RIMAKELAM - Draw of my life. // Yogyakarta, July 2016.
Aku berdiri di hadapan masa depan. Aku berhenti. Aku membalikkan badan, melihat jauh berpaling dari masa depan.
Tangisan bayi yang lahir di hutan penuh duri. Merangkak, berjalan, tumbuh penuh simpati. Tetap saja aku hidup bersama mawar berduri.
Aku pikir hidup semudah itu, hanya butuh rengekan lalu Tuhan mengabulkan, aku salah.
Duri mawar terus menggores. Telingaku berdarah, begitu pula hati ini, pedih, tangisan adalah jawaban.
Jiwa-jiwa tersesat di dalam hutan, kerap menghampiriku, menuntunku ke tebing. Dengan alasan melihat matahari terbenam, ia mendorongku ke jurang.
Tersesat, takut, cemas, aku seorang diri. Tolong aku! Aku berteriak penuh depresi. Namun tak ada yang menghampiri.
Aku yang ada di dalam genangan air terus berteriak, "are you happy with your life now?"
Bayangan hitam di belakanganku terus berbisik, "Its ok, wipe your tears. Just don't stop"
Di dalam kesendirian ini, aku perlu tahu alasan untuk terus hidup. Buat apa aku hidup? Hanya senyuman orangtua dan adik, alasan itu cukup buatku.
Aku duduk berasalkan duri. Aku tak bisa melihat masa depan, namun satu yang harus kau tahu, aku takkan berhenti. Aku hanya perlu terus berjalan, walaupun semua orang berlari.
Ketika aku sakit, ia berteriak.
Be strong! Not yet.
Ketika aku berhenti, ia berteriak.
Don't stop! Not yet.
Ketika aku mengeluh, ia berteriak.
Don't sigh! Not yet.
Ketika aku kelelahan, ia menopangku, menjaga ku dari duri-duri yang terus mencoba melukai.
Mimpimu tergapai ketika air mata mu telah habis. Mungkin sekarang belum waktunya kau memetik mimpimu.
Aku terus berjalan, namun hanya labirin yang tampak. Aku hanya berputar, aku seperti dibodohi, aku merasa ini kesia-sian.
Tetapi, tetap jalan itu yang harus kau lalui.
Aku hanya menatap punggung semua orang, semua orang menggapai mimpi. Aku hanya memungut makanan, semua orang menanam makanan sendiri.
My pride's hurting. My body's dying. My heart' bleeding. My tears streaming. My love's fading. My parents crying. My siblings stop looking. My friend's stop caring.
Kegagalan. Keputusasaan. Sakit hati, telah kurasakan berkali-kali, sekarang hal itu hanya hal biasa bagi jiwa ini. Aku hanya perlu terus berjalan bersama bayang dan doa yang mengikuti, dan cahaya yang kuikuti.
Dear me,
Be strong! Not yet.
Dont stop! Not yet.
Dont sigh! Not yet.
Please, hold on little more my dying body! Not yet.
Please, hold on little more my bleeding heart! Not yet.
Dear me,
Are you regret, for being me?
No, absolutely.
God, thank you for my life.
Myself, thank you for endured until now.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kompilasi Akhir Pengalaman
PoetrySebuah antologi puisi yang ingin merasakan seluruh rasa dan emosi.