[6] Siapa

44 19 0
                                    

Secara cepat gerombolan tikus keluar dari lemari tepat setelah Allyssa dan Delyca membukanya. Keduanya menjerit ketakutan, wajah Allyssa memucat, panik, jijik, dan takut tercampur menjadi satu.

"Nat-than-" Delyca memanggil dengan nada yang sangat gemetaran, ia membatu di kasurnya.

Nathan sekali lagi muncul, dengan sangat kalemnya, ia bertanya ada apa. Allyssa langsung menunjuk ke arah lantai, memberi tahu apa yang terjadi.

Nathan mengarahkan telapak tangannya ke lantai dan keluar cahaya ungu dari tangannya. Tikus tikus itu musnah, hilang seperti tak ada jejak setelah terkena cahaya ungu itu. "Aneh." Kata Nathan.

"Eh buset, ilang, akhirnya!! Gue kira gue bakal disini selamanya." Allyssa membuang nafas dengan kuat melihat tikus tikus itu hilang.

"Kok bisa ada tikus malaria?" Nathan bertanya.

"Mana gue tau, tadi pas gue keluar nggak ada. Tiba tiba ada aja pas balik." Delyca menjawab.

Nathan memeriksa seisi lemari, tak ada yang bolong, cacat, atau bahkan tergores. Seakan akan tikus itu sudah dikontrol untuk hanya mengeluarkan cicitan tanpa menggores lemari sama sekali. "Pasti ada yang menaruh tikus itu, untung kalian nggak digigit, soalnya ya.. bisa malaria, seperti namanya." Nathan melanjutkan.

"Hah? Malaria? Ebuset binatang disini serem serem amat." Allyssa tersontak kaget mendengar pernyataan Nathan.

"Iya.. Delyca nggak kemana mana dari tadi? Kan tadi Allyssa di taman jadi nggak mungkin tau kejadian disini." Nathan mencoba menenangkan dan memecahkan masalah sekaligus.

"Iya kok, disini terus, ya tapi gue sempet ke toilet buat cuci muka, gitu gitu, ya hal hal penting." Delyca berkata dengan mengusap tangan kirinya dengan tangan kanannya.

"Pfft, eek." Allyssa menutup mulutnya.

Delyca langsung menatap tajam Allyssa dari pojok ruangan. Delyca menggerakkan mulutnya seperti berkata "awas lu" tanpa bersuara.

"Oh ya ya, intinya Delyca pernah lepas pengawasan dari kamar ini. Berarti ada yang masuk dan menaruh itu." Nathan menjelaskan lagi.

Delyca bergumam, lalu ia berkata, "Tapi kan pintu dikunci." Setelah berkata itu, Nathan langsung berubah wajahnya. "Berarti ada yang sengaja menaruh dengan bantuan servium. Kurang kerjaan banget, masa menindas murid baru."

Allyssa dan Delyca bertatapan, lalu tertawa. Mereka kedua berkata secara bersamaan bahwa tidak mungkin ada yang mau menindas mereka, mereka menganggap ini hanyalah iseng sederhana.

Nathan hanya menatap kedua wajah mereka dengan pasrah, seakan ia hanya bisa berkata iya dan menyetujui perkataan Allyssa dan Delyca.

"Yasudah, saya balik ya." Setelah mengatakan itu, Nathan berubah menjadi gas dan menghilang.

Masih sedikit syok dengan kejadian tadi, Allyssa dan delyca bertatap-tatapan dengan wajah sedikit pucat. "Kok gajelas sih orangnya, iseng banget." Delyca berkata. Allyssa hanya mengangkat pundak.

***

Hari esoknya, Allyssa dan Delyca menghadiri kelas pertamanya di Darkre. Pagi pagi buta, sekitar jam 3 atau jam 4, bel berbunyi dengan sangat kencang. Mengejutkan keduanya. Sontak Allyssa berkata pada Delyca, "Udah terlanjur bangun, kalo kita tidur pasti nggak bangun lagi." Delyca hanya mengangguk-angguk setengah sadar.

Allyssa membuka jendela, dan keluar dari kamarnya, melihat situasi di asrama. Tapi anehnya, tak ada yang keluar untuk mencari bunyi bel tadi.

Tap!
Tap!
Tap!

"Siapa itu?" Allyssa bertanya, suaranya menggema di lorong asrama itu.

Sosok Celia muncul dari arah kanan, di ujung lorong, ia berkata, "Eh? Allyssa?"

Allyssa segera berlari ke arah Celia.

"Lo kebangun gara gara bel nggak?" Allyssa bertanya lagi.

"Iya nih, makanya gue jalan jalan, tapi dari tadi nggak ada yang bangun, gw padahal dari kamar 509," Ujar Celia, "kayaknya pada lanjut tidur deh."

"Aneh."

***

Nathan menghampiri Delyca dan Allyssa, memberikan mereka kertas berupa jadwal untuk seminggu selain Sabtu dan Minggu. Nathan juga mengingatkan agar tidak telat datang ke kelas, jadi lebih baik menuju gedung pelajaran 20 menit sebelumnya agar kalau kesasar tidak telat.

Allyssa dan Delyca langsung menuju gedung pelajaran. Tepat di depan pintu utama adalah dereta loker yang terlihat tidak berujung.

"Kita cari yang nomor 757 kali ya?" Allyssa berkata pada Delyca.

"Ho-oh." Delyca mengujar.

Setelah berjalan dan mencari cari beberapa menit, mereka menemukan loker 757 dan 757A, lalu membukanya dengan kunci yang diberikan Nathan.

Isinya lengkap, buku paket, catatan, kotak pensil full dengan alat alat tulis, sepatu khusus untuk di dalam kelas, topi, dasi, pita, dan segala macam peralatan yang dibutuhkan seorang pelajar.

Ada secarik kertas ditempel bertuliskan, "Kalau sudah dibuka, langsung pakai pitanya, rambut wajib diikat!"

Tanpa ragu, Delyca dan Allyssa mengambil pita hitam dari loker masing masing, mengikat rambut, dan langsung bercermin dengan cermin kecil di loker. "Lucu juga, hehe.." Allyssa menyerocos.

Jadwal pelajaran pun tersedia di loker mereka.

"Jadi pilihan hari ini, jam pertamanya biologi sama MTK, lo mau ikut yang mana?" Allyssa bertanya pada Delyca.

"Gue coba MTK dulu deh, kalo biologi gw masih agak ngeh, MTK di skolah lama aja ga ngerti apalagi disini." Delyca menjawab sembari memainkan pita hitamnya.

"Yaudah deh, gue biologi, lagi males itung itungan gue." Allyssa berkata, ia lalu langsung mengambil buku paket biologi dan dua buku catatan, tak lupa kotak pensilnya.

Keduanya menyiapkan diri, memakai sepatu, dan langsung mengunci loker.

"Semangat Lis!" Delyca menyahut sembari ia berjalan ke arah ruang IPA.

"Lo jugaa!!" Allyssa menyahut balik.

[A/N]
Hai readers tercinta😏
Maap aku updatenya telat lamaaaaaa bangeetttt😣😣 kemaren abis liburan+baru masuk sekolah jadi masih ngatur ngatur jadwal sgalagala;-;
-cicil

To Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang