Bab 2

109 9 2
                                    

"fotonya bagus banget Mil, elu emang pinter banget kalo soal foto." ucap Hawa saat melihat foto mereka di camera Milly.

setelah turun dari kapal, mereka langsung memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menikmati phuket dalam 5 hari kedepan.

"mana sini gw liat." saut Tyas sambil merebut camera dari tangan Hawa.

"liat deh Sun, elu sok candid banget pas di atas pohon." sautnya lagi

"apaan sih loe!" jawab Sunny setengah males.

entahlah semenjak kejadian dirinya bertemu lelaki itu, hatinya menjadi tak karuan. ada rasa gelisah yang tak bisa di uraikan oleh kata kata.

pikirannya sudah terisi penuh dengan bayang bayang wajah pria itu.

''eh gimana kalau besok kita ke bangla road.'' usul Manda yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

''setuju, itu salah satu kenapa gw ngebet banget ke phuket.'' meski tak melihat teman temanya dan sibuk dengan camera Milly, Tyas berkomentar.

''emang bisa ya kita kesana?'' tanya Hawa yang sedikit agak ragu.

umur mereka masih 16 tahun, tempat malam mana pun tidak memperbolehkan anak anak seperti mereka melihat dunia malam. 

''loe ada uang, loe berkuasa.'' tutur Tyas.

''loe cantik, loe bisa dapet apa aja.'' sambung Milly tak mau kalah.

''gimana Sun?.'' tanya Manda pada Sunny yang tak memberikan respon apa apa.

''gw ikut apa kata kalian aja.'' 

''yeah, Sunny emang the best. gw yakin elu bakal happy pas di sana nanti.'' ucap Manda memeluk Sunny dengan erat.

.

.

.

malam pun tiba Manda, Hawa, Milly, dan Tyas sudah bersiap untuk pergi ke bangla, tinggal menunggu Sunny yang masih memakai pakaianya yang cocok untuk pesta mereka.

''kalian yakin, gw harus pake baju ini.'' Sunny keluar dari dalam kamar mandi, lengkap dengan baju yang sudah di pilihkan Tyas.

untuk fashion, memang Tyas yang paling menonjol diantar keempat temannya, maklum super model. 

''udah cakep ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''udah cakep ini.'' Tyas bangga dengan hasil dari pilihannya, terlebih lagi Hawa, Manda dan Milly menyetujui bahwa pilihannya memang yang terbaik.

''yaudah yuk keburu malam?.'' ucap Milly sambil memakai mini bag nya.

''emang bukanya malem bolot.'' suar Hawa menanggapi ocehan Milly.

sesampainya di bangla road, Sunny dan yang lain melihat betapa ramai tempat itu. kanan dan kiri mereka banyak sekali cafe cafe, club dan sebagainya yang menghiasi setiap jalan yang ada di bangla tersebut.

you are my destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang