13| Yoon Jisung

6.1K 1.6K 280
                                    

Orang yang biasanya merepotkan, ada baiknya mati dengan tidak merepotkan.
•••

Jisung kembali, dengan wajah pucat pasinya. Dengan darah disekujur bajunya. Tapi tanpa Woojin disampingnya. Jihoon mengepalkan kedua tangannya, menghampiri Jisung dengan marah. Mencengkram kerah bajunya, lalu meninju Jisung membabi buta.

"MANA WOOJIN SIALAN!" Teriak Jihoon tepat dimuka Jisung yang sudah penuh luka-luka.

"JAWAB GUA SETAN! LO TINGGALIN WOOJIN HAH?!"

BUAGH!

"astaga Jihoon. Stop...Jihoon." Minhyun dan Seongwoo berusaha keras untuk menahan gerakan Jihoon,  tapi tenaga Jihoon begitu besar.

Jihoon menendang perut Jisung, hingga tubuh itu terpental menjauh,

buagh

Seongwoo melayangkan tinjunya pada Jihoon.

"PARK JIHOON! DENGERIN DULU APA KATA JISUNG!" katanya.

Jihoon jatuh tersungkur, lalu menyentuh sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Minhyun membopong tubuh Jisung, membawanya mendekat pada mereka.

"Jisung.... Mana woojin?" Tanya Minhyun lembut. Tangan Jisung gemetar, airmata mengalir dipipinya,  Jihoon buang muka, dia benci wajah seperti itu.

"Hyung... Woo.. Woojin" Jisung berkata dengan terbata-bata, Jihoon mendecih,

"Ngomong yang bener anjing." bentak Jihoon. Amarahnya masih belum reda. Seongwoo sudah siaga menahan bahu Jihoon yang mulai beringsut bangun.

"Woojin... Woojin mati ketimpa reruntuhan" kata Jisung takut-takut.

Buku-buku tangan Jihoon mengepal,  wajahnya memerah, lalu tanpa bisa dihindari,  baku hantam itu terjadi lagi.

Kali ini Minhyun dan Seongwoo tak punya kuasa untuk mencegah. Karna mereka tau seperti apa perasaan Jihoon sekarang.

Woojin itu sepupu Jihoon. Sepupu Jihoon yang selalu ada untuk Jihoon.

Sejak Jihoon ditinggal kedua orangtuanya,

Kedua orangtua Jihoon menitipkan Jihoon pada keluarga Woojin.

Bahkan Woojin rela merantau kuliah dikota Jihoon tinggal,  hanya untuk menjaga Jihoon.

Woojin, sudah diibaratkan seperti ayah dan Ibu bagi Jihoon.

Woojin memang yang paling pendiam diantara mereka. Sekalinya bicara,  palingan hanya umpatan kasar yang keluar dari mulutnya. Tapi jangan salah mengira,  Woojin memiliki rasa kasih sayang yang luar biasa,  tanpa perlu susah payah untuk memintanya.

"GA CUKUP HA?! LO SELAMA INI NGEREPOTIN DIA?! BAHKAN SAMPE SAAT DIA MATI,  LO MASIH AJA NGEREPOTIN DIA DENGAN CARA KHAWATIR SAMA LO!" teriak Jihoon tepat diwajah Jisung yang sudah habis babak belur.

"DIA MEMPERLAKUKAN LO KAYAK BAYI SELAMA INI! BAHKAN DIA RELA JADI WALI LO WAKTU LO KENA SKORS DIKAMPUS!  BERHENTI NGERENGEK DAN NGEBUAT SEMUANYA KACAU YOON JISUNG" sekali lagi,  Jihoon membentak Jisung.

"BERHENTI JADI ORANG YANG NGEREPOTIN. DAN BERHENTI JADI SOSOK YANG GA GUNA" ucap Jihoon finalnya. Lalu meninggalkan ruangan,  pergi kemana saja,  agar tak melihat Jisung dihadapannya.

Ada baiknya Jihoon keloteng, menyelamatkan mayat Woojin,  agar dapat dikubur dengan layak.

Jisung termangu. Ucapan Jihoon terputar dalam pikirannya.

Minhyun dan Seongwoo mengusap-usap pelan bahu Jisung. Berusaha menenangkan anak itu,

"Gausah dipikirin omongannya Jihoon. Dia cuma lagi emosi aja" ucap Seongwoo, menggenggam tangan Jisung yang masih menatap lantai, pandangannya kosong.

"Seongwoo, lo jaga Jisung sama Daniel ya? Gue pergi nyusul Jihoon dulu" kata Minhyun,  lalu beranjak menyusul Jihoon yang pergi ke loteng.

Sepeninggal Minhyun,  tinggal Seongwoo, Jisung dan Daniel didalam kamar.

"Gue tau Jihoon kayak apa orangnya. Ngeliat dia sampai semarah itu sama gue,  itu artinya dia udah mendam kekecewaan selama ini" ucap Jisung,  suaranya bergetar.

"Ya,  gue sadar itu. Jihoon bukan tipikal orang yg secara gamblang nyampein kekecewaannya, dia cenderung mendam semuanya, baru,  ketika meledak, semua itu... Mungkin ..." Daniel tidak melanjutkan. Ia beralih meremas ikatan yang melilit tangan dan kakinya.

"Gue cuma takut, semua hal ini, semua hal yang terjadi saat ini, itu karna efek kekecewaan Jihoon yang selama ini dia tahan" Kata Daniel dengan suara bergetar.

Seongwoo menghela nafas, "Ini efeknya, kalau kita ga pernah terbuka satu-sama lain. Selama gue temenan sama kalian, gue nger--mau kemana sung?" ucapab Seongwoo terhenti tatkala melihat Jisung yang beranjak keluar kamar.

"Kamar mandi." sahutnya singkat.

Seongwoo tak menaruh curiga, wajar kan kalau pergi kekamar mandi?

Padahal dalam lubuk hati Jisung,

Ia memiliki niat lain yang mau dilakukan.


Mengambil beberapa pecahan kaca diruang tamu, lalu memasuki kamar mandi yang jauh.











Dan setelahnya Jisung duduk diatas Closet.


Mengarahkan pecahan kaca itu pada urat nadi bagian lehernya.

"Maafin gue,Ji.Kalau selama ini gue ngerepotin lo dan juga woojin. Gue janji,  disaat gue mati,  gue ga akan ngerepotin lo" ucapnya pelan.



Perlahan menggorok lehernya sendiri.

Membiarkan tubuhnya dialiri darah segarnya sendiri.








•••
Semoga lo bisa cepet mati, Jisung.

Wishes✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang