6

1.2K 206 74
                                    

Ketika Doyoung membuka mata, hal yang ia lihat pertama kali adalah rambut Yuta di atas lengannya. Pemuda itu duduk tertidur disebelahnya.

Pandangannya lalu menyusuri isi ruangan dan mendapati dirinya dalam ruangan rumah sakit. Doyoung juga merasakan tubuhnya merasa nyeri. Matanya kembali menyusuri isi ruangan sambil menoleh kanan kiri, mencari seseorang.

"Taeil-Hyung?"

Sunyi.

Tak ada jawaban.

Doyoung diam saja. Teringat dengan kejadian sebelum ia tak sadarkan diri dan berakhir disini. Ia pun hanya bisa menghela napas dan berharap Taeil bisa datang menjenguknya.

Doyoung lalu melirik kearah sahabatnya dan tersenyum tipis. Ia mendapati Yuta terlihat sangat lelah dan lelap, memutuskan untuk tak mengganggunya. Namun, pemuda itu kemudian bergerak dan mendongak, mengerjapkan mata. Kedua pasang mata itu saling bertatapan sebelum salah satu pasang mata membulat dan pemiliknya berteriak senang.

"Kau sudah bangun, Doyoung!!"

Doyoung meringis saat Yuta menerjangnya untuk mencoba memeluknya. Sadar temannya sedang sakit, Yuta pun mundur.

"Ups. Sorry." ucapnya.

Doyoung mengangguk. Yuta lalu meraba kabel yang berada di sebelah kasur Doyoung dan menekan tombol yang tersedia untuk memanggil perawat.

"Aku harus memanggil dokter untuk memeriksa keadaanmu." ucapnya.

"Thanks, jam berapa ini?" tanya Doyoung.

"Hmm," Yuta melihat jam dinding, "setengah sembilan malam. Kau tidak sadarkan diri selama beberapa jam. Bagaimana keadaanmu?" tanya Yuta.

"Yah, kau lihat sendiri." jawab Doyoung.

Yuta terdiam sejenak dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Tahu tidak, rasanya jantungku mau copot saat mendengarmu kecelakaan." ucap Yuta.

"Aww. Kau sayang padaku."

Yuta mencibir, "Bukan begitu," gelengnya, "aku harus bilang apa pada Paman dan Bibi nanti, mereka tidak akan pernah memberiku uang jajan lagi." lanjutnya dan tertawa.

Doyoung menatapnya sebal dan menyumpah. Lalu ia bertanya, "Apa kau menghubungi orang tuaku?"

"Kau mau? Aku akan menghubungi mereka sekarang?" tanya Yuta.

Doyoung menggeleng, "Tidak usah. Baguslah kau tak memanggil mereka, mereka bisa cemas."

"Tentu saja." jawab Yuta.

Keduanya lalu terdiam untuk beberapa saat sebelum Yuta bertanya,

"Ngomong-ngomong, siapa yang kau tolong hingga mengalami ini, Doyoung?"

Doyoung menatap Yuta dengan tatapan tak terbaca. Yuta menunggu jawabannya. Doyoung kemudian beralih menatap dinding di depannya.

"Doyoung, jawab aku."

"Orang yang sangat penting untukku."

Yuta tertegun mendengarnya.

"Apa? Siapa? Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?" tanya Yuta tak terima.

"Kami baru bertemu beberapa kali." jawab Doyoung.

Kening Yuta berkerut bingung, "Kalian baru bertemu beberapa kali dan kau sudah menganggapnya seperti itu?" tanya Yuta heran.

Doyoung tersenyum kecil. Ia tidak mungkin menceritakan kalau ia tiba-tiba bisa melihat benang merah di jari kelingking.

Cklek.

You, Me, and Red String [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang