"Allyssa, salam kenal."
"Formal banget sih, hahaha, bercanda kok, gue bukan anak alim." Celia tertawa, sadar dengan dirinya yang sekarang terlihat seperti anak nerd di setiap sekolah. "Gue kesini buat gambar pohon pohon doang."
Celia mengajak Allyssa memutari taman sekaligus memberikan Allyssa penunjuk tanaman tanaman dan serangga di taman itu.
Taman yang sekarang Allyssa duduki bukanlah taman outdoor seperti biasanya, melainkan ada kaca yang mengelilinginya, seperti rumah Patrick di Spongebob.
"Darimana serangganya masuk? Kan ini ketutup." Tanya Allyssa.
"Setau gue, kacanya bisa ditembus sama hewan, tapi manusia engga." Jawab Celia.
"Gue coba masuk kali ya, sapa tau gw hewan."
Mereka berdua tertawa bersamaan. Tiba tiba, lampu sekitar taman mati, hanya cahaya dari matahari yang redup menyinari dari luar.
Celia bereaksi dengan peristiwa ini, mengambil senter dari tas kecilnya dan segera menyenter ke arah kaca merah di atas pintu masuk. "Ini biar orang yg mengontrol sistem tau kalo disini ada orang."
Selang beberapa menit, Celia dan Allyssa duduk di bebatuan, melihat kupu kupu yang bersinar dari sayapnya, sampai akhirnya lampu hidup lagi dan semua kembali normal.
"Akhirnya! Gue keluar ya, mau ke kamar." Ujar Allyssa.
"Oh, cepet amat, yaudah, jangan kesasar ya, hahaha!" Celia cekikikan.
Allyssa berdiri dan menuju pintu keluar sedangkan Celia masih duduk di bebatuan melanjutkan gambarnya.
BUK!
BUK!
BRAK!
"E buset, lis, lu buka pintu ato-"
"Ini kaga bisa dibuka woy!!" Allyssa memotong kalimat Celia dan berseru kencang.
"Lu ngerti ga, coba sini gw yang buka." Celia berdiri dan menghampiri Allyssa yang kesulitan mendorong pintu.
Celia membantu mendorong pintu, tapi nihil, pintu tak bergerak sama sekali, bahkan bukannya terbuka malah semakin rapat terkunci.
"Eh iya nih, lah, gimana dong!!" Celia ikut berseru, panik dengan nasibnya bersama Allyssa yang terjebak di dalam taman berukuran hanya 20 kaki secara horizontal.
Allyssa berusaha berpikir keras untuk bisa keluar dari tempat ini, lalu ia langsung teringat dengan seseorang yang baru saja ia kenal tadi.
"Nathaaannnn!" Teriak Allyssa.
Celia melototi Allyssa, sekaligus menutup telinganya akibat suara Allyssa yang sangat cempreng.
"Manggil servium nggak gitu juga kali." Cibir Celia.
"Servium?"
Wush!
Nathan muncul, bertengger di atas pohon besar di tengah taman sambil bersiul. "Servium adalah campuran bahasa dari effluvium yang artinya gas, dan servant yang artinya pelayan atau asisten," ujar Nathan, "Jadi, butuh apa?"
"Ya itu gak penting sih, ini gimana caranya keluar kalo kekunci?" Kata Allyssa.
"Uhm, sepertinya terkunci dari sistemnya."
"Maksud lo ada yang kunci dari ruang sistem?" Celia menyahut.
"Iya, bisa dibilang begitu."
Celia dan Allyssa saling bertatapan, keduanya memiliki ekspresi bingung di wajah mereka. Kenapa ada yang mengunci kalau tau ada orang di sini? Nathan menawarkan untuk ke ruang sistem dan membuka pintu, Allyssa menyetujui dan akhirnya Nathan melesat ke ruang sistem meninggalkan Allyssa dan Celia di taman itu.
Celia duduk dengan tenang di bawah pohon sambil menunggu bunyi tanda terbuka dari pintu sedangkan Allyssa dengan cemas mondar mandir. Celia yang sudah gelisah dengan tingkah laku Allyssa, menyahut, "Hoy, lu kenapa si bolak balik mulu?"
Allyssa menoleh ke Celia, wajahnya seperti orang mau menangis, memerah, dan masih menjingkrak jingkrak. "Gue dari aula sampe sekarang pengen ke toilet nggak kesampean, udah nggak tahan ini." Jawab Allyssa.
"SUMPAH, DEMI APA LU?" Celia ikut panik mendengar Allyssa yang terlihat sudah di ujung tanduk.
Allyssa mengangguk pelan, seluruh badannya gemetaran.
"Unlocked."
Suara wanita terdengar dari pintu, menunjukkan bahwa pintu sudah tidak terkunci lagi. Secepat kilat, Allyssa langsung melesat keluar menuju toilet, meninggalkan Celia yang sudah pucat wajahnya.
Nathan kembali ke taman, melihat Allyssa yang sudah tak ada di dalam taman, ia menoleh ke Celia.
"Lama tak jumpa." Celia berkata ke Nathan.
Nathan membuang muka, wajahnya yang awalnya ceria, berubah menjadi kecut mendengar kalimat Celia.Nathan langsung beranjak dari taman tanpa mengeluarkan sepatah kata.
***
Allyssa yang baru saja keluar dari toilet, akhirnya menuju ke kamarnya lagi. Di perjalanan, ia melihat beberapa murid juga berlalu lalang. Allyssa memperhatikan gelang di tangan setiap murid, berbeda beda, setiap murid memiliki gelang unik sendiri.
'Tunggu.'
Pikir Allyssa,
'Perasaan tadi Celia nggak pake gelang deh.'Allyssa tak terlalu memusingkannya dan tetap berjalan ke kamarnya.
Tok tok tok!
"Gila lu ya, gw hampir mati kesepian disini, mana tadi mati lampu gw gabisa gerak gara gara takut." Delyca langsung mendobrak pintu dari dalam, menyebabkan pintu yang didorongnya menabrak kepala Allyssa.
"Aooww! Tadi gue kekunci gitu 20 menitan sama orang." Allyssa mengelus elus kepalanya.
"Oh, sama siapa?"
"Namanya Celia, gatau lengkapnya apa, keknya sekelas tapi murid lama." Jawab Allyssa.
Delyca hanya mengangguk menandakan 'ok cuktaw' dan duduk di ranjangnya.
"Citcitcitcit!"
"Citcitcit!"
"Citcitcitcitcit!"Suara cicitan tikus terdengar dari dalam lemari, Allyssa dan Delyca bertatapan satu sama lain. "Suara apaan tuh?" Delyca mengubris.
Allyssa hanya mengangkat bahunya menandakan tidak tahu, kemudian mereka sepakat untuk bersama sama membuka lemari dengan rasa penasaran.
Kreeeekk!
"AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH!!" teriak keduanya dengan rasa ketakutan.
Author's Note
Hiiiiii!! Author lagi ngebut ini biar kebayar kemaren telat telatnya (uwu)
Hope you enjoy this part, smoga slanjut bisa lebi panjang oyeee^3^
-miizuchi_

KAMU SEDANG MEMBACA
To Another Dimension
Fantasi○ #398 in Fantasy ○ 3/8/17 ○ Light? Apa maksudmu light? Kekuatan supranatural dari hanya sebuah gelang? Candaan yang lucu. Allyssa tak pernah bahwa kehidupan di sekolahnya, akan menjadi seperti ini. Hal magis yang tidak bisa dipercaya oleh mata manu...