4

708 84 6
                                    


AKU MEMILIH. . .

FanFiction yang terinspirasi dari Novel 2 Moons (เดือนเกี้ยวเดือน) oleh Chiffon_Cake. Ditulis oleh Genthonk Genthink. Seandainya saya harus menuliskan Novel ini dengan daya imajinasi saya, maka inilah hasilnya. . . SELAMAT MENIKMATI, SEMOGA BERKENAN. . .


WAYO POV

Disaat aku sedang suntuk dan ditemani perasaan yang membuat hati gundah, Piano tua yang berada di ruang keluarga ini adalah sesuatu yang selalu membuatku sejenak melupakan semua rasa gelisah. Setiap melodi yang tercipta dari kemesraan antara jemari tanganku dan tuts piano itu membawaku terbang melayang menuju suatu tempat yang jauh diatas sana, tanpa beban dan tanpa harus memikirkan apa yang akan terjadi pada hari esok.

Selain itu, sebuah foto gadis muda berusia sekitar 22 tahun yang terpajang diatasnya membuatku selalu bisa tersenyum, dia adalah Jane, Ibuku yang telah lama pergi meninggalkanku dan Paa berdua melalui hari hari kami. Senyumnya manis, tatapan matanya yang sendu membuat siapapun yang memandangnya merasa sangat tenang. Hanya ada satu foto Maa dirumah ini, karena Paa memutuskan untuk menyimpan semuanya di suatu tempat yang aku sendiri tidak tau.

Jemariku menari memainkan susunan nada milik Yiruma, Rivers Flow in You mengiringi hari itu. Aku tidak merencanakan untuk memainkannya, namun jemariku tau persis apa yang hati ini tengah rasakan. Setiap alunan nada begitu bermakna dalam hidupku.

'Maa, Yo sedih.' Itulah yang kupikirkan kini.

Aku memang biasa mencurahkan isi hatiku kepada Maa yang hanya bisa kupandangi melalui binkai hitam usang. Air mata mengalir membasahi pipiku, aku sedih dengan apa yang terjadi dalam hidupku. Aku lelah menjadi manusia yang tidak bisa menyuarakan isi hati dan kemauanku sendiri.

Semakin lama, rasa sedih itu berubah menjadi marah, aku menekan tuts piano dengan kasar, membuat setiap orang yang mendengarnya akan bisa merasakan teriakan teriakan yang berontak dari dalam diriku.

'Maa, Yo gak mau pergi. Yo masih mau disini Maa.' Teriakku memanggi dia yang wajahnya nampak tersenyum bahagia.

"Kamu kenapa nak?" seorang pria gagah tiba tiba saja duduk disebelahku, menghentikan jemari tanganku. "Piano Maa nanti bisa rusak kalau kamu mainnya kaya gitu nak."

"Paa. . ." Kataku terisak.

"Kamu kenapa? Coba cerita sama Paa." Kata Paa diiringi sebuah senyum yang membuat air mataku semakin deras. "Kenapa selalu ceritanya ke Maa, padahal Paa juga ada disini."

"Paa. . . Yo. . ." Mulutku tiba tiba kelu.

Aku tidak berani mengatakannya pada Paa, aku tau Paa sangat ingin aku ikut bersamanya ke Beijing karena dia akan segera membuka bisnis disana. Selama 3 tahun dia harus berada disana untuk membangun usahanya, sedangkan aku tidak akan sanggup ditinggalkannya disini sendiri meskipun kami memiliki banyak sekali pengawal yang siap menjagaku, banyak sekali asisten rumah tangga yang bisa dipercayakan untuk mengurusi semua kebutuhanku.

"Yo masih mau disini kan?" Kata Paa. "Yo gak kasihan sama Paa yang harus sendirian di Beijing?"

Aku memeluk tubuh Paa yang masih sangat gagah meskipun umurnya sudah menginjak kepala 4. Aku tidak mengatakan apapun, hanya memeluk erat tubuhnya dan menyembunyikan wajahku didalam dadanya.

"Yo beneran gak bisa ikut Paa? Paa disana sendirian, Yo disini juga bakalan sendirian. Kalau Paa kangen gimana?"

"Paa. . . Yo ingin tinggal disini. . ."

Aku Adalah MilikmuWhere stories live. Discover now