[7] Dia Lagi

50 18 0
                                        

Allyssa masuk ke tempat duduk di bagian kedua paling depan, menaruh buku-bukunya, dan langsung menyiapkan dirinya untuk pelajaran baru. Di kelasnya, terlihat beberapa anak baru juga yang terlihat pemalu dan kaku, semuanya tak berani bersosialisasi dengan yang lain.

Setelah lama menunggu, beberapa murid senior masuk, mencari meja, dan menyiapkan dirinya, termasuk satu orang yang familiar dengan Allyssa,

Celia.

Ia tidak memakai kacamata. Sesaat setelah Celia masuk, Celia menoleh ke sekeliling ruangan dan matanya langsung tertuju ke arah Allyssa. Celia tersenyum manis, pipinya yang tembem ikut terangkat saat Celia tersenyum.

"Hai," Celia menghampiri Allyssa, "sendirian nih? Gue duduk sebelah lo ya."

"Boleh sih, kenapa nggak sama temen temen lo aja?" Allyssa menjawab ragu.

"Nggak papa, kasian lo nggak ada temen, hehehe, becanda becanda!" Celia tertawa.

Lalu Celia menaruh buku dan peralatannya di meja samping Allyssa, lalu melesat keluar entah ke mana. Allyssa masih duduk di tempatnya, membaca baca buku pelajaran barunya.

Ebuset, ini apaan?
Pikir Allyssa.

Yang tertulis di buku itu bukanlah aljabar, atau pun matematika biasa. Tapi sebuah gambar tongkat, bersama beberapa angka angka yang membingungkan.

'Nggak jelas ih..'

Allyssa menutup buku, masih bingung dengan pelajaran. Sambil menunggu, ia hanya mengetuk ketuk meja dengan kuku jemarinya dan bersiul.

"Yak, selamat pagi!" Seru seorang wanita setengah baya dari arah pintu.

"Pagi, miss." Balas beberapa murid lama dengan lesu.

"Banyak ya murid barunya, jadi kita perkenalan saja du-"

Brak!

"Maaf bu, telat nih, hehe.." Celia dan beberapa orang di belakangnya mendobrak pintu, terlihat ngos ngosan dan tersenyum jahil.

"Kalian ini, selalu aja telat, sana duduk! Untung masih hari pertama." Wanita itu mengusap dahinya.

Celia duduk di samping Allyssa. Nafasnya terengah-engah. Celia langsung membuka buku dan menggunakan kacamatanya. Celia mengambil kacamatanya dan langsung memakainya.

"Baiklah, kita mulai dari yang pojok kiri belakang ke pojok kanan depan untuk perkenalan," Wanita itu berbicara, "tapi sebelumnya, saya perkenalan dulu juga."

"Nama Saya Melisa, panggil saja Miss Mel. Saya akan mengajarkan ilmu perhitungan di sini. Nah, sekarang silahkan mulai dari yang pojok." Miss Mel menunjuk ke arah seorang perempuan yang duduk di pojok belakang.

Semua mulai memperkenalkan diri, beberapa menyebutkan warna dan spesialisasi dari gelang mereka. Allyssa tak mengerti apa yang mereka sebutkan tentang gelang jadi Allyssa memutuskan untuk menyebutkan warna dan simbol gelangnya saja. Lalu giliran Allyssa pun tiba.

"Nama saya Allyssa Yvesty. Umur 15 tahun, gelang saya berwarna biru putih, bersimbolkan jangkar." Lalu Allyssa duduk.

Celia yang duduk di sebelahnya lalu berdiri, dengan penuh percaya diri, ia berkata, "Nama saya Celia Bella, lulusan SMP Darkre, umur 15 tahun, gelang saya berwarna pink bersimbolkan mata. My specialty is telepathy."

'Tunggu, sejak kapan dia pake gelang itu? ' pikir Allyssa. 'Sumpah, kemarin dia nggak pake.' Pikirnya lagi.

Dilanjutkan akhirnya terus sampai ke paling pojok depan.

"Baiklah, sekarang kita akan memulai dengan pelajaran hitungan."

Miss Mel menggoyangkan tangannya 4 kali sambil berseru, "ραβδί!!'

Satu tongkat kecil muncul di meja semua murid, bagaikan sihir, tongkat berbentuk seperti stik di Harry Potter itu muncul secara tiba tiba.

"Itu adalah contoh hitungan yang benar, kalau misalnya saya salah menggoyangkan tangan, maka yang keluar seperti ini," kata Miss Mel lagi, "ραβδί!!" Serunya sambil menggoyangkan tangan 3 kali.

Yang muncul di depan semua murid bukanlah stik kecil, melainkan tongkat panjang seperti yang ada di pramuka penggalang. Allyssa tak percaya dengan apa yang terjadi di depan matanya sekarang.

"Dan itu lah yang terjadi jika salah perhitungan." Sahut Miss Mel lagi.

Akhirnya, selama dua jam, semua murid keluar ke lapangan dan diwajibkan untuk berlatih "perhitungan" dan "summoning" dan semacamnya.

"Cel, gue nggak ngerti, ini maksudnya summon apa?" Allyssa menepuk pundak Celia, memegang stik kecil yang hanya ia pelototi dari tadi.

"Kalo lu udah masuk ke kawasan ini, otomatis ada ilmu light di dalam lu, gelang lu itu cuma pembimbing sekaligus buat penentu light lu apa," Celia melanjutkan, "Gue punya gelang ini, simbolnya mata, jadi light gue telepathy."

"Telepathy?" Ujar Allyssa mendengarkan penjelasan Celia.

"Iya, nih ya, kalo gue kayak gini.."

Celia memegang tangan Allyssa, ia lalu berbisik sedikit, "Ανάγνωση!"

Allyssa merasa sedikit dingin, merinding juga. Lalu Celia berkata bahwa ia bisa membaca pikiran Allyssa dengan mudah. Allyssa sedang bingung dengan cara menggunakan light, begitulah kata Celia.

"Terus kalo gue jangkar gini, artinya apa?" Allyssa bertanya.

"Hm, bisa jadi air, tapi gue kurang tau, coba tanya Miss Mel deh." Ujar Celia.

Allyssa memperhatikan gelangnya, mencoba menebak nebak artinya. Celia menyenggolnya, lalu berkata, "Jangan ditebak, mending ditanya aja."

"Jangan baca baca dih." Kata Allyssa ketus.

"Hahaha, yaudah, gue belajar dulu ya, good luck!" Celia lalu pergi meninggalkan Allyssa yang berdiri di bawah pohon rindang.

Hm. Apa tanya aja ya?

Pikir Allyssa.

Allyssa mengumpulkan keberanian, lalu menghampiri Miss Mel. Miss Mel yang sibuk membaca buku langsung menoleh ke arah Allyssa dan berkata, "Ya, kamu mau tahu light kamu apa?"

Allyssa terkejut dengan perkataan Miss Mel yang tiba tiba.

"Sini tanganmu. Jangan kaget, light saya telepathy."

Kata Miss Mel lagi.

[A/N]
Akhirnya lucky number 7, chapter ini author udah pake google beberapa kali cuma buat translate mantra mantranya hehehe..
Fyi, kalau mau ngeh, afalin ya mantranya, ga banyak kok tenang;)
.
Kira kira lightnya Allyssa apa yak? ;D
-miizuchi_

To Another DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang