Semoga gak sekarang ya Allah, aku pengen bisa ngerasain gimana indahnya masa SMA.
- Anjani Dwi -
****
Alya dan Zulfa berlari mendekati Jani yang sudah tersungkur di lantai.
Zulfa menyipitkan pandangannya ke arah seorang laki-laki yang begitu saja berjalan meninggalkan Jani yang sudah tersungkur. Pakaian yang dipakainya sama, dan sepertinya dia juga sama-sama baru akan masuk seperti mereka. Dan ternyata, cowok itu juga yang menabrak Jani hingga seperti ini.
"Woy!!"Zulfa berteriak memaki laki-laki tadi.
"Dasar cowok gak bertanggung jawab."Zulfa terus menggerutu pada laki-laki itu.
"Sakit ya, Jan?"Alya memperhatikan wajah putih Jani. Dia terlihat sangat pucat.
Jani tersenyum, "gak, gue gak papa kok."balasnya santai.
Alya dan Zulfa membantu membangunkan Jani.
"Dasar ya, tuh cowok kayak banci sumpah. Bener-bener ya tuh orang. Cewek jatoh malah nyelonong gitu aja, minta maaf atau apa kek. Gedeg ya gue sama dia. Awas aja kalo sampe ketemu lagi. Gue sumpel mulutnya pake wajan gorengan ya."lagi-lagi Alya menggerutu kesal kepada orang yang menabrak sahabatnya.
"Udah dong al, lagian kan gue gak papa."sikap Jani yang di tabrak pun nampak tenang-tenang saja. Karena dia memang merasa dan berusaha untuk baik-baik saja.
"Tapi gue khawatir sama lo, Jan. Untung lo gak papa."Alya kembali menunjukan kekhawatirannya. Bisa dilihat dari sorot mata yang terus mengatakan, bahwa Jani sedang tidak baik-baik saja.
"Beneran? Tapi muka lo pucet lho, Jan. Kalo emang lo sakit biar gue bilangin ke panitianya."kini giliran Zulfa yang sama seperti Alya.
"Gak papa, Fa. Muka gue emang gini kali, jadi lo gak usah khawatir oke!"Lagi-lagi Jani membalasnya dengan senyuman dan ucapan yang santai.
"Lo yakin, Jan?"Zulfa yang baru mengenal Jani tak bisa berbuat apa-apa. Pasalnya dia memang tidak tahu bagaimana Jani ketika sakit atau tidak. Tapi setidaknya dia tahu kalau sekarang wajah Jani menjadi pucat pasi, dan itu yang membuatnya tahu bahwa sekarang Jani sedang tidak baik-baik saja.
"Astaga, Jan. Idung lo keluar darah."Jani sama kagetnya dengan Alya dan Zulfa. Pasalnya dia tak pernah mimisan lagi setelah kurang lebih dua tahun yang lalu.
Cepat-cepat Jani menengahkan kepalanya untuk sedikit menahan darahnya agar tidak banyak keluar lagi.
"Al, tolong ambilin tissue di tas gue."
Dengan cepat Alya mengambil tas yang ada dipunggung Jani, lalu menambil tissue nya. Dia membantu menyumpal hidung Jani
"Lubangnya jangan disumpal dua-duanya dong, Al. Nanti dia nafasnya gimana?"Zulfa memprotes karena Alya menyumpal kedua lubang hidung Jani.
"Oh iya. Abisnya gue panik, Fa."Alya menepuk keningnya, membuang tissue yang satunya.
"Mending kita bawa dia ke UKS aja, Al. Kasian kalo masih ikut acara mos, dia bisa-bisa makin sakit."
"Gak perlu, Fa. Gue cuma panas dalam biasa kok, bentar lagi juga pasti darahnya gak keluar lagi."
"Gak papa, Jan. Mending lo istirahat aja. Lo keliatan capek banget, lho."Zulfa terus membujuk Jani agar mau di bawa ke UKS.
"Gue baik-baik aja kok. Lo berdua gak usah lebay deh. I'm Fine."berusaha lebih ceria lagi, mungkin itu satu-satunya cara untuk meyakinkan sahabat-sahabatnya. Jani mengembalikan posisi kepalanya seperti semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
A N J A N I
Teen FictionAku selalu merasa, bahwa aku hidup dititik dimana orang lain tak bisa merasa apa yang ku rasa. Hingga aku bertemu dengan Dia, si kekasih masa laluku. Kita dipertemukan dalam waktu yang berbeda, perasaan yang berbeda, namun sakitku yang masih sama. S...