Dua

8.2K 752 542
                                    

Petugas kebersihan itu samasekali tidak menggubris pandangan Eren. Atau bahkan benar-benar tak menganggap pemuda itu ada. Mungkin setara dengan serpihan debu di lantai aula yang hendak ia pel nanti.

Tarik. Buang. Tarik. Buang. Sip. Pemanasan sudah selesai. Topik pembicaraan telah tercetus pula. Sekarang tinggal kerja nyata.

Dengan langkah mantap, Eren hampiri petugas tersebut. Dada dibusungkan, menunjukkan betapa gagahnya ia sebagai seorang laki-laki.

Percuma juga, sih. Aibnya sebagai seorang uke berbadan mulus juga udah kesebar lewat doujin-doujin.

"Hei," demi terlihat macho, Eren menyapa menggunakan suara perut. Kesan pertama yang dibuat harus baik, karena akan terus membekas di ingatan si petugas.

Si petugas menatap Eren sejenak. Tak ada perubahan ekspresi di sana. Ia balas hanya sekali angguk, sebelum lanjut bebersih lagi.

Sukit sih, nanggepinnya gitu doang. Tapi, Eren tetap nggak akan nyerah.

"Siapa namamu, wahai laki-laki mungilku?" Meski hanya bermaksud menanyakan nama, nada yang dikeluarkan sungguh terdengar menggombal. Dan kata-katanya cukup absurd untuk level gombalan maut.

Si petugas melempar tatapan dingin. "Gajelas lu, bocah. Pergi sono."

"Bocah?! Kek ga nyadar badan aja! Lu lebih mirip tuyul di mata gu-Aduh!"

Si office boy langsung memukulkan kepala Eren kencang dengan salah satu kursi. Dari situ Eren belajar pertama kali satu fakta mengenai lelaki pujaannya. Dia sensitif sangat kalau bicara tinggi badan.

Hehe. Kontak fisik secara ga langsung sama bocilku~

Dasar maso.

"Btw sakit, ih. Kan gua cuma nanyain nama doang!" protes Eren.

"Lu ngapain nanya nama gua?" tanya si petugas dengan tatapan mengintimidasi.

"Bahan referensi," jawab Eren tersenyum polos.

Buat di kasur maksudnya. Hehe.

Tentu si petugas tak bisa mengetahui niat buruk nan laknat Eren, dilihat hanya dari senyum polos itu. Ia masih curiga tujuan Eren menanyakan namanya. Tapi, karena gamau dikira wartawan majalah gosip, si petugas pun memutuskan untuk menjawab.

"Levi Ackerman. 34 tahun."

"Lah, sama kek Mikasa. Lu plagiat marga?"

"Ya ga lah, bege. Gua pakdenya dia."

"Eh tapi tunggu," Eren mengambil jeda sedikit. "SERIUS 34 TAUN?! JADI LU LEBIH TUA DARI GUA?!"

Yha. Udah tau lebih tua, masih aja panggilannya lu-gua.

"Tapi, kok lu pen-"

"Ngomong lagi gua semprot Mr. Mus*le."

Ancam Levi sambil menodongkan semprotan pembersih kaca ke wajah Eren. Jarinya siap mengambil ancang-ancang menekan pelatuk botol. Refleks Eren mengambil langkah mundur pelan-pelan.

Levi menghela nafas. Menurunkan botol tersebut sejajar dengan pahanya. "Bocah, lu kalau ke sini cuma buat ngerusuh, mending pulang. Jangan ganggu gua bebersih plis," protes Levi.

"Nggak juga, kok. Gua ke sini buat ngebantuin lu," balas Eren.

"Boong."

Astatank, niat baik dikata bohong. Sukanya suuzon melulu ah, cebol kesayanganku:*

Janitor ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang