.
.
.
"Maafkan aku.." lirih Taeil.Doyoung menggeleng sambil tersenyum, ia menempelkan perekat luka pada pucuk hidung dan kening Taeil yang terluka.
"Kenapa minta maaf?" tanya Doyoung.
"Aku merepotkanmu." jawab Taeil.
"Nggak kok, Hyung," Doyoung tertawa kecil, "lain kali hati-hati."
Taeil tersenyum tipis. Mereka kemudian terdiam dan hanya duduk berdampingan di kursi panjang itu. Doyoung melirik pemuda itu perlahan-lahan dan langsung tertangkap oleh netra Taeil yang berwarna coklat gelap itu. Keduanya tersenyum.
"Hyung kerja di sini? Sejak kapan?" tanya Doyoung.
"Hmm... Dua bulan yang lalu kalau tidak salah.." jawab Taeil sambil mengingat-ingat.
"Part time?" tanya Doyoung.
"Part time." jawab Taeil, mengangguk.
"Kenapa di sini? Kenapa tidak part time seperti yang lain saja, misal di cafe atau minimarket?" tanya Doyoung.
Taeil tertawa kaku, "Emm... Ya... Sudah pernah... Tapi aku dipecat.."
Doyoung tertegun, "Maaf sudah menanyakan itu.."
"Tidak apa-apa." jawab Taeil.
Hening lagi selama beberapa menit.
"Kau pergi ke sini sendirian? Tidak sama teman?" tanya Taeil kemudian.
Doyoung jadi teringat dengan Yuta, tapi ia mengesampingkan hal itu dan menjawab, "Aku pergi bersama teman. Tapi dia pulang lebih dulu." jawabnya sambil nyengir lebar.
"Kenapa kau ditinggal?" tanya Taeil.
"Yah, taulah. Dia punya masalah sendiri."
Taeil merasa aneh dengan jawaban itu, tapi tak lagi bertanya tentang itu. Ia sendiri kembali mengatakan hal lain.
"Kita baru bertemu dua kali, tapi rasanya sudah akrab begini." ucapnya.
Doyoung tersenyum, "Tiga kali dengan sekarang, Hyung. Mungkin kita jodoh." celetuknya.
Taeil mengatupkan mulutnya, tapi Doyoung bersumpah melihat rona lembut di pipinya. Ah, Doyoung tak sanggup menahan senyum bodohnya.
Keduanya lalu terdiam canggung. Sampai akhirnya Doyoung berdiri dan menunjuk asal pada wahana di sekitar mereka.
"Hyung, mau menaiki itu bersamaku?" tanya Doyoung.
"Bumper car?" tanya Taeil dan tertawa, "kau serius?"
Doyoung melihat apa yang dia tunjuk dan kemudian menoleh lagi pada Taeil, "Emm.. Ya, tidak apa kan?"
Taeil tersenyum, "Baiklah, ayo."
Keduanya kemudian mengantri untuk menaiki permainan itu. Masing-masing memilih mobil mainannya sendiri. Saat dimulai, Doyoung dengan gesit mengendalikan mobilnya dan berkejar-kejaran dengan mobil yang dinaiki Taeil. Lalu keduanya menabrakkan satu sama lain dan tertawa senang. Mereka kemudian mengendalikan mobil mereka secara acak dan saling lirik melirik walau terhalang oleh orang lain, melemparkan senyum dan kemudian kembali bertatap muka saat menabrakkan kembali mobil mereka.
Keduanya tertawa. Doyoung lalu memutar mobilnya, menjadikannya berdampingan dengan mobil Taeil. Keduanya lalu menggerakkan mobilnya beriringan sambil tertawa kecil dan saling balas membalas ucapan. Hingga akhirnya waktu bermain mereka habis dan keluar dari wahana itu dengan senyum mengembang.
"Mau bermain apalagi, nih?" tanya Doyoung.
"Apa ya..." Taeil mengedarkan pandangannya, melihat satu persatu wahana di sekitar mereka, "apa saja yang belum kau naiki?"

KAMU SEDANG MEMBACA
You, Me, and Red String [END]
FantasyApakah kau percaya dengan adanya benang takdir? Doyoung bertemu seseorang yg membuatnya dapat melihat benang takdir. Ia meyakini orang itu adalah takdirnya. Namun, apa yang harus Doyoung lakukan jika orang itu bahkan sama sekali tidak punya benang t...