Chapter 5

2.2K 94 2
                                    


Giarlly tetap meminum alkohol itu langsung dari botolnya dengan matanya yang terus menelusuri club malam itu, memandang setiap manusia yang sedang menikmati dentuman musik, mengabaikan tatapan pria-pria yang sedang duduk bersama dengannya.

"Berhentilah menatapku." Ketus Giarlly kepada keempat pria itu.

"Little star, aku hanya ingin mengagumi dirimu yang semakin cantik ini." Seru Velan dengan mengerlipkan matanya kepada Giarlly.

"Cckk... Kau tidak berubah, tetap saja dengan mulut manismu itu." Ucap Giarlly tanpa mengalihkan pandangannya dari kerumunan di club malam itu.

Qyle masih menatapnya dengan tajam, banyak pertanyaan di kepalanya saat ini untuk Giarlly tapi dia tau gadis didepannya ini tidak akan menjawab satu pun pertanyaan yang akan dia luncurkan.

"Aku sebaiknya pergi dari sini. Melihat kalian tiba-tiba saja mengurungkan niatku ke tempat ini." Giarlly meletakkan botol kosong di tangannya ke atas meja dan bergegas bangkit dari sofa.

"Kau bisa memilih salah satu dari kami saat ini. Kami tidak akan menolaknya." Ucap Nando penuh senyuman yang sudah mengerti maksud Gi.

"Aku sudah bosan dengan kalian. Aku ingin mencari pria-pria New York lainnya." Giarlly melangkahkan kakinya tapi tangannya dicekal oleh Qyle.

"Kau akan pergi kemana?" Tanya Qyle penuh tanda tanya.

"Tentu saja pulang ke tempat ku." Giarlly melepaskan tangannya dari cekalan Qyle, dan segera berlalu pergi dari pandangan mereka.

"Shit. Dia semakin sexy." Pekik Nando sambil meneguk segelas minuman yang memabukan.

"Melihatmu kaget sepertinya kau tidak tau dengan keberadaan Gi di New York." Ucap Rey menatap Qyle.

Qyle hanya menghela nafas kesal mendengarnya.

***

Giarlly POV

Aku baru saja keluar dari perpustakaan menyelesaikan tugas yang diberikan Mrs. Levis

"GIARLLY."

Aku menoleh mengenali pemilik teriakan itu.

"Hei. Aku mencarimu kemana-mana. Aku sudah menelponmu berulang kali tapi kau tidak mengangkatnya." Ucap Kim.

Aku mengecek ponselku, 5 panggilan tak terjawab dari orang yang sama.

"Tadi aku di perpustakaan. Ponsel ku di silent." Aku hanya mananggapinya dengan dingin.

Kami mulai melangkah menyusuri koridor kampus.

"Ku kira kau marah kepadaku karena meninggalkanmu semalam. Maaf."

"Bukankah sudah ku katakan aku tidak apa-apa." Ucapku cuek.

Kim tersenyum mendengarnya. Kurasa dia sudah mulai terbiasa dengan sikapku, yang tidak suka berbasa-basi.

"Syukurlah," Kim hanya cengengesan mendengarnya. "Kenapa kau masih memakai jaket busuk itu.? Kau lebih cantik jika berpenampilan seperti semalam." Seru Kim memandangi penampilanku yang hanya memakai jeans dan kaos serta jaket yang Kim katakan busuk.

Aku hanya memutar bola mataku mendengarnya. Aku tidak peduli.

"Kurasa kau benar-benar tidak waras. Kau menutupi tubuh indahmu dengan jaket itu." Kesal Kim melihatku.

"Aku hanya tidak ingin." Ucapku cuek.

Kim hanya berdecak sebal mendengarnya.

"Aku harus pergi," Kim melirik jam tangannya. "sebentar lagi kelas ku akan di mulai. Bye, Gi." Gadis itu berlalu dari hadapanku, dengan senyum yang merekah diwajahnya.

Empty (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang