Syair Persahabatan

117 2 0
                                    

RIMAKELAM - Syair Persahabatan // Yogyakarta, July 2017


Malam ini,

Ada seorang yang datang penuh lebam.

Bertanya sesuatu, tapi tak perlu jawaban.

Akupun bingung, bertanya tanya tanpa kejelasan.

Ada apa wahai seorang?


Kutunggui hingga dini,

Tetap saja iya membisu, namun raut muka agak sedikit muram.

Kubiarkan sampai saja, biar ia mati di koyak bosan.

Biarkan aku menjadi teman, katanya pelan.

Aku sedikit bisu, agak gagu dalam kecemburuan.


Coba kau pikir lagi,

Nikmatnya wahai sunyi, yang dianugerahi Tuan selalu sepi.

Namun saat ini, kau ingin berteman, mungkin aku hanya bisa meratapi.


Oh malam.

Dulu, tanpa ada dirinya aku selalu berbicara dengan temanku, diriku yang lain, suatu bayang berwarna hitam.

Namun, saat ini, aku dapat berbicara dengan temanku, diriku yang lain, dalam warna lain tidak hanya hitam.

Ia bergerak bebas, mengajakku mengarungi samudra yang luas.

Tanpa batas, layaknya sastra yang tak habis terkuras.


Oh siang.

Riuh gemuruh ombak pasang, tapi dia berdiri tenang.

Ku tanya dia mengapa, karena ada dirimu teman, aku tak lagi gamang.

Kagetku bukan kepalang, aku semakin percaya kekuatan kawan.

Tak ada aku sesal, lahir dari rahim persahabatan.


Oh malam.

Dia begitu legam, persis seperti bayang tanpa noda.

Di bawah sinar matahari, teman tetap sama tak ada beda.

Mata terbuka, tertutup ia pun sama tetap manusia.

Lantas mengapa Tuan, kau kenalkan aku dulu pada penista?


Oh siang.

Dalam samudra yang luas, tanpa gunung pembatas.

Aku tersadar bahwa selama ini aku yang menistakan ia berdasar paras.

Kali ini aku memelas, biarkan dia menjadi masa lalu, masa kini, masa depan layak kata sambung.

Biar dia bebas, tak terkurung, melarung dalam samudra hidup tak berujung.


Kompilasi Akhir PengalamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang