[8] Keluar

40 10 0
                                    

"Sepertinya light kamu adalah Anchor Telekinesis." Kata Miss Mel.

"Bagaimana cara menggunakannya?" Tanya Allyssa sopan.

Miss Mel memperhatikan Allyssa sebentar dan melipat tangannya.

"Saya bukan seorang profesional, jadi lebih baik kamu cari saja di perpustakaan nanti." Kata Miss Mel.

Allyssa mengangguk pelan dan berjalan menjauhi Miss Mel.

***
Bel istirahat berbunyi kencang, menggema di satu gedung. Allyssa melihat beberapa murid lari keluar dari kelas setelah memberi salam pada Miss Mel. "Nggak keluar?" Celia menyenggol Allyssa.

"Nanti aja, hehe.."

Allyssa menopang dagunya, melihat lihat ke sekeliling ruangan kelas. Matanya menunjukkan rasa bosannya.

"Lisaa!!" Teriak seorang dari arah pintu.

Allyssa terbangun dari renungannya, terlihat di pintu masuk Delyca memanggilnya dan melambaikan tangan. Delyca tersenyum kecil pada Allyssa.

"Hai, Del." Allyssa tersenyum balik.

Delyca menghampiri Allyssa dan mengajaknya untuk berjalan jalan selagi masih istirahat. Delyca menceritakan tentang hal hal yang ia pelajari di kelas biologi, yaitu tanaman tanaman penyembuh, dan cara kerja light.

"Iya, jadi bunga dandelion di dimensi ini, buat nyembuhin luka di fisik kayak luka baret gitu." Delyca bercerita panjang.

"Lo dah belajar light?" tanya Allyssa.

"Iya, tadi dijelasin dikit. Kalo nggak salah, light gue tuh... namanya.. light attack ya?" kata Delyca.

Delyca membawa Allyssa ke lapangan, lalu berkata, "Επίθεση!" sambil mengarahkan telapak tangannya ke satu rumput semak semak.

Wuushh!

Cahaya yang sangat terang dan cepat melesat ke arah rumput semak itu. Cahayanya menghilang, tetapi rumput semak itu mulai bercahaya, lalu lama kelamaan hancur. Terlihat seperti cahaya itu memakan rumputnya.

Akhirnya, rumput semak itu benar benar hilang dan hancur ditelan oleh cahaya yang bersinar di sekelilingnya. Setelah hancur, cahaya pun hilang, tidak meninggalkan bekas sedikit pun.

"Woahh! Lo belajar di perpus ato dikasi tau?" Allyssa terkagum-kagum melihat aksi Delyca.

"Dari perpus, hehe, yuk lah ke perpus, gue penasaran sama light lu juga nih." Delyca tertawa kecil.

Mereka berdua berjalan beriringan ke arah perpus, Delyca menunjuk arah. Setelah sampai, mereka melepas sepatu, menaruh dengan rapi di raknya, dan masuk ke perpustakaan dengan tenang. Delyca menunjuk ke satu rak berisi buku tebal berwarna warni.

"Punya lo kan kebanyakan gelangnya warna biru tua, jadi lo cari buku yang biru tua trus cari nama light lo." Delyca menjelaskan dengan pelan agar tidak berisik.

Allyssa mendekati rak buku itu, mengambil satu yang berwarna biru tua lalu menaruh di salah satu mejanya. Delyca berbisik untuk membuka buku dengan cepat. Allyssa membuka bagian daftar isi dan segera mencari yang bertuliskan 'anchor telekinesis' dengan semangat.

Setelah menemukan yang ia cari, langsung dibuka halaman 598, lalu membacanya dengan saksama. "Wuaahh, light gue satu banding 70.000 orang!" Allyssa berseru.

"Shhh!" Satu perpustakaan langsung menyuruh Allyssa untuk diam.

Wajah Allyssa memerah, malu dicampur senang. Ia tak sabar membaca lagi.

Tertuliskan,
"Untuk mengaktifasikan light ini, teriaklah 'αρπάζω' cara penyebutannya adalah ar-pá-zo. Jika diaktifasikan maka sebuah jangkar panjang akan muncul dari tanganmu dan bisa digunakan untuk mengambil/menyeret orang maupun benda."

Mata Allyssa bersinar membaca hal hal magis yang baru pertama kali ia temui. "Gila, keren bangett!!" seru Allyssa setengah berbisik.

Delyca menyuruh Allyssa menaruh buku dan mengajaknya ke lapangan untuk mencoba light-nya. Allyssa dengan girang berlari ke lapangan.

Tiba di lapangan, Allyssa memperhatikan satu rumput semak. "Bukannya tadi itu udah ancur ya?" tanya Allyssa.

"Ini kan lapangan khusus light jadi semuanya balik ke smula kalo ada yang ancur." Jelas Delyca.

Allyssa hanya mengangguk pelan lalu berbalik ke arah sebuah pot besar. Allyssa memberi aba aba pada Delyca bahwa ia akan mencoba light-nya.

"αρπάζω." Bisik Allyssa pelan.

Dari tangannya, muncul jangkar yang terkait dengan rantai. Rantai itu pun terkait di tangan Allyssa sehingga Allyssa dapat menggerakkan sesuka hatinya. Allyssa mengarahkan jangkar itu ke arah pot besar, dan menarik dengan tenaga kecil. Pot itu langsung tertarik dan terseret, padahal jangkar itu sendiri aja terlihat sangat berat.

"Buset, coba pegang dong." Delyca berkata sambil menghampiri ujung jangkar itu. Delyca memegang dan mencoba mengangkat jangkarnya, tapi kenyataanny, jangkar itu terlalu berat. Delyca mengeluh, lalu Allyssa menarik jangkar itu dengan mudah, bahkan Delyca ikut terseret sedikit.

"Cuma bisa sama lo kali ya." ujar Delyca.

***
Bel berbunyi, tanda pelajaran terakhir akan segera dimulai. Untuk mengakhiri sesi belajarnya, Delyca memilih pelajaran ekonomi, sedangkan Allyssa memilih Biologi.

Allyssa masuk ke kelas 15 menit sebelum bel berbunyi, jadi ia sudah siap di tempat duduknya untuk belajar. Semua kejadian yang terjadi hari ini membuatnya sangat bersemangat untuk belajar, apalagi mengetahui kalau pelajarannya adalah ilmu magis, bukan pelajaran layaknya manusia.

"Selamat siang."

Seorang guru laki laki kali ini masuk, membawa buku tebal, berkacamata, berambut hitam, dan terlihat sangat bijak. Ia tersenyum saat berjalan masuk, lalu langsung duduk di meja guru.

Brak!

Lagi lagi Celia mengejutkan seisi kelas dengan dobrakan pintu yang keras. Napasnya terengah engah, ia berkata, "Ma-af.. Pak, Saya- barusan- dari- ko-perasi."

Seketika, wajah guru itu mulai menajam. Raut wajah sinis muncul. Semua murid bisa melihat itu.

"Siapa kamu? KELUAR!" Seru guru itu dengan sangat kencang. Suaranya membuat Allyssa bergetar dan merinding.

"Saya Celia Bella, lulusan SMP Darkre. Maaf telat, Pak." Jawab Celia, wajahnya juga menunjukkan ketakutan.

"Oh. Anaknya si itu. Saya tidak peduli, melanggar aturan sama dengan hukuman, kalau saya bilang keluar, ya keluar!" Guru itu melipat tangannya.

Raut ceria Celia menghilang sedikit demi sedikit. Mata Celia menatap sinis kepada guru itu. Dengan berat hati, Celia mengambil buku dan penanya dari rak meja dan berjalan keluar dari kelas. Wajahnya memerah karena malu.

Sial.

Gumam Celia dengan pelan, namun akibat posisi duduk Allyssa dekat dengan pintu, ia dapat mendengar itu.

"Tak usah bergumam, saya mendengar itu." Guru itu berkata lagi.

Menyeramkan.

Itu yang ada di pikiran Allyssa.

Apa ini yang Delyca bilang guru seru?

"Baiklah, maaf, hehe, sekarang saya akan perkenalan diri," guru itu mengusap belakang kepalanya dan tertawa kecil.

Senyum guru itu sangat hangat, bahkan seakan akan seluruh murid bisa melupakan sifat pemarahnya tadi dengan satu senyuman hangat.

[A/N]
Haii readerss!
Karena kemaren kita bisa same rank #400, author udah seneng banget hehe, jadi niat update cerita:D

Thank you for the support!
Btw, kalo misalnya ada mantra dan jenis light yang susah diafalin... em... sorry hehe.. gabisa diubah lagi, imajinasi author terlalu liar^^;;;
-miizuchi_

To Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang