Prologue: Bertemu Dengan Tantangan

1.3K 33 10
                                    

A/n: Hi, guys. Ini Author yang baru nulis cerita bahasa indonesia, nih. Ini adalah cerita terjemahan dari salah satu chapter ceritaku, "Let's Sing MLP Song!". Seluruh chapternya bahasa inggris tapi aku akan menerjemahkan salah satu chapternya. Oh, aku juga akan menambah lagu ke cerita ini (lagunya buatanku sendiri). Cardfight Vanguard and My Little Pony bukan milikku.

Diamond Tiara: ?

Coba kalian tebak siapa yang akan menyanyikannya.

Peringatan: OOC

Selamat membaca~

Namaku adalah Kourin Tatsunagi tapi kalian bisa memanggilku Kourin. Aku pindah ke Tokyo seminggu yang lalu. Sekarang, aku berangkat ke sekolah baruku, Miyaji Academy.

Orang-orang bahkan tetanggaku bilang kalau siswanya pintar-pintar dan memiliki banyak prestasi dan aku harap mereka semuanya baik. Ngomong-ngomong, aku kelas 2 SMA.

Aku tidak hanya pelajar tapi aku juga adalah idola. Saat aku sampai di sekolah, semua menatapku. Bahkan saat aku memperkenalkan diriku di kelas,... ukh, entah bagaimana keadaannya. Lebih mirip aku di panggung daripada di kelas.

Pak guru menenangkan semuanya dan berbalik ke arahku. "Maaf, ya. Mereka sering heboh kalau ada orang terkenal di kelas mereka. Oh, ya. Kamu boleh duduk ke kursimu, Kourin. Tapi... " Pak guru berbisik ke telingaku. "Bolehkah saya mendapat tanda tanganmu?"

Aku hanya bisa sweatdropped. Guru dan murid, mereka semua sama. "Mungkin nanti, ya, Pak." Tapi aku tidak bisa menolak karena dia adalah guruku.

Aku duduk di kursiku and melihat ke arah kananku. Sebenarnya, ada seorang laki-laki yang tidak memperhatikanku. Dia duduk di sebelahku tapi kami tidak sebangku. Dia sedang membaca buku.

Pelajaran pertama berakhir. Inilah kesempatan semua murid untuk berkumpul di sekitarku terutama laki-laki.

"Hai, Kourin. Apa kabar?"

"Aku tak percaya banget kalau ada seorang idola sepertimu berada di kelas ini."

"Aku melihatmu di TV. Kamu keren sekali."

"Kourin, maukah kau jadi pacarku?" Tunggu, apa tadi? Itu bukan kata yang biasa kudengar. Dia sama sekali tidak ragu ataupun gugup untuk mengatakan itu.

Semua murid bersorak kagum dan bertepuk tangan karena ungkapan itu. Itu tadi benar-benar serangan yang mendadak. Tidak bisa dipercaya. Tapi waktu seperti ini tidak bertahan lama saat ada seseorang menerobos dan membubarkan mereka. Syukurlah.

"Ayo,ayo! Menyingkir lalu duduk ke kursi kalian!" Kukira tadi adalah suara guru tapi ternyata bukan. Tadi itu adalah laki-laki yang duduk di sebelahku. Dia menatap (tajam) ke arahku sambil memperbaiki posisi kacamatanya.

"Hei, kita hanya ingin ngobrol dengan dia."

"Bilang saja kalau kau ingin ngobrol dengan dia tanpa ada orang yang menganggu!"

"Ih, nggak seru!"

Laki-laki itu menatap tajam mereka. Mereka menjadi takut lau melangkah mundur. Oke, aku rasa yang satu ini akan menjadi momen canggung atau bisa dibilang tegang. Aku menatapnya lalu dia membalas menatapku. Tanpa alasan, aku tiba-tiba merasakan ketegangan diantara kami berdua.

"Um,... Hai." Aku menyapanya.

"Nggak perlu bersikap ramah seperti itu. Aku hanya ingin mengatakan kepadamu kalau selama kau ada di kelas ini, jangan berani untuk berbuat onar di sini!" Katanya.

"Aku tahu itu. Kau tidak perlu-..." Aku berhenti.

"Jangan coba-coba untuk memotong perkataanku, bintang Pop!" Serunya. Itu membuatku menutup mulutku. Kata-katanya sangat tajam seperti pisau. Dia tadi berjalan ke arahku dan telah menusukku dengan kata-katanya. 'Sakit, tahu.' Adalah kata yang sangat ingin kuteriaki di depannya.

"Kelas ini adalah tempat dimana hanya yang terbaik adalah yang terbaik. Kelas kami tidak pernah dikalahkan oleh kelas lain. Jadi, jika ada seseorang kalah atau bahkan menghancurkan nama itu,... " Dia berhenti lalu mendekati wajahku dengan tangannya berada di mejaku. Dia menatapku and memberiku seringai mengancam. Aku menelan ludahku dan aku tidak bisa membuang muka. Aku membeku di tempatku.

"Maka dia akan kehilangan segalanya di kelas ini." Katanya sambil mendorong dahiku dengan jari telunjuknya. "Aku nggak peduli jika dia adalah idola ataupun perempuan. Jadi, jangan macam-macam denganku!" Katanya. Lalu dia berbisik ke telingaku. "Mengerti?"

"Y-Ya, mengerti... aku akan m-mengingatnya." Kataku. Dia memandangku sekali lagi sambil menyeringai dengan lebar.

"Bagus." Katanya lalu akhirnya kembali ke tempat duduknya. Seluruh murid memandanginya sampai saat dia duduk. Aku tarik ucapanku tadi. Aku seharusnya mengatakan 'Ya Tuhan' daripada 'Syukurlah'.

Aku memandangnya. Kenapa aku harus duduk di sebelah orang ini, sih? Ini seperti membunuhku. Apa dia bahkan punya hak untuk memerintahku sesuka hatinya? Cih!

Ngomong-ngomong, kenapa tidak ada orang yang cukup berani untuk melawannya? Mereka takut padanya tanpa alasan. Dan mereka lakukan apa yang ia perintah seolah dia adalah raja di sini. Karena kepo, aku bertanya kepada laki-laki lain yang duduk di depanku. Dengan nada rendah, tentu saja. "Permisi... " Dia menoleh kepadaku.

"Ya... "

"Bisakah aku bertanya tentang... tentang iblis yang barusan berbicara kepadaku?" Bisikku kepadanya.

Dia jadi ragu dan menoleh ke iblis yang kumaksud. Dia menolehku lagi. "Ini akan menjadi penjelasan yang panjang. Aku akan kasih tahu ke kamu saat istirahat. Aku tidak terlalu tahu banyak tentang dia tapi aku akan meminta temanku yang sepertinya tahu banyak tentang dia untuk ngejelasin juga." Aku sedikit kecewa tapi aku mengangguk. Aku hanya harus menunggu untuk mengetahui kebenaran.

A/n: guys, kalau kalian ingin salah satu ceritaku atau salah satu chapter ceritaku diterjemahkan, beritahu aku. Tidak perlu ragu, kok. Tapi mohon sabar, ya. Aku updatenya lama karena aku juga harus menulis ceritaku yang berbahasa inggris. Kalau ada yang bisa bahasa inggris (jangan tersinggug, ya), baca lalu vote ceritaku, ya. Dadah...

Menjadi Orang Yang KuinginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang