Empat

5.6K 522 236
                                    

Eren, cowok ganteng idaman tak pakai pencitraan, sedang melalui masa kasmaran. Berhasil terjadi berkat munculnya cleaning service tampan mempesona yang baru masuk seminggu lalu. Rekan baru Hannes, Levi Ackerman.

Biasanya, Eren samasekali tidak tertarik dengan pembahasan mengenai pacar. Karena ia sendiri juga tak minat untuk berpacaran dengan siapapun. Merepotkan saja ia pikir.

Sekarang, Eren malah semakin tertarik untuk menjalin hubungan yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Ia terlihat menggaet Jean dan Armin ke toilet cowok. Memanfaatkan waktu istirahat sebaik mungkin untuk memgadakan perbincangan lelaki.

"Jean, Armin. Plis bantu gua," pinta Eren mengatupkan kedua tangannya.

"Apaan, Ren?" tanya Armin.

"Harus banget ya, minta tolong di toilet?" celetuk Jean sebal.

"Ya harus lah! Ini privasi gua sebagai cowok tertampan seantero sekolah!" ketus Eren, siap-siap tabok.

"Yaudah cepetan mau minta tolong apa, isshhh! Aku gamau waktu istirahat aku kebuang sia-sia!" protes Armin mengentakkan kakinya bete.

"Gini," Eren berdeham. "Lu pada masing-masing kan, udah punya pacar. Nah, gua mau nanya. Tempat gitu-gitu yang baik, benar, dan aman di mana yah? Yang ada ranjangnya, nggak ada micin, wipol, dan benda-benda sejenis."

Jean dan Armin diam. Iya, diem. Yang ada mata mereka yang langsung membesar dengar pertanyaan si primadona sekolah. Melihatnya saja sudah membuat Eren nggak suka. 

"... kalo dari kriteria yang kamu cari sich, paling bener ya di kamar, Beb...," jawab Armin menurunkan nada suara. 

"Bentar! Lu ngapain nanya-nanya begituan?! Waktu itu bukannya lu udah mutusin buat nggak pacaran gara-gara ngerepotin dan buang-buang duit?!" protes Jean langsung tancap gas. 

"Itu kan waktu itu. Beda sama waktu ini. Karena gebetan gua yang gua pungut ini beda dari yang lain," balas Eren santai. 

Biasanya kalau Jean sudah ngegas, Eren menyahut dengan cara yang sama. Jadi makin kenceng gara-gara dikasih minyak Oli Katrol dan sulit untuk dilerai. 

Untuk kali ini, Eren nyantai, nggak terpengaruh mesin panas milik Jean. Kini semakin bisa mengendalikan nafsu di depan orang-orang, kecuali Levi. Maklum, lagi jatuh cinta.

"Hah? Apanya yang beda?" tanya Jean memasang muka kudanya. 

"... dia lucu...."

Jean dan Armin hanya bisa memandang jijik dengan gelagat malu-malu anjing Eren. 

"Yaelah. Lucu doang Annie juga bisa, keleus. Kamu gak pernah liatin mukanya ya, kalo merah gitu?" celetuk Armin mendongakkan kepalanya bangga. 

"Jangankan Annie. Marco juga bisa! Mukanya yang ber-freckle itu rasanya minta dicubit sewaktu-waktu, asal lu tau aja," sahut Jean tak mau kalah. 

Dari sini, kita bisa tahu. Bahwa hanya Armin yang masih berjalan di jalan yang lurus. 

"Eehhh! Ini jangan malah bahas pacar masing-masing, dong! Bantuin gua!" protes Eren yang langsung meluruskan arah pembicaraan. Ini bukannya Eren iri sama mereka, ya. 

"Ya kan, udah aku jawab tadi, Say," tanggap Armin. "Lagian, kalo kata aku, jangan langsung tancep gas ke kamar. PDKT aja dulu, buat kenal dia lebih lanjut. Abis tu, confess dan baru bisa "beraktivitas", dech."

"Ah, lu belagak sok alim, Min. Padahal lu yang paling sering ngasih gua asupan film biru," ledek Eren seraya berjalan menuju pintu toilet. 

"Kamu bukannya makasih, malah ngeledek. Kzl ah:("

Janitor ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang