RIMAKELAM - Amnesia // Yogyakarta, July 2016
Kala itu, kita berdua berpagut mesra di bawah Matahari. Tak ada pohon ara untuk berteduh, begitu panas. Darah kita mendidih. Hati kita mengeras. Mata kita terpejam.
Kemudian, Matahari bergerak, tepat di atas kepala kita. Bayangan kita hilang, masa lalu kita hilang. Keadaan memaksa kita lupa, melupakan. Aku dan kamu amnesia. Tak ada lagi kita.
Tentu saja aku menyesal. Kamu adalah temali yang putus, terpotong, karena jiwa-ku tak dapat menguasai raga ini. Aku pisau-nya. Ini buah dosa-ku.
Kini, aku adalah jiwa-jiwa yang tersesat. Cinta selalu membuatku ragu pada keabadian. Aku lelah dengan kehidupan, namun aku lebih takut akan kematian.
Aku tersesat di pekat-nya malam. Aku menunggumu kembali, menyinari, memandu, meyakinkan keabadian. Kamu adalah Matahari-ku.
Aku tersadar. Hanya Matahari yang manusia harapkan ketika ia terbangun dari lelapnya malam.
Maukah kau kembali?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kompilasi Akhir Pengalaman
PoetrySebuah antologi puisi yang ingin merasakan seluruh rasa dan emosi.