A/n: 400 viewers... Serius?!!! Padahal aku merasa fanfic ini sedikit sekali viewers dan lama nambahnya. Yah, aku sangat berterima kasih karena membaca dan memasukkan cerita ini ke reading list kalian.
Selamat membaca...
Di rumah sakit
Semua murid-murid sedang menunggu di ruang tunggu. Mereka mendengar penjelasan dari Kai dan Kourin. "Jadi kaulah yang membuat Aichi menjadi pem-bully?" Tanya Naoki lalu Kai mengangguk.
"Tapi aku tidak pernah menyangka kalau dia masih berkeinginan untuk mengorbankan dirinya sendiri hanya untuk menyelamatkan aku. Tadi itu sangat berbahaya jika dia melawan para teroris sendirian. Setelah semua yang aku perbuat, dia masih... " Kata Kai. "Kalian jangan menyalahkan Aichi! Salahkan aku! Aichi menderita karena dia mem-bully kalian semua. Dia itu orang yang baik dan lemah lembut. Terlalu lemah lembut sehingga dia menjadi seperti ini. Dia tidak berani untuk melawanku karena dia berpikir kalau aku itu benar." Kata Kai.
"Aichi adalah manusia. Dia tidak bisa menjadi yang paling sempurna dari kita semua saat dia sendiri mempunyai kelemahan. Aku tahu kau ingin Aichi menjadi kuat tapi tidak seperti ini. Kau justru membuatnya menderita. Dia tidak mau semua ini." Kata Kourin.
"Aku tahu. Aku minta maaf. Maafkan aku atas semua penderitaan yang aku perbuat." Kata Kai sambil membungkuk meminta maaf.
"Tapi aku rasa orang yang paling pantas mendapat permintaan maafmu adalah Aichi. Dan kau seharusnya bersyukur dan berterima kasih kepadanya. Jangan mem-bully dia lagi! Jangan menjadi egois!" Kata Shingo lalu Kai mengangguk.
Kourin menatap semua murid di sana. "Aku ingin kalian semua tahu. Pem-bully membutuhkan kasih sayang dan kesempatan kedua. Jangan men-judge kalau semua pem-bully itu kejam, egois, and jahat! Banyak dari mereka bisa jadi adalah korban bully jadi kalian semua harus tahu mengapa mereka mem-bully dan apa yang sesungguhnya akan mereka hadapi di dunia. Mereka butuh seseorang untuk mengubah mereka dan menunjukkan kepada mereka arah masa depan yang cerah. Jadi jika kalian mempunyai seorang teman yang me-bully seseorang, usahakan untuk mendekati mereka dan carilah masalahnya." Kata Kourin.
Pintu terbuka lalu semua orang berkumpul. Dokter muncul dan menoleh ke arah Kai. "Kau adalah keluarga Aichi Sendou, kan?" Kata Dokter kepada Kai.
"Ya, Dokter. Bagaiman keadaanya?" Tanya Kai.
"Tidak apa-apa, dia baik-baik saja. Kami berhasil mengambil peluru darinya. Kau bisa menjenguknya sekarang." Kata Dokter lalu dia pergi.
"Karena jumlah kita banyak, mungkin 5 orang bisa masuk secara bergiliran. Jangan pulang dulu! Aichi mungkin ingin minta maaf kepada kalian semua." Kata Maki dan semua murid mengangguk.
Yang pertama adalah Kourin, Maki, Naoki, Shingo, Kai, dan Misaki. Mereka melihat Aichi terbaring di kasur, tersenyum ke arah mereka. Kai adalah yang pertama kali mendekati Aichi. "Aichi,... aku benar-benar minta maaf... atas semua yang telah kulakukan. Tolong maafkan aku! Tolong maafkan kakakmu yang bodoh ini!" Kata Kai lalu dia mulai menangis.
"Kai,... aku akan selalu memaafkanmu. Aku tidak peduli siapapun atau apapun dirimu. Kau masih adalah kakakku. Aku memaafkanmu, Kai." Kata Aichi sementara Kai tersenyum dan mengelus rambut Aichi. "Kai,... " Panggil Aichi.
"Um,... "
"Bisakah Kourin ke sini sebentar?" Tanya Aichi.
"Tentu, Aichi." Kata Kai lalu melangkah mundur sementara Kourin mendekatinya.
"Kourin, terima kasih karena selalu mendukungku. Akhir yang bahagia ini tidak akan terjadi jika kau tidak ada di sini. Terima kasih." Kata Aichi.
"Pem-bully pantas mendapatkan kesempatan kedua. Aku hanya ingin menghilangkan pem-bully dari kehidupan kita. Bukankah itu benar, Misaki?" Kata Kourin sambil menoleh ke arah Misaki sementara Misaki mengangguk.
"Aku minta maaf karena mem-bully kamu, Kourin." Kourin menoleh kembali ke arah Aichi. "Aku sangat menyesal atas semua yang kulakukan."
"Aku memaafkanmu, Aichi." Kata Kourin. Aichi dengan cepat menarik kepala Kourin mendekat ke kepalanya. Kepala dan hidung mereka bersentuhan sambil saling menatap satu sama lain. Kourin sedikit tersipu tapi dia membiarkan Aichi melakukannya.
"Ehem,... ehem,... " Shingo pura-pura terbatuk sementara Naoki diam-diam bersiul.
"Hei, sudah cukup!" Kata Misaki dengan lembut kepada mereka.
Aichi akhirnya melepaskan Kourin lalu mereka saling senyum. "Aku rasa yang lain mau ke sini juga, Aichi. Kita tidak bisa lama di sini." Kata Kourin lalu Aichi mengangguk.
Setelah semua murid mendapat permintaan maaf dari Aichi, mereka segera pulang. Kai menginap di ruangan Aichi karena dia harus menjaga adiknya.
Sementara itu, Kourin dan Misaki berjalan bersama dan mengobrol. "Jadi, apa yang membuatmu pindah ke Tokyo?" Tanya Kourin.
"Yah, pamanku memutuskan untuk membangun sebuah hotel bintang lima di Tokyo. Dan aku juga mempunyai undangan dari Universitas di sini." Kata Misaki.
"Tunggu! Hotel itu milikmu?!" TanyaKourin.
"Ya, aku tadi sedang menginap di hotel itu. Lalu aku mendengar bahwa para teroris mucul di lobby. Jadi aku cepat-cepat turun untuk melawan mereka." Kata Misaki.
"Oh, begitu."
"Kau tahu, kau sangat keren, Kourin. Kau akhirnya tahu bagaimana cara untul menghentikan pem-bullyan. Aku terkesan." Kata Misaki.
"Ini semua karenamu, Misaki." Kata Kourin lalu mereka tertawa senang.
"Ngomong-ngomong, apa yang tadi kalian bicarakan? Aku melihat kalian berbisik-bisik selama kalian berada di posisi itu." Kata Misaki.
"Kami... mengungkapkan perasaan kami."
2 minggu setelah insiden itu, Aichi akhirnya bisa pergi ke sekolah. Di saat yang bersamaan, Aichi ingin membuat sebuah klub. Kourin, Naoki, dan Shingo bergabung dengan Aichi. Mereka berada di kantor guru untuk meminta persetujuan dari guru.
"Aku setuju dengan klub ini tapi kalian mempunyai 4 anggota. Klub ini harus mempunyai 5 anggota." Kata guru dan membuat mereka berempat terkejut.
"Tidak apa-apa. Aku akan bergabung." Mereka mendengar suara Maki lalu dia mendekati mereka. "Jangan khawatir! Aku akan membagi waktuku untuk klub ini dan kegiatan Osis. Osis juga harus memberantas bully juga." Kata Maki.
"Whoah, terima kasih banyak, Maki!" Kata Naoki. Naoki melihat bahwa Aichi, Kourin, dan Shingo menatapnya dengan senyuman aneh. Naoki memalingkan muka dan tersipu. "Aku hanya berbicara."
A/n: fanfic ini akan selesai. Jadi, jika aku ada waktu atau minat, mungkin aku akan menulis cerita lain. Karakternya sama cuma bedanya ada karakter lain. Sampai jumpa dulu, ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Orang Yang Kuinginkan
FanficKekalahan ataupun kegagalan semuanya adalah manusiawi. Tidak ada yang bisa mengendalikan pikiran 'Kegagalan' itu untuk menyingkir dari medan tempur. Tapi bagaimanakah jika ada satu orang mengendalikan kalian untuk tetap sempurna dan tidak melenceng...