2

2K 303 76
                                    

Setelah mimpi itu, Doyoung menemukan dirinya dalam keadaan aneh.

Ia bisa melihat benang merah dimana-mana. Ia bisa melihatnya di kedua jari kelingking Ibu dan Ayahnya, tersambung apik dan kuat. Ia bisa melihat di setiap orang-orang yang ia lewati, tapi kebanyakan tak ia ketahui dimana benang-benang itu tersambung. Ia bisa melihat di setiap jari kelingking teman-teman sekelasnya, termasuk di jari Yuta yang saat ia telusuri kemana benang itu tersambung, menemukannya pada jari kelingking guru Bahasa Inggris mereka yang kalem. Yang terakhir, ia bisa melihat benang merah yang sama pada jari kelingkingnya, tapi benang itu terputus setelah menjuntai sepanjang satu meter.

"Kau akhir-akhir ini aneh deh, Doyoung?" tanya Yuta.

Doyoung tersadar dari lamunannya, "I-iyakah?"

Yuta mengangguk, "Akhir-akhir ini kau sering mengangkat tangan seperti ini," Yuta mengangkat tangannya dan mendongak, "terus memperhatikan jari-jarimu seolah kau sedang menggapai sesuatu."

Doyoung tertawa hambar. Ia lalu menatap jemarinya dan menggerakkannya.

"Nah kan!" seru Yuta, lalu mengambil tangan Doyoung, "ada apa sih di jarimu?"

Doyoung melepaskan tangannya dari cengkraman Yuta, "Tidak ada apa--"

"Good Morning, students."

Sapaan seorang guru yang baru masuk membuat keduanya terdiam dan segera bersiap untuk menghadapi pelajaran pagi itu, Bahasa Inggris.

.
.
.
.

Setelah pelajaran itu, Yuta kembali protes.

"Doyoung! Kau itu benar-benar mengherankan, deh!"

"Nggak kok!" sergah Doyoung.

"Perilakumu akhir-akhir ini aneh! Suka linglung! Liatin orang-orang sambil bergumam-gumam! Suka liatin jari sendiri!" jelas Yuta.

"Memangnya itu aneh?" Tanya Doyoung sambil nyengir.

"Aaaaneh." jawab Yuta.

Doyoung menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tidak tahu harus menjawab apa.

"Terus tadi juga! Kau sangat memperhatikan Mister Ji!"

Doyoung tertawa, "Lah memang harus diperhatikan, kan? Lagi pelajaran." jawabnya geli.

Yuta mendengus, "Kau sekarang sedang merahasiakan sesuatu dariku."

"Haha. Nggak ada rahasia kok." sahut Doyoung.

Yuta menatapnya dengan sengit lalu berdecak sambil berjalan menghentak menuju kantin.

"Nakamoto Yuta?"

Yuta seketika berbalik, begitu juga Doyoung. Keduanya mendapati Mr. Ji, orang yang Doyoung lihat benang merahnya terhubung dengan benang merah sahabatnya itu.

"I-iya, Mister Ji?"

"Bisa ikut saya sebentar?"

Doyoung ingin tertawa, sahabatnya itu terlihat begitu jaim jika sudah di depan sang guru Bahasa Inggris. Doyoung baru saja menyadarinya. Doyoung jadi menyimpulkan, mereka mungkin benar-benar berjodoh.

"Hey, Doyoung!"

Doyoung menoleh kearah Yuta yang melambaikan tangan dengan riang ke arahnya.

"Belikan aku roti coklat sama susu kotak rasa pisang, ya!!"

Doyoung mendengus.
.

.

.

Doyoung bangun pagi. Segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Ia berganti baju, menggosok gigi, mencuci muka, dan sarapan.

You, Me, and Red String [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang