Teh Hangat

35 1 0
                                    

Semenjak bertemu dan menceritakan semuanya kepada Mas Pram. Shasa sedikit lega, hatinya tak sesesak dulu, walau pikirannya masih kalut.
Ya uang tabungannya  kian lama kian habis, sementara pemasukan tidak ada.
Shasa menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya, ia keluar dari kamar.

"Sini Sha, sinetronnya keren "kata Lena teman kostnya yang sedang duduk lesehan didepan TV
"iya," Shasa tersenyum ia duduk disamping Lena.

"lo, udah tes-tes kerja belum Sha,? "tanya teman yang lain

" belum, gue gak tahu harus nglamar kemana?, ditempat lo ada lowongan? "tanyanya

" yah, gue gak tahu Sha, maap, dulu gue si nglamar ke Pt, sekarang, ngeposin, itu juga untung-untungan Sha dipanggilnya "sambungnya

" iya si, jaman sekarang kalau gak punya chanel, ya pake duit "ucap Shasa.

" sabar Sha, ntar kalau udah ketemu rizkinya, jalannya dimudahkan ko sama Allah "kata Lena.
" Sha, ada tamu, "teriak ibu kost di lantai dasar.

" iya bu, "Shasa turun dengan penasaran, pasalnya ia merasa gak punya janji ketemu siapa-siapa hari ini.
Teman-temannya langsung melihat ke bawah, kepo-kepo.

" Mas Pram? "Shasa kaget
" hai Sha, sehat? "tanyanya

" ya udah, ibu ke atas dulu ya, jangan lupa dibikinin  minum Sha"kata ibu kost
Shasa tersenyum. "mau minum apa mas?"

"terserah, air putih kalau liat kamu juga rasanya manis "Mas Pram menggombal
Shasa kebelakang membuat minuman sementara Mas Pram melihat-lihat pajangan yang ada di ruang tamu

" silakan Mas" setelah beberapa menit, Shasa menyuguhkan  teh hangat, dan sepiring biskuit, "ngomong-ngomong ada apa mas?" sambungnya

"gak papa, mas cuma mau ketemu Shasa aja, gimana sehat? "tanya Mas Pram
" alhamdulillah, sehat mas"
Mereka berdua asyik ngobrol, Shasa sekarang sudah tak canggung  lagi karna memang Mas Pram orangnya pandai mengambil perhatian juga senang bergurau meski dengan gurauan  yang absurd.
Bagi Shasa Mas Pram seperti obat hatinya, meski ia sendiri tak tahu tepat kah obat yang datang menyembuhkannya.

"Mas Pram, gak ada lowongan dikantor? "Tanya Shasa sedikit malu-malu
" Maaf Sha, belum ada, kalau pun ada biasanya yang punya pendidikan"kata Mas Pram

Shasa menghembuskan nafas,, "kalau gak di kantor, SPG atau buruh pabrik juga gak papa mas"

"itu dia Shasa, gue gak punya chanel  buat yang kaya gitu "Mas Pram berkilah

Mereka terdiam, tiba-tiba suara hape Shasa berbunyi
" Halo, assalamualaikum  buk"sapa Shasa
"wa'alaikumsalam salam nduk, pripun kabare? " tanya ibu Shasa jauh disana

" alhamdulillah  buk" Shasa selalu berusaha baik-baik saja, tak pernah terbesit di pikirannya buat membebani orang tua, apalagi sekarang ibunya single parent,
Selalu ia bersuara bahagia, ceria senang, meski sebenarnya ia benar-benar hancur.

"Maaf Sha, ibu boleh minta tolong? Adikmu Diara, butuh biaya buat persiapan Ujian. Mmm.. Apa kamu bisa bantu nduk? " ibu berbicara dengan nada gak enak..
Ya, jarang sekali ibunya meminta bantuan kepadanya, biasanya Shasa  sendiri yang inisiatif memberi meski tak banyak. Dan sekarang ibunya sampai meminta bantuan, ini menandakan betapa sedang kekurangan finansial keluarga nya dirumah.
"hh, iya buk ada,ntar Shasa kirim ya buk "jawab Shasa, matanya sedikit berair.
" makasih ya nduk"kata ibu dengan suara sedikit parau
"ibu,gak usah nangis ya, Nissa  disini selalu berusaha buat bantu ibu, jangan sungkan bu"kata Shasa.

Selesai menelepon Shasa kembali menemui tamunya, Mas Pram duduk manis di ruang tamu sambil memainkan hapenya. Melihat Shasa mukanya merah karna airmata yang ia tahan, ia penasaran
"ada apa Sha? "katanya

" gak papa mas, masalah keluarga aja" Shasa menjawab
Mas Pram bisa mencerna  apa yang dipikirkan Shasa,
"apa kamu mau kerja apa saja Sha? " tanya Mas Pram

" ya, apa aja mas, aku gak mau sampai ibu tahu kalau aku juga gak punya penghasilan sekarang "jawab Shasa

Mas Pram memutar mata, memikirkan kerjaan apa yang ada lowongan buat Shasa.

" ya udah, mas pamit dulu ya, besok mas jemput kamu, dan masih teh hangat nya "kata Mas Pram sambil tersenyum

" iya mas, makasih juga sebelumnya "Shasa menjawab dengan gamang

Aku pikir semua orang mencintai dirinya
Aku pun ia.
Tapi cintaku, cinta pada ia yang aku cintai,
Pada keluarga, pada orang yang aku jatuh kan hatiku padanya
Aku rela,
Aku ikhlas,
Jika aku harus melupakan cintaku demi ia yang aku cintai
Karna bahagia mu adalah bagian dari cintaku yang terus berkembang.
Dan jika kata orang, bahagia itu kita yang buat, maka
Aku buatkan  bahagia itu untuk mu.
Dan hanya untukmu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINTA DI UJUNG SAMUDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang