Part 03

76 34 20
                                    

"Lisa jangan Sa! Lo nggak boleh ngelakuin itu!" Jennie berteriak sambil berlinang airmata saat melihat Lisa yang ingin melompat ke sungai.

"Gue udah nggak kuat Jen! Gue malu. Gue udah ngomong ke semua orang di kampung ini kalau gue bakal nikah sama Sehun. Sama Sehun Jen!!!! Gue udah ngomong ke semua warga kalau kami akan jadi couple goals paling terkenal di kampung ini..." Lisa meraung sambil memegangi pagar pembatas jembatan. Dia tidak menyangka kalau rasa sayang yang dia beri malah dibalas Sehun dengan rasa luka.

"Ya elah Sa.. Cuman gara-gara diputusin Sehun lo mau mengakhiri hidup lo gitu aja? Lo nggak takut masuk neraka? Neraka itu panas loh Sa. Lo kan nggak tahan panas, waktu turun ujan aja kadang lo suka nyalain kipas angin." Jennie coba menasihati sahabatnya yang sedang putus cinta itu.

"Terus gue harus gimana Jen? Hati gue sakit, pikiran gue kacau dan dada gue terasa dicabik-cabik oleh sekerumunan citah." tangis Lisa semakin kencang. Hatinya terasa semakin sakit saat membayangkan ada sekerumunan citah berwajah mirip Sehun sedang mencabik-cabik hatinya.

Hati Lisa terasa broken. Broke and hurt.

"Kalau gitu lo harus move on Sa! Lo buktiin sama si Sehun kalo lo bisa move on dari dia. Kalo lo bisa dapat cowok yang seratus bahkan ribuan kali lebih baik dari dia. Lo harus hidup Sa! Lo nggak boleh bunuh diri! Lo nggak boleh gegabah! Ingat Sa, gegabah itu adalah sifat yang disenangi syaiton. Dan kalo lo gegabah lalu bunuh diri, lo bakal otw bareng sama syaiton."

Tangisan Lisa mendadak berhenti.

"Ya tuhan.. Apa yang baru aja aku lalukan.." Lisa menjauh dari tepi jembatan lalu berlari menghampiri sahabatnya yang sudah menunggunya dengan linangan airmata.

"Jennie.." Lisa memeluk Jennie sambil kembali menangis karena tersadar akan kekhilafannya tadi. Dia merasa menyesal dan malu karena telah berniat untuk melakukan itu.

"Ush.. Ush.. Ush.. Udah Sa.. Nggak papa. Lo masih punya gue. Gue bakal selalu ada buat lo." Jennie menepuk-nepuk belakang Lisa dengan lembut untuk menenangkannya.

"Makasih ya Jen udah ingetin gue.. Gue nggak tau apa gue masih hidup atau nggak kalo nggak ada lo. Makasih sahabat." ucap Lisa tulus berlinang airmata.

Jennie yang juga berlinangan airmata tersenyum. "Yang bikin lo sadar itu sebenarnya diri lo sendiri Sa. Gue cuman perantara. Kalo omongan gue tadi mempan buat lo, itu artinya iman lo kepada Tuhan lebih besar daripada rasa sayang lo ke cowok itu."

Lisa melepaskan pelukan mereka dan mengangguk.

"Yaudah pulang yuk." ajak Lisa.

Jennie akur lalu mereka pun pulang menuju rumah dengan berjalan kaki.

"Makanya kalo sekolah itu jangan sambil pacaran. Gue udah berkali-kali ngingetin lo buat jangan deket-deket sama Sehun. Tapi lonya yang ngenyel nggak mau denger omongan orang. Liat kan sekarang?" Jennie mulai menempelak Lisa atas apa yang terjadi.

"Iya maaf.. Namanya juga naksir. Mau gimana lagi? Tapi gue bakal mencoba lupain dia." Lisa menghirup udara segar yang menerpa saat mereka melewati jalanan persawahan.

"Itu harus Sa. Gue yakin lo pasti bakal dapat cowok yang lebih baik dari yang sebelumnya. Lo itu kan sahabat gue yang cantik dan pintar. Si Sehunnya aja yang bego mau lepasin lo." Jennie mencolek pipi tembem Lisa dengan setangkai ilalang yang ditemukannya.

"Ih apaan sih Jen? Geli tau!" Lisa mengelus pipinya.

Jennie tertawa.

"Hai kalian dua anak manusia yang saling bercanda tawa, dilarang pacaran di sini."

Lisa dan Jennie menoleh ke sumber suara yang berasal dari samping kiri mereka.

"Gila lo Baek! Kalo ngebajak sawah itu yang bener, jangan suka menyebar fitnah. Gue sama Lisa masih normal tau!" teriak Jennie.

Baekhyun yang sedang membajak sawah milik ayahnya tertawa.

"Lagian tadi gue liat lo berdua mesra gitu. Otak gue kan jadi penuh dengan seribu teka-teki dan berjuta tanda tanya. Terus tadi apa? Memfitnah? Astagfirullah hal adzim.. Seorang cowok bernama Byun Baekhyun tidak pernah kenal sama yang namanya memfitnah. Itu nggak baik, dilaknat Tuhan." Baekhyun mulai meracau sambil telunjuknya menunjuk-nunjuk ke arah Lisa dan Jennie.

Sementara kedua gadis itu hanya memasang muka malas sambil sesekali menguap.

"Udah ah Baek, gue mau pulang." ucap Lisa akhirnya.

"Gue juga, yuk Sa." Jennie mengajak Lisa lalu menoleh ke arah Baekhyun dan kerbaunya, si Frankie.

"Dadah Baek.. Yang rajin ya bajak sawahnya. Ntar kalo udah panen jangan lupa bagi berasnya ke gue ya." ucap Jennie yang dibalas Baekhyun dengan cebikan.

"Iya deh. Entar gue kirim satu karung ke rumah lo. Tapi dedeknya aja ya. Biar pencernaan lo jadi sehat. Wkwkwkwkwkwkk.."

Jennie mengambil sendal jepit Baekhyun yang berada di tepi lalu melemparkannya ke tengah sawah. Baekhyun berteriak sementara Jennie dan Lisa langsung berlari pergi dari situ

Lisa dan Jennie berpisah di depan rumah karena memang rumah mereka terletak berseberangan. Cuman rumah Jennie lebih masuk ke gang dikit.

Lisa berjalan riang menuju halaman rumahnya.

Namun tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti matanya terbelalak dan mulutnya ternganga-nganga.

"Apa yang harus gue lakukan...?"

Pandangan Lisa terfokus kepada sebuah mobil ferari berwarna merah tanpa atap yang sedang terparkir tepat di bawah pohon rambutan miliknya.

Apa ini? Mobil siapa ini? Kok gue kek kenal ya? Apa jangan-jangan.... orang itu?

Bagaimana ini? Ini bagaimana?

Lisa harus bagaimana 😨😨😨

Mana Saya Tau? •PCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang