi!"

"Bini yang mana? Kawin aja belum--!"

"Lo pikir ayam kawin?" Sela Prilly.

"Nikah aja belum...udah ngomongin bini!" Ralat Bani.

"Mau promosi nih ceritanyaa....sayangnya gue udah sold out!" Sahut Prilly. Ia kembali fokus dengan kertas dan pensilnya.

"Iya gue tau kalo lo suka sama brondong!"

Prilly menghentikan pergerakan tangannya. Ia terdiam sambil menahan senyumnya.

"Brondong itu lebih menantang Ban. Walaupun berkali-kali dia nolak gue. Gue akan tetap ngejar dia. Lo tau gak?" Prilly menghentikan kalimatnya. Ia lalu meletakkan pensilnya lalu menangkup kedua tangannya. Pandangannya menatap langit-langit ruangannya.

"Setiap kali gue ketemu sama dia...jantung gue rasanya dag dig dug duerrr... kayak mau pecah. Kayaknya gue udah jatuh cinta sama dia!"

Prilly tersenyum membayangkan wajah jutek Ali yang semakin membuatnya gemas.

Bani hanya bisa terdiam. Ia sadar. Sulit menggapainya. Sampai kapanpun ia tak akan bisa meraih Prilly. Ia hanya seorang karyawan di butiknya.

⏩⏩⏩

Nih cerita rencananya mau q ikutin lomba tapi berhubung deadline mepet akhirnya aku publish di sini...

Aku revisi sedikit2. Cast awal sebenarx bukan Alpril tapi aku gnti mereka. Hehehe

Semoga suka ya...

LOVE YOU, PRILLY ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang