⏩ Tujuhbelas

8.2K 678 32
                                    

⏩⏩⏩

"Karena aku yang akan menikahi Prilly!"

Seketika mata Prilly mendelik. Tak jauh beda dengan Rizal dan Dian yang saling melempar pandang.

"Aku yang akan tanggung jawab!" Lanjut Ali lagi.

"Tanggung jawab apa maksud kamu Ali?" Tanya Rizal bingung.

"Aku dan Prilly sudah--!"

"Stop Ali. Nggak usah di terusin!" Potong Prilly. Ia sudah berdiri dari tempat duduknya. "Aku pusing. Aku mau istirahat. Besok aja kita bahas lagi masalah ini. Ali. Bisa antar aku ke kamar?"

Ali tampak kecewa dengan sikap Prilly. Ia lalu mendengus pelan dan bangkit dari tempat duduknya. Membantu Prilly berjalan menuju kamarnya.

"Apa masih pusing?" Tanya Ali pelan.

"Sedikit!"

Dian dan Rizal kembali saling berpandangan. Kening mereka mengernyit melihat Ali dan Prilly tampak akrab. Terutama Ali yang begitu perhatian kepada Prilly.

"Papa senang mereka akrab!" Ungkap Rizal pelan. Dian membalasnya hanya dengan tersenyum kaku. Dian merasa ada keanehan di antara mereka berdua. Karena Dian sangat mengenal anak semata wayangnya. Aliandra.

Ali membawa masuk Prilly ke kamar dan membantu berbaring di tempat tidur.

"Apa perlu gue panggilin Dokter?" Tawar Ali.

"Gak perlu. Gue mau istirahat aja!"

"Oke!" Sahut Ali cepat. Ia lalu duduk di tepi tempat tidur sambil mengamati wajah Prilly. Prilly yang awalnya sudah menutup matanya kini membuka matanya lagi.

"Ngapain lo masih di sini?" Tanya Prilly dengan nada juteknya.

"Jagain lo laah...!"

Prilly mendengus kasar. "Gue gak perlu lo jaga. Udah sana tidur di kamar lo!"

"Kalo gue gak mau?" Goda Ali.

"Ali. Udah deh gak usah mulai. Gue sakit gini juga gara-gara lo. Pergi sana!" Usir Prilly. Tapi tampaknya sama sekali tak berpengaruh untuk Ali. Ia tetap di tempatnya, mengamati wajah Prilly hingga membuat Prilly merasa risih sendiri.

Ia lalu merubah posisi tidurnya menyamping kiri. Memunggungi Ali.

"Gue beneran cinta sama lo. Gue gak pernah main-main kalo soal hati!"

Prilly hanya diam sambil menggigit bibir bawahnya. Perkataan Ali mampu membuat detak jantungnya bekerja lebih cepat. Perlahan senyumnya mengembang.

"Maaf kejadian kemarin. Gue bener-bener gak bisa ngontrol diri gue. Cuman itu satu-satunya cara biar lo gak bisa lepas dari gue!"

"Gak usah di bahas lagi!" Sahut Prilly tanpa menolehkan kepalanya ke arah Ali.

"Kalo sampe lo hamil, gue bakalan tanggung jawab!"

"Lo gak perlu kuatir soal itu. Gue bakalan lakuin apapun biar gue gak hamil--!"

"Lo gila!" Potong Ali. "Awas aja kalo lo sampe bunuh calon anak gue. Gue bakalan lakuin lebih sama lo!"

"Lo pikir gue takut sama ancaman anak SMA kayak lo?" Prilly terkekeh pelan. Sebenarnya ia cukup takut. Mengingat kejadian kemarin malam yang membuat mahkotanya terenggut.

"Oh ya? Kita liat saja nanti. Gue yakin lo bakalan suka sama permainan gue. Gue emang anak SMA tapi jangan remehin kekuatan gue kalo di dalam kamar!"

Ali tergelak cukup keras. Membuat Prilly menoleh seketika. "Dasar mes---sum!"

Perkataan Prilly tersendat. Matanya menatap seseorang yang kini tengah berdiri di ambang pintu kamarnya. Ali masih saja tertawa sambil memegangi perutnya.

LOVE YOU, PRILLY ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang